BAB 21

5.2K 312 13
                                    

Saat hujan, aku sadar kalau aku hanya tempat untuk kamu berteduh. Setelah hujan berhenti, kamu beranjak pergi tanpa mengucapkan sepatah kata apapun.

-Belgahem

Kantin seperti biasa terlihat ramai. Namun bagi lima orang laki-laki yang duduk bersama di meja ujung ini terlihat sangat hening. Atmosfer yang terjalin di sini sedang tidak baik.

"Jadi lo berdua marahan?" Rafa mengintimidasi dua orang laki-laki yang berada di hadapannya.

Bintang mengangkat bahu tak acuh. Sedangkan Abay menjawab, "Tanyakan saja pada ibu kantin."

Hampir ketiganya, Rafa, Galang, dan Rayhan berdecak sebal. Kenapa bisa orang selawak Abay bisa dapat masalah dengan orang sedingin Bintang?

"Serius dikit napa Bay," Rayhan jengkel dengan sikap Abay yang masih bisa-bisanya bercanda seperti tadi.

"Pasti ini tentang Bulan kan?" Galang menebak asal. Tapi sayangnya kali ini tebakannya benar.

Bintang bangkit dari tempatnya. "Kalo kalian cuma ngajak gue ke kantin buat hal gak penting, gue pergi." katanya membuat keempat temannya seketika terdiam.

Kaki Bintang baru saja melangkah namun perkataan Abay membuat dirinya tersulut emosi lagi.

"Jadi menurut lo Bulan itu hal yang gak penting?"

Bintang berbalik ingin bersiap meninju Abay. Namun dengan cekatan, Rafa menahannya. Begitupun Galang yang menahan Abay yang terlihat juga sudah emosi. Sedangkan Rayhan hanya bisa menonton. Karena sejujurnya ia tidak mau menjadi pelampiasan keduanya.

"Lo berdua tuh gak punya otak ya?" sentak Galang langsung membuang permen dari mulutnya. "kenapa gak bisa diselesaikan pake kepala dingin sih?!"

Bintang mengatur napasnya, begitu juga dengan Abay. Mereka berempat akhirnya duduk kembali.

"Di mulai dari lo Bay." ucap Rayhan.

Abay melirik Bintang sekilas. "Iya, ini emang tentang Bulan. Gue cuma gak sudi kalau Bulan cuma dijadiin bahan mainan Bintang. Kalian tau, Bulan itu cewek yang baik dan gak seharusnya dia diperlakuin sama cowok sampah macem dia."

Bintang langsung menatap tajam Abay.

"Apa lo ha? sini-sini mata lo gue colok!" ucap Abay lagi nyolot.

Bintang diam. Ia tidak lagi menatap Abay. Memang yang dikatakan Abay itu sepenuhnya benar. Tapi, sebisa mungkin ia harus merubah sikapnya untuk saat ini.

"Gue cabut ke kelas." Bintang bangkit dan pergi meninggalkan keempat temannya. Lagipula, mood-nya sudah rusak dari pertama melihat Abay.

Abay yang melihat reaksi Bintang hanya bisa megangkat bahu acuh tak acuh. Lagipula Abay benar kok. Lalu, ia melanjutkan bercerita kepada ketiga temannya.

-Bulan dan Bintang-

Bintang berjalan cepat menuju kelas 11 IPA 6, ada satu orang yang harus ia ajak bicara serius sekarang. Ia tidak mau masalahnya jadi menambah besar. Lagipula, ini bukan hal yang Bintang inginkan.

Matanya membulat saat melihat perempuan dari arah berlawanan itu datang menghampirinya.

"Gak usah cape-cape nyamper, dia datang sendiri." Pikirnya dalam hati.

"Bintang? mau ke mana?" tanya perempuan yang sudah Bintang cari daritadi.

"Cari lo."

"Ada apa?" tanya balik perempuan itu.

Bintang menghela napasnya. "Ada hal yang harus gue bicarain sama lo. Pulang sekolah nanti di kafe biasa."

"Kenapa nggak sekarang aja?" tanya perempuan ini, kenapa harus nanti kalau bisa dibicarakan sekarang?

Bintang pun terdiam sejenak. Akhirnya dia mengangguk sendiri. "Ayo."

Perempuan itu pun mengikuti langkah Bintang. Ah, sepertinya ini jalan menuju taman belakang sekolah.

Keduanya sudah duduk di bangku putih panjang yang di depannya terdapat air mancur yang indah.

"Jadi gini...." Bintang menggantung ucapannya, membuat perempuan di hadapannya ini bertambah penasaran.

"Gue gak bisa kayak gini terus."

Perempuan ini tidak mengerti, "Kamu ngomong apa sih Tang? gak biasanya basa-basi gini."

Bintang menghela napasnya lagi. Sepertinya niatnya kali ini benar. "Gue, lo, kita gak bisa kayak gini terus. Gue tau lo suka gue, dan gue juga nyaman sama lo. Tapi, lo gak pernah mikir ada satu hati yang akan terluka saat gue bilang hal itu---"

"Ini tentang Bulan? iya?" perempuan ini memotong ucapan Bintang.

Bintang mengangguk. "Jangan potong ucapan gue dulu. Maksud gue ngajak lo bicara kayak gini, ya udah. Udah, gue nggak mau nyakitin Bulan lebih dari ini. Gue tau dia nyebelin, to be honest gue juga ngerasain yang namanya nggak mau kehilangan saat lagi sama dia. Jadi, lo ngerti kan Zoel?"

Zoella menunduk, ia mendengarkan sambil menunduk dan menahan tangisnya.

"Jadi, menurut gue semuanya harus segera di akhiri." ucapnya lagi. Dan ternyata Zoella tidak bisa menahan tangisnya lebih lama. Ia sudah terisak dalam tangisnya.

"Gue--gue pergi dulu Zoel, sorry." hanya dengan perkataan itu, Bintang pergi. Pergi menjauh dari Zoella dan lebih memilih Bulan.

Kamu nggak tau, yang lebih sakit di sini itu aku Tang, bukan kamu ataupun Bulan.

-Bulan dan Bintang-

"Rayhan!" suara cempreng milik perempuan berambut panjang ini membuat langkah Rayhan terhenti.

"Kenapa Bul? pasti Bintang?" tebaknya yang sudah pasti benar.

"Iya, Bintang ada gak?" tanya Bulan.

"Gue liat di kelas gak ada. Padahal daritadi dia udah pergi dari kantin," jawab Rayhan.

"Melan mana?" tanya balik Rayhan membuat Bulan terkekeh.

"Suka tuh samperin, jangan diem aja. Katanya cowok jantan, gimana sih," ucap Bulan meledek.

Rayhan mendengus sebal, "Sama gue mah langsung di kawinin entar Bul," kekehnya.

Bulan pun ikut terkekeh atas candaan ringan ala Rayhan.

"Ngapain lo berdua?" suara ini menyadarkan Bulan dan Rayhan untuk segera berhenti tertawa.

"Eh panjang anu, gue duluan deh," ceeocos Rayhan dan langsung meninggalkan Bulan juga Bintang yang baru datang.
"Habis dari mana? Bulan cariin kok gak ada?"

"Sekarang ada kan?"

"Iya sih, tapi tadi kemana?"

"Kepo."

"Sana masuk kelas, udah mau bel." Usir Bintang kepada Bulan.

Bulan mencebikan bibirnya, "Ya udah, nanti pulang antar Bulan ke supermarket dulu ya,"

Bintang mengangguk, dan tanpa diduga-duga Bintang mengacak rambut Bulan pelan.
Dalam hati ia berkata, "Gue gak mau ngecewain lo lagi Bul, gue sayang sama... lo."

---------

Halohaaa!
selamat mebaca, btw selamat berpuasa bagi yang menunaikan. Semoga puasanya lancar ya sayang-sayang!!!
Mei 2017
ILY guys!!!

Semesta Bersabda // [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang