06

1K 105 1
                                    

Vote dulu baru baca.

"Kak Alan?" tanya Vani kaget.

Rani hanya sedikit terkejut, kemudian menatap Alan datar.

"Tadi gue lihat kalian berdua lagi asik banget main bola basketnya."

"Iya kak. Apalagi si Rani, sampai histeris gara-gara bola nya gak masuk ke ring." ucap Vani menyindir Rani.

"Bukan gak masuk, tapi hampir masuk." ucap Rani kesal.

Kalo lagi kesal, tambah lucu aja. Batin Alan.

"Mau gue ajarin gak cara main basket yang benar?" tanya Alan kepada Rani dan Vani.

Alan memang sangat jago bermain basket. Skill nya dalam bermain basket sangat luar biasa. Tapi, Alan tidak mau masuk ke ekskul basket karena dia males harus pulang jam 4 sore. Mendingan nonton sambil tiduran dari pada harus latihan basket sampai jam 4 sore. Itu menurut pemikiran seorang Alan.

"Mau banget kak." ucap Vani antusias.

"Gak mau. Gue udah jago. Jadi lo gak perlu ngajarin gue." ucap Rani ketus kepada Alan.

"Oh ya? Tapi tadi gue lihat lo ngelempar bola basket aja udah kaya ngelempar botol aqua." ucap Alan meremehkan Rani.

"Ihhhh!! Coba tunjukin ke gue gimana cara nya!" ucap Rani kesal.

"Ok."

Kemudian, Alan berjalan mengambil bola basket yang tadi di mainkan oleh Rani.

"Perhatiin baik-baik."

Heh! Paling juga lo ga bisa main, bahkan lebih parah dari gue. Lihat aja gue bakal ketawain lo kalo sampai lo ga bisa mendrible dan menshot bola basket dengan benar. Batin Rani meremehkan Alan.

Alan mendrible bola dari tengah lapangan dengan sangat lincah dan lihai. Membuat Rani melongo tak percaya. Sedangkan Vani, dia terus melontarkan kata-kata 'ya ampun jago banget main basketnya'.

Kemudian, Alan melakukan teknik lay-up shoot dan bola basket pun masuk ke dalam ring dengan mulus.

"Horeeeeee. Masuk." teriak Vani girang.

Anjirrrrr. Jago juga main basketnya. Batin Rani mengagumi Alan.

"Gimana, hm?" tanya Alan kepada Rani sambil menaik turunkan alisnya.

"Itu mah masih biasa. Coba lo shoot bola basket nya dari tengah lapangan. Kalo masuk gue bakal peluk lo selama 10 detik. Tapi kalo bolanya gak masuk, lo harus turutin semua permintaan gue selama seminggu. Gimana setuju gak lo?" tanya Rani menantang Alan.

"Ok dengan senang hati gue bilang SETUJU." ucap Alan dengam senyum yang lebar.
Iya lah, kapan lagi di peluk sama Rani, orang yang Alan cintai saat ini.

Alan pun mendrible bola sampai ke tengah lapangan. Ia sedang bersiap-siap untuk melempar bola basket ke ring dari tengah lapangan.

Pasti gak bakal masuk, gue yakin banget. Batin Rani.

Kemudian, Alan melempar bola basket tersebut dan.....

"Yeaayyyyyy masukk." yang teriak bukan Rani melainkan Vani.

Rani hanya melongo tak percaya. Bagaimana bisa dia menshoot dari tengah lapangan dan dengan mulusnya bola itu masuk ke dalam ring? Batin Rani bertanya.

Alan berjalan mendekati Rani dengan senyum di wajah tampannya.

"Gimana, hm?"

"Kok lo bisa jago main bas-" ucapan Rani terpotong oleh Alan.

"Karena gue sering latihan dirumah gue. Bokap gue nyediain lapangan basket yang besar buat gue latihan disana. Kalo lo mau belajar main basket, lo datang aja ke rumah gue. Gue yang akan ajarin lo." ucap Alan lembut membuat hati Rani menghangat mendengarnya.

"Oh ya. Lo gak lupa kan sama perjan-"

Belum Alan menyelesaikan perkataannya, Rani sudah memeluk Alan erat dengan mata yang terpejam, seakan Rani merasakan kenyamanan saat ia memeluk Alan. Rani refleks melakukan itu. Entah kemauan dari mana, Rani langsung memeluk Alan tanpa menunggu Alan menyelesaikan kata-katanya.

Alan terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Rani. Seakan Rani tahu apa yang akan ia katakan yaitu mengenai perjanjian yang Alan dan Rani buat.

Keterkejutan Alan berganti kesenangan yang sangat luar biasa karena ia di peluk oleh orang yang saat ini menempati hatinya. Alan pun membalas pelukan Rani dengan senyum yang menghiasi wajah tampan Alan. Dan mata Alan mulai terpejam, merasakan kenyamanan yang di berikan oleh Rani.

Mereka saling memberikan kenyaman satu sama lain. Tidak ada yang mau melepas pelukan itu karena merasa sangat nyaman.

Mengapa pelukan ini sangat nyaman sekali? Mengapa gue gak mau melepaskan pelukan ini? Mengapa gue merasa hangat di pelukan Alan? Apakah gue jatuh cinta dengan Alan? Batin Rani bertanya-tanya.

Gue sangat bahagia saat ini. Gue berharap waktu berhenti saat ini juga. Karena gue gak mau melepaskan pelukan yang sangat nyaman ini. Rani I love You. Lo udah berhasil bikin gue jatuh cinta sama lo. Batin Alan.

"Ekhem..." suara deheman Vani meyadarkan dua insan yang sedang berpelukan dan langsung melepas pelukan mereka berdua.

"Perjanjiannya hanya 10 detik doang, kok kalian berdua pelukannya sampai 5 menit lebih. Untung gak ada yang lihat. Atau jangan-jangan lo berdua ada hubungan yang spesial ya?" tanya Vani menggoda Rani dan Alan.

"Ihhh! Apaan sih lo? Gue gak ada hubungan apa-apa sama Alan." ucap Rani ketus dan kesal kepada Vani.

"Wahhhh! Parah lo, Ran. Lo nyebut nama Kak Alan tanpa menggunakan embel-embel 'kak' di depannya. Ckckck."
Ucap Vani sambil menggeleng-geleng kan kepalanya beberapa kali.

"Biarin aja. Ntar juga dia manggil nama gue pake embel-embel 'sayang' di belakangnya." ucap Alan dengan sangat percaya diri.

"Dihhhh!! Gue geli."

"Sekarang boleh lo bilang geli, tapi lihat aja ntar, lo bakalan demen manggil gue sayang."
Ucap Alan menggoda Rani.

"Dihh! Apaaan sih lo? Udah ah, gue mau beli minum dulu dikantin. Lo mau ikut gak Van?" tanya Rani kepada Vani. Vani menganggukan kepalanya sebagai jawabannya.

"Yaudah ayo." kemudian Rani dan Vani berjalan menuju kantin.

Tiba-tiba, Rani menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Alan yang berada di belakannya.

"Oh ya, tentang tawaran lo tadi. Gue mau kok lo ajarin gue main basket. Tapi sebatas ngajarin doang ya gak lebih."
Ucap Rani tersenyum kecil namun hanya sekilas.
Rani dan Vani melanjutkan langkahnya menuju kantin.

Alan melihat senyum Rani, walaupun hanya sekilas. Dan apa tadi? Alan mendengar, bahwa Rani menerima tawarannya untuk mengajari Rani main basket di rumahnya?

"Yeesssssssssss" teriak Alan kegirangan.

"Ternyata skill basket yang gue miliki ada manfaatnya juga. Gue bakal manfaatin situasi ini sebagai pendekatan gue sama Rani." gumam Alan pelan.

Kemudian, Alan berjalan ke kantin ingin membeli makanan dan minuman dengan senyum bahagia yang menghiasi wajah tampannya. Mungkin hari ini adalah hari yang paling bahagia bagi Alan.

☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆



































Love With A Badboy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang