BAB 8

5.6K 303 2
                                    

Abay Dirgantara On Mulmed!

                       ****

Sekarang hari Kamis, dan hari ini adalah bagian piket untuk Bulan.

Bulan sengaja datang lebih pagi dari biasanya agar bisa membereskan kelasnya dengan bersih. Tipikal anak rajin.

Kelas IPA enam memang paling ujung dekat dengan kelas Bahasa.

Saat Bulan hendak memasuki kelasnya, terdengar suara langkah kaki di belakangnya.
Bulan tak perlu memikirkannya, ia terus berjalan sampai akhirnya langkahnya terhenti ketika orang itu memanggil namanya.

"Bulan..."

Bulan menengok dan mendengus sebal, kenapa harus dia sih?

"Woi!" tegur Abay yang sekarang sudah di samping Bulan.

"Apaan sih!" dengus Bulan tak suka.

Abay terkekeh pelan, "Jutek amat sih,"

Lagi, Bulan hanya memutar bola matanya saja.

"Tumben dateng pagi, biasanya siang." sahut Abay yang berusaha sok dekat dengan Bulan.

Tapi Bulan ya tetap Bulan, akan terlihat cuek di depan cowok manapun, kecuali Ayahnya dan Bintang.

"Suka-suka gue dong," balas Bulan sengit dan langsung saja berjalan kembali meninggalkan Abay di tempat.

Persetan dengan Abay yang sekarang berdiri tegap di depan pintu kelasnya.

Selanjutnya Abay hanya geleng-geleng kepala dan tersenyum. Entahlah maksud senyumannya itu apa.

Bulan langsung menaruh tasnya dengan kasar. Kenapa ia harus berurusan dengan Abay sih? Bulan 'kan hanya tahu kalau Abay itu sahabat Bintang, Abay lumayan ganteng walaupun masih gantengan Bintang, dia juga jago karate karena sabuknya sudah hitam. Dan selebihnya Bulan nggak tahu. Jangan sampai Abay nambah-nambahin pikiran Bulan.

  -Bulan dan Bintang-


Bintang merapihkan semua surat-surat yang berserakan lagi di bawah lokernya. Ah, mungkin sekarang membereskan lokernya dari kertas-kertas ini akan menjadi kebiasaannya.

Setelah semuanya selesai Bintang segera berbalik untuk menuju kelasnya.
Saat Bintang berbalik ia melihat seorang perempuan yang sedang celingak-celinguk seperti mencari sesuatu.

Satu lagi yang belum kalian ketahui, Bintang itu Ketua OSIS. Jadi, nggak ada salahnya kalau dia membantu perempuan ini.

Bintang berjalan mendekat ke arah perempuan itu.

"Ehm, maaf,  nyari siapa ya?" kata Bintang gugup.
Entahlah, kenapa Bintang jadi gugup begini? jangan sampai reputasinya hancur.

"Eh, itu--A-aku nyari ruang tata usaha di mana ya?" tanya perempuan bermata agak sipit ini, kulitnya putih hampir sama dengan Bintang. Wajahnya seperti campuran indonesia dengan Amerika, dan tentunya cantik.

"Anak baru?" tanya balik Bintang.

Gadis itu pun mengangguk.

"Gue antar mau?" tawar Bintang. Perempuan setengah bule itu mengangguk.

Bintang pun berjalan mendahului perempuan cantik ini, dan gadis yang belum diketahui namanya siapa, mengekorinya dari belakang.

Semesta Bersabda // [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang