BAB 3

7K 399 6
                                    

Barbara Palvin

as

Melania Ratu Agnesia

Pagi ini sama seperti pagi-pagi biasanya bagi Bintang. Namun tidak biasa bagi Bulan, ia merutuki dirinya sendiri karena bisa lupa membawa PR-nya. Sangat bodoh.

"Bul, pake tugas gue aja. Gue laper banget, bisa mati gue kalo nggak makan." Kata sahabat tercintanya, tak lain tak bukan Melan.

"Tapi nanti lo gimana?" ucap Bulan panik.

"Nggak apa-apa. Gue laper Bul, tolongin sekali ini aja ya." Katanya dan berlalu ke depan untuk bilang ke Pak Adi kalau ia tidak membawa tugas. Lalu seperdetik kemudian Melan sudah berada di luar kelas.

Bulan sejenak berfikir, ia kira hanya dirinya saja yang memang gesrek. Tapi Melan, lebih gesrek darinya.

"Alhamdulillah ada yang lebih gesrek dari Bulan," katanya pelan.

Perempuan yang hobinya dikuncir satu ini sudah berada di kantin, masa bodo dengan Pak Adi yang akan memberinya tugas banyak. Yang ia pedulikan hanya satu, perutnya. Sekali lagi, hanya perutnya.

"Mang Ujang! Baksonya satu dong sama es teh ya!" katanya ramah pada amang bakso ini.

"Mba Tatiii, mau nasi uduknya dong satu. Nggak usah pake sambel." Katanya lagi pada penjual nasi uduk.

Semangkuk bakso dan es teh sudah terhidang di hadapannya. Dan tanpa lama ia langsung menyerobot baksonya. Tidak memakan waktu lama bakso di depannya ini sudah lenyap dan digantikan oleh nasi uduk.

Saat ia sedang menyuapkan nasi ketiganya ada seseorang yang sok kenal menyeletuk.

"Cantik-cantik kok makannya kayak kuli," celetuk laki-laki di hadapan Melan ini.

Melan tidak membalasnya ia masih fokus pada nasi uduk tercintanya ini.

"Ati-ati neng makannya, keselek ntar." Ucap Rayhan sok perhatian.

"Lo tuh ya, ganggu orang makan aja!" Kali ini Melan bersuara.

"Gue baru tahu kalau seorang Melania Ratu Agnesia serakus ini."

"Bawel banget sih!" Melan langsung bangkit dari kursinya dan segera pergi. Namun detik berikutnya pipinya tiba-tiba memanas.

"Neng Melan, baksonya bayar dulu atuhh."

-Bulan dan Bintang-

"Eh ayang Bulan, temennya ke mana?"

Bulan berdecak sebal karena sudah hampir pelajaran Pak Adi selesai, tapi Melan belum kembali. Dan sialnya lagi ia harus menghadapi laki-laki alay di hadapannya ini.

"Lo jangan gangguin gue!" protes Bulan pada Rio.

"Kenapa? Emang ada yang larang?" kata Rio menggoda Bulan.

Plak!

"JANGAN DEKET-DEKET SAMA GUE LAGI!!" teriak Bulan tepat di depan muka Rio.

Bulan langsung saja keluar kelas untuk mencari Melan.
Ia sudah mencari Melan ke toilet, perpustakaan, kantin, tapi sama saja hasilnya nihil.
Bulan berjalan di koridor sendirian, matanya langsung membulat dan langkahnya terhenti saat melihat Bintang sedang mengambil buku untuk pergantian pelajaran.

"Bintaaaaaang!!!" suara lengking milik Bulan menghiasi koridor sepi.

Wajah Bintang yang tadinya baik-baik saja sekarang berubah menjadi malas. Malas melihat perempuan aneh ini.

Semesta Bersabda // [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang