7

2.4K 284 36
                                    

Wendy tertegun melihat tangan Chanyeol mem-block kenop pintunya. Ia ingin berbalik badan, namun apa daya ia tak berani. Sempat hening sesaat, kedua pasutri itu cuma diam saja.

"Mau ngapain? Inget perjanjian ga?" ujar Chanyeol membuka pembicaraan.

Wendy tertegun, perjanjian apa?

Perlahan ia membalikkan tubuhnya dan nafasnya tertahan. Jaraknya dan Chanyeol benar-benar sangat dekat. Kalau tidak ingat sisi kasar pria itu, ingin rasanya Wendy memeluk pria ini.

"Apa?" tanya Wendy singkat, ia tak mau terlihat menikmati pembicaraan ini.

"Sebelum tengah malam, kau harus di kamarku dulu baru pindah kesini. Masih ingat?" tanya Chanyeol, yang dibalas anggukan Wendy, "Ya, ingat"

Chanyeol melepas pegangannya pada kenop pintu Wendy dan berlalu begitu saja ke kamarnya. Wendy menghela nafas, ia kira pria itu akan marah padanya karena ia berani menyendokkan nasi ke piringnya tadi.

Wendy membuka pintu kamar Chanyeol pelan. Baru sedikit terbuka, Wendy sudah bisa mencium bau khas kamar laki-laki berkelas, wangi parfum. Ia biasanya benci wangi parfum pria karena terasa menyengat di hidungnya. Namun yang ini terasa berbeda, entah mengapa bau parfum Chanyeol terasa menyenangkan.

"Sampai kapan mau disitu? Masuk" perintah Chanyeol dingin. Wendy mengangguk dan menutup pintunya pelan. Sekarang ia bingung harus ngapain. Chanyeol yang sedang sibuk dengan dokumen-dokumen kantor terlihat acuh tak acuh dengan kehadiran seorang wanita dikamarnya. Pria itu sibuk mondar-mandir dari laci buku ke meja kerjanya. Wendy hanya bisa memperhatikan aktifitas Chanyeol.

'Jadi seperti ini kalau seorang chaebol bekerja?'

Merasa lelah berdiri ia pun memutuskan duduk di sofa sebelah pintu kamar. Baru sepuluh menit duduk, Wendy sudah merasa bosan. Ia pun mengedarkan pandangannya ke penjuru kamar Chanyeol. Dalam hati ia memuji keterampilan Chanyeol menata barang-barangnya. Kamar ini benar-benar rapi dan bersih, seperti bukan kamar seorang laki-laki. Ia memandangi foto-foto masa kecil Chanyeol yang terpajang di dinding. Juga fotonya saat wisuda. Ia tertawa dalam hati, Chanyeol terlihat culun di foto itu. Ketika sedang asyik mengedarkan pandangannya, mata Wendy terpaku pada foto diatas meja kerja Chanyeol.

Foto Chanyeol bersama seorang wanita.

Dalam foto itu, Chanyeol sedang memeluk mesra perempuan itu dari belakang. Wendy berasumsi kalau itu pasti perempuan yang dicintai Chanyeol. Ia tersenyum kecut. Ia benar-benar kalah telak. Melihat foto itu, Wendy langsung tahu bahwa selera Chanyeol dalam memilih wanita pasti tinggi. Entah mengapa dadanya terasa sesak. Cemburu kah? Wah ia bahkan sudah lupa rasa cemburu itu seperti apa, sudah lama sekali sejak ia terakhir merasakan hal itu.

Diam-diam Chanyeol memperhatikan gerak-gerik Wendy. Mengapa gadis itu termenung? Ia pun mengikuti arah mata Wendy dan matanya menangkap gadis itu sedang memperhatikan fotonya dengan Jinah.

'Hah, biar saja. Biar dia tahu kalau aku sudah mencintai wanita lain sebelum dinikahkan paksa dengannya' ujar Chanyeol sinis dalam hati lalu kembali membongkar rak bukunya.

"Dimana ya buku itu" gumam Chanyeol sebal sambil berjongkok mengaduk-aduk rak buku setinggi hidungnya itu. Ia mengaduk-aduk rak buku tak sabar, berusaha mencari buku pedoman kantor. Terlalu serius mengaduk-aduk rak, ia tak sadar bahwa lampu tidur yang diletakkan diatas rak itu juga mulai bergerak, dan...

"Chanyeol, awas kepalamu!" seru Wendy tiba-tiba melihat lampu yang siap terjun ke kepala Chanyeol.

Sontak pria itu menoleh keatas dan refleks menghindar.

THIS DESTINY | WENYEOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang