BAB 6

6.2K 344 6
                                    

"Kalau Bintang nggak bolehin Bulan untuk nginep, biar aja nanti Bulan aduin ke Tante Vian kalau Bintang itu pernah ngumpetin tas orang dan masuk BK!" ancam Bulan. Dan ini sudah beberapa ancaman yang ia berikan pada Bintang.

Respon Bintang hanya senyum miring saja. Dalam hati ia tersenyum puas. Bintang tahu ancaman-ancaman yang di berikan Bulan itu nggak ada yang benar, karena bukan dia pelakunya. Dan Bintang senang karena sekarang Bulan bingung mau mengancam dengan cara apalagi.

"YaAllah, kuatkan lah iman Bulan, jangan buat Bintang senyum-senyum nggak jelas YaAllah. Bulan kan jadi takut,"

Bintang melotot saat sadar apa yang diucapkan Bulan, serius ia melamun?

"Maksud lo apa?" tanya Bintang sarkas.

Bulan menurungkan tangannya yang tadi posisinya sedang berdoa.

"Bintang yang kenapa! Bulan lagi ngomong malah senyum-senyum nggak jelas, mau pamer senyum?! Iya?!" ucap Bulan tegas.

Bintang mencebikan bibir nya, "Masa bodo."

"Bintang!!" jerit Bulan nggak karuan.

Bintang cuma bisa mengelus dada sabar melihat kelakuan super kanak-kanak Bulan.

Bintang langsung melangkah cepat untuk segera pulang. Tapi lagi-lagi ia dicegat oleh Bulan,

"Please Bintang, lagian Bulan kan nggak modus. Ini tuh Bulan mau minta ajarin Kimia," mohon Bulan lagi.

"Nggak."

"Please, Bulan janji deh bakal beliin Bintang game PS yang baru..." sogok Bulan lagi.

"Nggak."

"YAUDAH! DASAR PELIT! BERUANG KUTUB PELIT! HUH!" ujar Bulan tegas sambil menghentakan kakinya ke lantai.
Bulan langsung berlari dan berniat untuk pulang sendiri.

Bintang yang dari tadi menahan tawa akhirnya meledak. Tawa Bintang benar-benar kencang. Bisa-bisa bangunin hantu kali nih,
Sedetik kemudian Bintang lagsung berhenti dan memasang tampang datar.

"Gue apaan sih ketawa begini," desis nya.

***
Sekarang Bulan lagi di rumah Bintang. Bulan sengaja nggak bilang Bintang. Karena kalau dia bilang, sama aja itu namanya percobaan bunuh diri.

"Nggak apa kan tante kalau Bulan nginap disini?" tanya Bulan yang sedari tadi memastikan.
Padahal Vian--Mamahnya Bintang dari tadi sudah ngangguk-ngangguk. Udah mirip kayak boneka hokben, eh bercanda.

"Nanti juga ada Mba Ulan kok, jadi kamu tidur di kamar tamu aja Bul," jelas Vian.

"Siap tante! seneng deh, udah lama nggak ketemu Mba Ul,"

Vian hanya senyum-senyum saja, ia sudah tau bagaimana Bulan.

"Tan, nanti suruh Bintang bilang sama bunda ya." kata Bulan sedikit pelan.

Vian menoleh sebentar, lalu melanjutkan memotong bawang, "Beres pokok nya!"

Dan lagi, jawaban Vian bikin Bulan kejang-kejang.
Seenggak nya 30% rencananya berjalan lanjar. Tinggal menyelesaikan 70% lagi.

Tidak lama Vian langsung membereskan pisau dan alat masak segala macam, tak lupa Bulan juga ikut mebantu.

Vian langsung berjalan ke atas menuju kamar anak perjaka nya.

Bulan melirik dari bawah dan menunggu Bintang keluar. Benar saja, Bintang langsung nongol di ambang pintu.
Tapi anehnya, Bintang sama sekali nggak lihat Bulan.

Dari bawah dapur Bulan bisa melihat macam-macam perubahan ekspresi Bintang.
Yang tadinya kalem, berubah menjadi tegang, lalu selanjutnya menjadi jutek kembali. Ah, Bintang banget inimah.

Semesta Bersabda // [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang