Wendy menghempaskan tubuhnya ke kasur. Ia mengamati suasana kamar barunya dengan tembok berwarna pastel, ah tunggu sepertinya suasana kamar ini memang berhubungan dengan pastel, seperti kesukaannya.
"Nah ini aku memilihkan baju tidur terbaikku. Juga kaus dan bawahan yang bisa kau gunakan besok sebelum kita mengambil baju dirumahmu." Jelas Yoora yang tiba-tiba masuk membawa setumpuk pakaian.
"Eonnie, apa aku merepotkanmu?" tanya Wendy tak enak sambil menerima baju-baju Yoora.
Gadis itu tersenyum hangat, "Apapun aku lakukan untuk adik iparku." Jawabnya sambil mencuil pipi Wendy.
"Ah Wendy sepertinya aku harus pergi. Aku ada janji dengan temanku, yah sudah jam 10 sih tapi tak apalah. Eomma dan Appa mungkin akan pulang sebentar lagi. Kalau kau butuh bantuan, bisa minta pada Chanyeol atau pelayan nde? Annyeong" ucap Yoora lalu keluar kamar tergesa-gesa. Sepertinya ia sedang buru-buru.
Wendy meletakkan tumpukan baju tersebut dikasur. Lalu ia mengambil baju yang ia yakini sebagai baju tidur. Piyama itu lucu sekali bergambar hamtaro, kartun kesukaan Wendy. Dan warnanya soft pink yang cocok dengan warna kulitnya. Namun ada yang aneh. Wendy membelalakkan matanya, baju itu sedikit transparan! Tipis sekali! Wendy panik.
Masa ia harus mengenakan setelannya untuk besok? Itu pasti akan menyinggung perasaan Yoora. Apalagi tadi gadis itu berkata kalau piyama itu baju tidur terbaiknya. Wendy menghembuskan nafas panjang, lalu membawa piyama itu dan masuk ke kamar mandi yang ada didalam kamar.
Wendy membersihkan make-up yang menempel pada wajahnya. Ia lalu merapikan rambutnya dan bersiap untuk tidur. Begitu naik ke kasur, ia menyadari tak ada selimut disana. Ia mencari selimut di lemari, namun lemari itu kosong. Akhirnya ia memaksakan untuk tidur tanpa benda kesayangannya itu. Baru tidur selama sejam, Wendy terbangun. Ia merasa kalau pendingin di kamar itu suhunya terlalu tinggi. Ia mencari remote-nya namun tak ketemu. Ia bingung, ia ingin keluar kamar dan meminta selimut pada pelayan, namun sekarang sudah hampir tengah malam. Semua orang pasti sudah tidur, termasuk para pelayan.
Ia membuka pintu kamarnya perlahan dan menatap lorong yang panjang itu. Ada banyak kamar, tapi ia tak tahu kamar siapa saja itu. Lalu perhatiannya terarah pada kamar didepannya. Ya, kamar Chanyeol. Ia menimbang-nimbang, apakah harus meminta tolong pria itu atau tidak. Hampir sepuluh menit ia hanya berdiri di ambang pintu sampai keputusannya bulat. Ia akan minta tolong pria itu.
***
Chanyeol membuka pintu kamarnya. Tampaklah sosok Wendy dengan wajah sedikit tegang ketika melihat wajahnya. Ia mengamati gadis dihadapannya, dan secara otomatis matanya menangkap piyama tipis yang digunakan gadis itu. Matanya membesar dan wajahnya memerah.
'Apasih yang dipikirkan gadis itu? Datang ke kamar laki-laki tengah malam hanya dengan piyama tipis?'
"Ah, Chanyeol-ssi . Bolehkah aku minta tolong padamu?" tanya Wendy takut-takut.
Chanyeol mendengus, ia jadi tidak fokus gara-gara baju Wendy. Hey! Ia juga seorang pria!
"Ada apa?" tanya Chanyeol dengan suara beratnya, matanya diusahakan agar tidak melihat tubuh gadis itu.
"Apa kau ada selimut cadangan? Bolehkah aku meminjamnya? Di kamarku tidak ada selimut, suhu pendinginya terlalu tinggi dan aku tidak menemukan remote-nya" jelas Wendy.
'Sial warna dalamnya kelihatan'
"Ah, apa?" tanya Chanyeol, wajahnya merah. Bodohnya!
"Pinjam sel..."
"Oh sebentar aku ambilkan. Kau tunggu situ saja" ujar Chanyeol lalu menutup pintu kamarnya sedikit dan berjalan kearah lemari. Ia mencarikan selimut yang menurutnya cocok untuk Wendy. Dan pilihannya jatuh pada selimut berwarna hijau mint bertuliskan 'Peace'.
KAMU SEDANG MEMBACA
THIS DESTINY | WENYEOL
أدب الهواةDulu, disaat aku mulai menerima paksaan ini, kau menolakku, membenciku, bahkan sampai melakukan hal-hal kasar padaku. Sekarang, disaat diriku sadar kau tidak menginginkanku dan aku mulai menjauhi mu, kau langsung menyadari bahwa keberadaanku begitu...