14

294 46 5
                                    

Vote dulu baru baca.

Hari ini, Rani sedang di halte bus. Ia sedang menunggu bus yang menuju ke sekolahnya. Kenapa Rani menunggu bus, tidak pergi jalan kaki seperti biasanya? Karena ia bangun kesiangan gara-gara Alan yang terus me-Line nya sampai larut malam. Kalo ia jalan kaki ke SMA Bhayangkara, bisa-bisa ia telat dan akan mendapatkan hukuman dari Bu Leni–guru killer di SMA Bhayangkara–. Rani tak mau namanya jadi tercemar hanya gara-gara ia telat datang ke sekolah.

"Ih! Mana sih bus nya. Kok gak dateng-dateng. Kalo begini gue bisa telat." gumam Rani kesal sambil mondar-mandir kayak setrika-an. Dan tak lama kemudian, terdengar suara motor sport beserta dengan suara klaksonnya yang berhenti tepat di depan Rani.

Tin tin tin tin

Rani menoleh ke arah suara tersebut dan mendapati motor sport berwarna merah berserta dengan orangnya yang memakai jaket kulit berwarna hitam dan memakai helm full face berwarna kuning.

Sepertinya gue kenal nih orang? Tapi gue lupa siapa ya? Batin Rani bertanya pada dirinya sendiri.

Orang yang berada di motor tersebut membuka helmnya. Dan Rani membelalakan matanya saat melihat orang tersebut. "Alan?"

"Buruan naik ke motor gue. Bareng gue aja berangkat ke sekolah nya." ajak Alan kepada Rani.

"Gak. Gue gak mau. Gue trauma berat naik motor sama lo. Bisa-bisa gue terkena penyakit jantung gara-gara naik motor sama lo. Mending gue naik bus." sahut Rani ketus sambil berkacak pinggang.

Alan mendesah pelan."Kalo lo nunggu bus dateng, gak bakalan ada. Ini tuh udah jam 6 lewat 15 menit. Percuma lo nunggu sampe monyet ngomong huruf 'b' juga gak bakalan dateng."

"Heh! Gue kesiangan juga gara-gara lo ya!" omel Rani dengan nada suara yang meninggi.

"Kok gara-gara gue? Salah gue apa?"

"Ck! Gak usah sok polos deh lo. Semalem ngapain nge-Line gue sampe jam 12 malem? Mending yang diomongin penting. Lah ini, cuma nanya 'udah tidur blom?', 'lagi ngapain?', 'udah makan?' dan bla bla bla." ucap Rani kesal.

Alan cekikikan saat melihat ekspresi kesal Rani. Menurutnya itu sangat lucu. "Gue Line lo kayak gitu karena gue kangen sama lo."

Rani merasa pipi nya merona dan buru-buru ia menyembunyikan wajah meronanya itu dengan memalingkan wajahnya ke arah lain. "Gak usah modus deh lo." kata Rani masih dengan wajah yang merona.

"Heheheheh... Yaudah buruan mau bareng gak? Daripada lo telat. Jarang-jarang lo gue ngajakin cewek bareng buat berangkat ke sekolah." tawar Alan sambil tersenyum dan menaik turunkan alisnya.

"Berarti lo pernah dong ngajakin cewek buat bareng sama lo?"Alan menganggukan kepalanya.

"Udah berapa cewek yang lo modusin?" tanya Rani sedikit sewot.

"Banyak. Sampe gak bisa dihitung pake jari." jawab Alan dengan santainya sambil menunjukkan jari-jari tangannya.

Rani membelalakan mata untuk kedua kalinya. Tetapi  kali ini mulutnya juga ikut terbuka, saking kagetnya."Gila. Berarti udah lebih dari sepuluh cewek yang lo modusin?" tanya Rani masih dengan keterkejutannya. Alan lagi-lagi hanya menganggukan kepalanya, tapi kali ini ia tersenyum penuh arti.

"Dasar playboy cap buaya. Udah berapa cewek yang lo pacarin?" tanya Rani lagi dengan sewot. Entah kenapa Rani merasa tidak suka membayangkan Alan dekat-dekat dengan cewek lain.

"Kok lo kepo sih? Lo cemburu ya kalo gue punya banyak cewek?"

"Eh, ehm... Gak kok. Gu-gue gak ce-cemburu."

Love With A Badboy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang