Think

136 18 1
                                    

"Perkenalkan, nama saya Sonya De Vanya, Saya dari Jakarta. Senang bisa berteman dengan kalian semua"

Semua temannya tersenyum dan menganggukkan kepalanya, ada juga yang terlihat mendiskusikan Sonya.

Perkenalan itu merupakan awal perjalanan kisah sekolah Sonya di Jogja. Kelas ini diisi oleh anak - anak yang aneh semua dan tidak seperti biasanya. Sonya membutuhkan waktu lebih lama untuk beradaptasi

"Ibu akan membuat kelompok untuk tugas kalian, 1 kelompok 4 orang dan kelompoknya ibu yang menentukan"

Ibu Putri, guru IPS yang sangat disukai ini akan menjadi sangat dihindari ketika dia memberikan tugas kepada muridnya. Tugas yang diberikan bukan main susahnya, dan jika mengumpulkannya tidak tepat waktu maka perbedaan nilai akan diterapkan.

Sudah 1 pekan Sonya disekolah ini, dan sudah ada 1 surat yang ia berikan kepada Lauren, sahabat jauhnya. Dia menceritakan semua kepadanya, termasuk Zac.

Selama sepekan belum pernah ada komunikasi diantara Zac dan Sonya, pernah Sonya memulai pembicaraan tetapi tampaknya Zac tidak begitu tertarik dan hanya fokus ke novelnya.

Teman - teman Sonya yang perlahan menjadi sahabatnya yaitu Aulia, Rani, Miran, Ana dan Ika tampaknya sangat bersahabat dengan Sonya sehingga perlahan Sonya merasa nyaman disekolah barunya.

Satu persatu nama murid disebutkan oleh Ibu Putri, dan tanpa disangka Sonya dan Aulia satu kelompok dengan Zac dan Derren si anak bad boy yang selalu saja membuat masalah. Zac hanya melihat sekilas ke Sonya dan kembali fokus ke Ibu Putri.

Setelah pelajaran selesai, Zac menghampiri Sonya dan Aulia.

"Jadi kapan mau ngerjain, Vanya?"

"Vanya? Eh.. mmm... Sabtu bisa?" Jawab Sonya yang sedikit merasa aneh ketika Zac memanggil dia Vanya.

"Sabtu gua ada les piano, tapi yaudah gua bolos aja ah. Ok sabtu gua bisa." Jawab Zac.

"Darren bisa gak tuh?" Tanya Sonya.

Zac terdiam dan mereka bertiga melihat Darren yang sedang mencorat coret tembok sekolah dengan spidol kelas.

"Gua yg atur" Zac langsung berbicara singkat padat dan pergi ke luar kelas.

"Ke lu kok agak adem ya, gak dingin gitu" ijah mengomentari.

"Gua ramal, kayaknya Zac demen ama lu. LULUS SMA KAWIN!" Lanjut Miran.

"Aku setuju" Ika melanjutkan.

"Aku sih yes" Rani yang mengamati ikut mendukung.

"Ibumu ini setuju kok nak" Ana sebagai ibu di kelas menyetujui.

"Hei.. jangan cepet ambil kesimpulan gitu ih. Wajar lah dia kayak gitu kan nanya masalah tugas kelompok" Sonya menjawab mereka semua untuk meluruskannya.

Mereka berlima hanya senyum - senyum melihat Sonya dan saling memberikan kode.

Pulang sekolah menggendong tas birunya dan ketika berjalan di lorong kelas

"Vanya!" Zac memanggil.

Sonya menengok kebelakang melihat Zac menggenggam tas kecil milik Sonya

"Tas gua!" Sonya berteriak kaget dan segera mengambil tasnya.

"Thanks Zac, untung ada lu" Sonya mengucapkan terima kasih kepada Zac.

"Dasar ceroboh" Zac justru membalas  dingin, lalu dia meninggalkan Sonya.

"Zac tunggu! Darren bisa gak?" Sonya bertanya kepada Zac.

Zac menengok dan menggelengkan kepalanya dengan singkat lalu pergi. Sungguh dingin sikap dia, tetapi tanpa dia tas kecilnya pasti sudah tertinggal didalam kelasnya.

Sampai di rumah Sonya memainkan pianonya dengan sempurna, alunan lagu yang ia mainkan sungguh indah. Perlahan rintik - rintik hujan mulai membasahi tanaman hias diluar rumah Sonya, teringat rumahnya yang dulu, teman - teman lamanya dan juga Lauren.

Andaikan challange ini tidak diterapkan mungkin Sonya tidak harus menunggu hari dimana surat itu tiba, meskipun sekolah barunya membuat dia nyaman tetapi sahabat seperti Lauren sulit dilupakan. Kalung yang selalu ia pakai membuat Sonya terus teringat dengan Lauren.

Ditambah lagi, Sonya tidak memimpikan lelaki itu, lelaki yang sempat memikat hatinya ini membuat  rindu semakin kelam didalam hati Sonya, mengingat hari - hari Sonya dipenuhi misteri akan lelaki itu kini tampaknya mulai memudar. Hati Sonya terasa hampa, ia selalu berharap dapat memimpikan dia lagi namun tampaknya tak pernah tercapai.

Kini Sonya ingin membuang semua rasa sedihnya, ia berusaha untuk melupakan lekaki itu.



Ku kasih bonus 1 part yaks :v
Btw story ini gua bikin udh stengah perjalanan, kalian wait saja ok

Thanks udh mau baca cerita aku ya, kalo suka silahkan vote 👌

Eh iya aku ngefans sama ini, ngefans banget.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dream [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang