BAB 10

5.5K 368 12
                                    

"Bulan, tolong jangan buat gue khawatir. Gue gak suka itu."

Kata-kata itu masih saja terus terngiang di kepala Bulan. Iyalah, gimana nggak terngiang kalau yang bilang gitu laki-laki incarannya?

"Bulan, lo gak mau balik?" suara Melan langsung menyadarkan Bulan dari lamunan berkah itu.

"Hah? apa?" Bulan balik bertanya.

Melan mencebikan bibirnya. "Lo gak balik? gue sama Zoella mau ekskul nih. Dia minat masuk Jurnalistik."

Bulan melirik ke arah Zoella yang berdiri menunggu Melan mengobrol dengan dirinya.

"Oh, hari ini lo ekskul berarti Bintang juga ekskul. Gue nungguin Bintang aja deh," jawabnya berusaha mengompor-ngompori Zoella.

Melan pasrah seraya geleng-geleng kepala.

"Zoella satu ekskul sama gue loh," bisik Melan tepat di telinga Bulan

Bulan menegang seketika. Kalau Zoella satu ekskul dengan Melan itu namanya bencana. Pasalnya Bintang 'kan juga ekskul hari ini. Gawat darurat nih.

"Biasa aja kali, ngayalnya gak usah jauh-jauh." bisik Melan lagi membuyarkan lamunan Bulan.

Gantian Bulan yang mencebikan bibirnya. "Ya udah ah, sanaaaa hus hus hus," usirnya.

Melan memutar kedua bola matanya dan langsung menarik Zoella pergi ke ruang Jurnalistik.
Bulan kembali duduk di bangkunya. Ia mengeluarkan handphone dan mencoba mengirim pesan pada Bintang.

Bulan : Bintang, nanti Bulan temenin latihan futsalnya yaaa!!

Sedangkan laki-laki yang baru saja berganti pakaian itu mendengus sebal saat mendapatkan pesan dari seseorang yang sama sekali tidak ia inginkan.

"Kusut amat bang," celetuk Galang yang menyadari perubahan raut wajah Bintang.

Bintang hanya mendengus tidak menghiraukan.

"Pasti Bulan 'kan?" tanya Galang tidak mau menyerah.

Bintang berjalan mendahului Galang. Moodnya sangat tidak baik kalau membahas perempuan macam Bulan.

Galang tersenyum geli melihat tingkah Bintang yang sangat cuek itu. "Dasar tukang ngambek, gue doain juga nih biar lo suka sama si Bulan." ucap Galang pada dirinya sendiri. Sejujurnya ia sangat setuju jika Bintang dan Bulan pacaran. Namanya saja sudah serasi. Tapi kepribadian keduanya sangat bertolak belakang. Cuek dan cengengesan. Sangat berbeda.

Bulan sudah membeli beberapa botol minuman dengan varian rasa yang berbeda. Ada air mineral biasa, soda, minuman rasa buah, dan juga susu. Semuanya lengkap hanya untuk Bintang.

Bulan menenteng kantung plastik berwarna putih itu dengan raut wajah yang sangat ceria. Sesampainya di lapangan futsal ia kembali tersenyum lebar melihat Bintang dengan lincahnya menggiring bola.

"BINTANG SEMANGAT YA SAYANGKUU!!!" teriak Bulan kencang. Teman-teman Bintang terkekeh melihat tingkah Bulan. Sedangkan Bintang tidak menengok atau pun melirik. Ia tidak peduli.

"AYO BINTANG SEMANGAT!! TENANG BULAN DI SINI SELALU BERDOA YANG TERBAIKK!!!" Bulan kembali teriak untuk mendapatkan perhatian Bintang. Tapi responnya masih sama saja. Bintang sengaja mengabaikannya.

"Sabar ya Bul, dia mah gitu," celetuk cowok berambut ikal dengan nama punggung Reza itu.

Bulan hanya tersenyum tipis. Dia itu Bulan, dan dia tidak akan mudah untuk menyerah.

"Reza, gue titip ini ya. Mau ke kamar mandi sebentar." ucap Bulan memberikan kantung plastik putih itu.

Reza mengangguk dan terkaget saat tahu isinya adalah bermacam varian minuman. "Buset dah, banyak amat ini,"

Semesta Bersabda // [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang