Black Coat

291 15 2
                                    

"Ouch!!"
"Tuan Muda!"
Laki-laki mengerikan itu mengalihkan pandangan pada si pelaku penabrakan. Si pelaku yang ditatap seperti itu pun segera mengubah mimik mukanya. Bukan karena sengaja, jujur ia takut berhadapan dengan lelaki tinggi kekar seperti itu. Amarah yang tadinya siap ia semburkan, kini mendadak hilang. Bibir mungilnya kehilangan kosa kata, membuatnya terdiam seribu bahasa.
"Kau, apa kau tidak lihat kalau..."
Sebuah tangan terangkat, menginterupsi ucapan si lelaki yang bahkan belum selesai.
"Kau menakutinya Ichirou."
"Tapi dia tidak terlihat takut, tuan."
Ya, bagaimana si pelaku ini takut jika gaya bicara laki-laki mengerikan itu begitu lucu dan cadel? Yah, mungkin karena dia merupakan orang luar. Siapa tadi? Ichirou? Orang Jepangkah? Sama seperti laki-laki muda yang kini berdiri di hadapan si pelaku penabrakan. Laki-laki yang gagah dengan tubuh tinggi , tegap, dan wajah yang begitu maskulin. Belum lagi tatapan matanya yang begitu tajam.
"Kau oke?" tanya si laki-laki muda
"Daijoubo." jawab si pelaku. "Uhm, bajumu?" tunjuknya pada setitik noda gelap akibat kopi yang ia tumpahkan di coat hitam sang tuan muda.
"Hal kecil. Lupakan."
"Uhm, oke." ucap si pelaku tanpa beban.
"Wow, sama sekali tidak menunjukkan rasa sungkan." sindir si pria mengerikan.
"Ichirou." tegur si tuan muda. "Pulanglah. Sekarang sudah terlalu larut untukmu."
"Tentu saja. Terima kasih sudah memaklumi kesalahanku dan maaf untuk masalah yang kuciptakan. Permisi."
Si pelaku berlalu dari hadapan kedua lelaki itu.
"Benar-benar tidak terduga. Kenapa gadis itu muncul di sini? Mungkinkah dia seorang mata-mata?" gumam si pria mengerikan sambil melihat sekitar yang sepi.
Ya, mereka sedang di basement sebuah hotel bintang lima di Jakarta untuk debuah urusan yang tidak kecil. Dan kemunculan si gadis benar-benar sesuatu yang tidak terduga.
"Dia bukan siapa-siapa Ichirou. Walaupun sebenarnya ada sesuatu yang menggangguku." ujar si pria muda sambil menggaruk pelipisnya. Ia mengenali tanda itu, tanda yang sering dipahatnya pada pualam hidup.
"Mereka datang tuan muda." interupsi Ichirou.

***

"Selamat datang. Ah, bibi?"
"Halo Ayu. Hari ini kau dapat shift pagi?"
Gadis itu tersenyum lesu. "Yah begitulah, mbak Ana harus pergi ke dokter. Anaknya sakit. Jadi, aku terpaksa menggantikannya."
Bibi tua itu tersenyum mendengarnya. "Setidaknya dia memberimu gaji untuk shift pagi ini kan?"
Ayu mengangguk. Dalam hati ia membenarkan ucapan si bibi. Bagaimanapun mbak Ana, si pemilik laundry, sangat baik kepadanya.
"Ayu," panggil bibi, "Bisakah kau mencuci coat ini?"
"Wow, sepertinya barang mahal."
Bibi mengangguk saja. "Tuanku tiba kemarin malam. Setelah hampir 20 tahun tidak pulang, akhirnya ia kembali."
"Selama itu?" tukas Ayu seraya mengambil coat hitam dari tangan Bibi. Ditelitinya coat tersebut. Tidak ada yang serius kecuali setitik noda gelap di bagian dada. Sesuatu melintas di pikiran si gadis, tapi ia mengabaikannya.
"Kau bisa membersihkannya kan Ayu?"
"Tentu saja bibi."
"Syukurlah. Aku tak ingin mengecewakan tuanku. Tuan mudaku yang malang." desah si bibi.
"Tenanglah, aku pastikan coat ini kembali dengan bersih."
"Dan bisakah kau menyelesaikannya hari ini juga? Berapa pun biayanya tidak masalah."
"Baiklah."
"Dan antarkan ke alamat ini nanti pukul 7. Tuanku akan ada di sana."
Gadis itu mengangguk senang. Apa pun permintaan si bibi dari rumah kaya, ia akan melaksanakannya. Ayu tidak pernah tau siapa tuan dari si bibi baik ini. Tapi yang jelas, Ayu tau kalau si tuan sangat kaya. Rumahnya saja begitu luas dan dijaga banyak orang. Beberapa kali Ayu pergi ke sana untuk mengantarkan baju yang sudah selesai dicuci. Sayangnya, di sana tidak ada satu pun foto si tuan muda. Hanya sebuah foto keluarga berukuran besar. Di dalamnya nampak seorang laki-laki dan wanita muda yang tampan dan cantik beserta anak lelaki mereka yang sangat sangat tampan. Mungkinkah anak itu yang kini disebut tuan muda?
Tak mau ambil pusing, Ayu segera mengangkat coat hitam itu ke tempat cucian. Ia akan mencucinya dengan tangannya sendiri. Ya, sesuatu yang berharga harus diselesaikan oleh tangannya sendiri.

***

Ayu hanya bisa menatap datar bangunan di depannya. Dia rasa kali ini si bibi melakukan kesalahan. Bagaimana mungkin orang sebijak itu mengirim gadis muda sepertinya ke club? Sedangkan untuk kembali dan mengonfirmasi segalanya sudah terlambat. Sekarang pukul setengah 7. Apa yang bisa ia lakukan dalam waktu 30 menit di Jakarta?
Ayu pun melangkah masuk dengan segenap keberanian yang ia miliki. Untunglah malam ini ia mengenakan jins dan kaus yang ditutup jaket. Setidaknya ia tak akan diusir karena penampilannya. Tapi, masalah baru timbul ketika ia ingat, ia tidak tahu harus menyerahkan coat ini ke siapa. Ya Tuhan... Salah apa hambamu? dumal Ayu dalam hati.
Ayu pun terus berjalan masuk ke klub. Menanyai setiap orang kaya di sana, tapi tak ada yang merasa memiliki coat hitam itu. Ayu hampir melangkahkan kakinya keluar club ketika sudut matanya melihat vip room.
"Pasti orang kaya itu di sana," pikir Ayu semangat.
Segera ia langkahkan kakinya ke sana. Belum sempat ia masuk, sesosok tubuh kekar keluar menabraknya tanpa sengaja. Belum sempat Ayu mengaduh, sosok itu menegurnya kasar.
"Kau lagi? Kau benar-benar tidak menggunakan matamu untuk melihat dengan benar ya? Baka!"
Mata Ayu membulat sempurna. Ia mengenali sosok itu.
"Ichirou?" ujarnya tanpa sadar.
"Berani sekali kau memanggil namaku begitu saja!" bentak Ichirou kesal.
"Kau pikir aku tidak tau kau mengataiku bodoh?! Dasar paman jahat!"
"Paman? Aku tidak setua itu anak ingusan!"
"Berhenti mengataiku, paman cadel! Berhenti memakai bahasa ibuku jika kau tidak benar-benar menguasainya! Menyebalkan!"
Ayu pergi sambil menghentakkan kakinya dengan kesal. Pertengkaran mereka mengundang perhatian pengunjung club, tak terkecuali tuan muda yang berada di dalam vip room.
"Ada apa?"
"Tuan muda? Kenapa anda keluar?" Masuklah lagi."
"Aku mendengar ribut-ribut di luar. Apakah itu mereka?" tanya si tuan muda sambil melirik sekitar sebelum akhirnya kembali ke dalam. Tidak ada siapa-siapa di luar sana. Tidak juga gadis yang baru saja bertengkar dengan Ichirou.
"Oh bukan." jawab Ichirou. "Aku bertemu gadis itu lagi."
"Gadis itu?"
Ichirou mengangguk. "Yang semalam menumpahkan kopi ke bajumu tuan."
"Hmm ngomong-ngomong soal baju, apakah tak ada gadis muda kemari sambil membawa bajuku yang ketumpahan kopi itu?"
"Gadis muda dan bajumu? Kurasa tidak ad...."
Ichirou menghentikan ucapannya sendiri. "Mungkinkah itu dia? Gadis yang kemarin?"
Sang tuan muda menajamkan matanya. Dia benci jika Ichirou mulai berbelit-belit. Dan anak buahnya itu cukup sadar akan perubahan emosi tuannya.
"Gadis yang kemarin menabrakmu adalah gadis yang sama yang mengantarkan bajumu hari ini karena saya melihat dia membawa coat."
"Ya, kurasa itu benar dia. Ichirou cari di..."
Ketukan di pintu menghentikan percakapan mereka. Seorang laki-laki muda masuk.
"Tuan, mereka menelepon."
Sang tuan muda meraih telepon dari genggaman anak buahnya.
"Halo tuan Anton. Apakah kau ingin membatalkan pertemuan ini? Kau tahu konsekuensinya bukan?" ujar sang tuan muda santai.
"Kurasa kau yang perlu tau konsekuensinya Kazuya san. Gadismu ada bersamaku."
"Gadis?"
"Jangan berlagak bodoh. Anak buahku melihatnya pergi ke club sambil membawa bajumu."
Kazuya tertawa pelan. "Baiklah anggap saja dia gadisku. Lalu kau mau apa?"
Suara di seberang sana mendecih pelan. "Apakah dia bukan gadismu?"
"Tentu saja bukan."
Tedengar suara di seberang sana mengumpat kasar.
"Dengarkan aku tuan Anton. Anda telah mencoba menipu perusahaan kami selaku mitra kerja anda. Seharusnya aku melaporkanmu ke pihak berwajib. Tapi aku tawarkan kesepakatan lain. Kubeli saham kepemilikan perusahaanmu dan kau bisa tetap duduk di meja direktur. Jadi, datanglah kemari. Kita bicarakan kesepakatan ini lebih lanjut." jelas Kazuya sambil memberi isyarat pada Ichirou. Mengerti akan isyarat bosnya, Ichirou segera berlalu dari Vip room untuk melaksanakan tugasnya.
"Kau mau menghancurkan aku?!" bentak suara di seberang sana.
"Aku menawarkan jalan damai."
"Tak akan kuserahkan perusahaan yang susah payah kubangun."
"Maka jangan bermain curang denganku." desis Kazuya.
"Hahaha. Terserah kau Kazuya san. Kuperingatkan kau untuk pergi dari jalanku. Dan sebagai tanda peringatan akan kukirimkan mummy cantik gadis ini. Selamat malam."
Kazuya menyerahkan telefon pada anak buahnya dan mengambil earphone yang sudah disiapkan.
"Ichirou, mulai operasinya sekarang." Perintah Kazuya melalui earphone di telinganya.

***

Kazuya tiba di sebuah tempat hiburan di pinggiran Jakarta. Tempat itu porak poranda. Dikawal beberapa anak buahnya, Kazuya menuju ruang utama.
"Tuan muda." seru Ichirou ketika melihat Kazuya masuk.
"Kau berhasil membereskannya?"
"Ya, tapi..."
Kazuya mengikuti arah pandangan Ichirou. Di depan sana, di antara kepungan anak buahnya nampak Anton menyandera seseorang. Gadis itu. Gadis yang kemarin menumpahkan kopi ke bajunya.
"Kalau kalian berani menembakku. Akan kuledakkan kepala gadis ini."
"Kau benar-benar merepotkan Anton."
Belum sempat Anton melihat wajah si pemilik suara sebuah timah panas menembus bahu kanannya. Kazuya berhasil menembaknya. Anton terjatuh begitu pun dengan si gadis. Sigap, anak buah Kazuya meringkus Anton.
"Jebloskan dia ke penjara, Rio." perintah Kazuya kepada Rio, anak buahnya yang lain. "Dan Andi, segera urusi pengakuisisian perusahannya."
"Baik tuan muda." jawab Andi dan Rio serentak.
Selepas kepergian keduanya, Kazuya segera menghampiri si gadis.
"Daijoubo?" tanya Kazuya dengan bahasa ibunya. Terakhir kali ia menanyai keadaan si gadis, gadis itu menjawab dengan bahasa yang tak disangkanya.
"Terima kasih sudah menjaga coatku." lanjut Kazuya seraya melirik coatnya yang ada dalam dekapan si gadis.
"Ini milikmu?" tanya Ayu memastikan. Kazuya mengangguk.
"Syukurlah aku bisa mengembalikannya pa..da..mu..." ujar Ayu sembari tersenyum sebelum akhirnya... Bruk.
Ayu terjatuh dalam dekapan Kazuya. Sesuatu yang basah dan pekat membasahi baju Kazuya. Darah mengalir deras dari perut si gadis dan membuat Kazuya terhenyak karenanya.

***

Daijoubo= apakah kau baik-baik saja?
Baka= bodoh

Mr Yakuza and His MaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang