- pénte: lima -

1.1K 121 7
                                    

   HERMIONE TERUS TERISAK DIDALAM PELUKANNYA SENDIRI. Ia memojok dan merangkul dirinya sendiri. Ia takut, takut Draco kembali. Ia akan terus menangis, karena tidak akan ada orang yang melihatnya lagi.

Hermione mengutuk dirinya sendiri karena tadi ia menangis didepan Draco.

Hermione menatap masa lalunya lagi, kehilangan kedua orangtuanya karena ia memindahkan mereka ke London dan menghilangkan ingatan mereka agar tidak khawatir akan keadaan Hermione. Dan disaat tahun pertama– hari-hari itu melimtasi pikirannya.

Hermione menangis. Masa-masa tahun pertama hingga ketiga ia belum terlalu banyak mempunyai teman. Dahulu, tidak ada yang mau berbicara kepadanya, tak terkecuali Ron sehingga Ron sempat menghasut Harry dan akhirnya membuat Hermione berlari ke Kamar mandi perempuan untuk menangis.

Ya. Dia lemah. Gryffindor lemah. Harusnya ia hanya menangis sekali saja dalam hidupnya, yaitu saat terlahir di dunia. Tapi, menangis sebanyak 3 kali dalam hidupnya masih manusiawi kan?

Manusiawi sekali, jika beberapa menit yang lalu ia menangis kesakitan dan terlihat iba dimata seorang Ular licin. Hal itu yang membuat Hermione mengutuk dirinya sendiri.

Ia sebenarnya lelah karena terus-terusan terisak. Sampai-sampai tertidur ditempat dengan posisi duduk dan kepala ditelungkupkan kedalam kedua lututnya serta dengan air mata yang mengering dipipinya.

Draco sekarang sedang menggerakan tongkatnya kesana kemari untuk membereskan kamar asramanya saat ini.

Hari ini hari Minggu, sehingga tidak ada satu pun Professor yang mengajar. Namun koridor sangatlah sepi. Mungkin para siswa siswi Hogwarts menghabiskan waktunya di Asrama masing-masing atau berduaan di Danau Hitam hingga menjelang malam.

Draco berencana mengajak kedua sahabatnya ke Hogsmade. Jadi setelah Draco bersiap, ia akan menuju Asrama lamanya-Slytherin si Ular.

Draco telah sampai didepan pintu Asramanya yang dulu. Ia mengetuk pintu pelan. Seketika seorang pria bertubuh tinggi, berkulit hitam, rambut keriting serta bentuk bahu yang tegap keluar dari ruangan dan bertemu dengan Draco.

"Hei, Mate! Tumben sekali! Ada urusan apa? Kau ingin bercerita? Ada masalah? Ingin berpesta? Atau-" ujar Blaise banyak bertanya.

"Diamlah atau kau tahu apa yang akan terjadi." ucap Draco dingin. Blaise meneguk ludah lalu mengangguk.

"Tidak bisakah kau mempersilahkan sobatmu ini duduk?", Blaise mempersilahkan Draco masuk.

"Jadi, ada urusan apa, Mate?" tanya Theo yang berada disamping Draco sambil duduk di sofa hijau panjang nan empuk.

"Ke Hogsmade. Ayolah, bung!" ajak Draco bersemangat.

"Er-ehm-maaf, Drake. Tapi kali ini tidak dulu. Kami berniat akan berlatih Quidditch." ujar Blaise kali ini. Hening beberapa detik.

Di detik ke 3 dari 10 detik, Blaise dan Theo mulai gelagapan karena takut mereka dilempari mantra oleh Draco, karena memang biasanya sahabat mereka berdua yang satu itu sungguh pemarah dan emosian.

"Baiklah kalau memang begitu." ucap Draco datar. Ternyata Blaise dan Theo salah menduga. Kali ini Draco sedang baik hati.

"Er- kau tidak mau ikut kami, Mate?" tanya Theo kepada Draco.

After all this time? | DraMioneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang