Photograph

84 5 1
                                    

Meja nomor 15 itu begitu hening atau lebih tepatnya diliputi suasana ketegangan. Enam pasang mata memandang Kazuya dan Ayu dengan tajam. Kazuya mengangkat dagunya tinggi-tinggi, menentang setiap pasang mata yang mengintimidasinya. Sementara Ayu bertingkah seperti kelinci di sarang harimau. Tak berapa lama pelayan menyajikan menu sarapan. Makanan sudah terhidang, namun tak satu pun tangan bergerak memgambil sendok maupun garpu. Semua tertawan dalam keheningan.
"Aku makan ya?" ujar Ayu pelan. Sangat pelan. Dan ketujuh pasang mata pun sontak menatapnya tajam. Ayu langsung mengkeret. Diletakkannya lagi pisau dan garpu yang sudah di tangan. Selamat tinggal roti bakar, ucap Ayu dalam hati sambil menatap masgul roti bakarnya yang mengepulkan uap hangat khas roti yang baru dibakar dan aroma selai stroberi yang menggoda cacing-cacing perutnya.
Kazuya menatap koleganya dengan pandangan mengintimidasi dan ingin tau. Kenapa mereka berani menentangnya seperti ini? Namun tak satu pun yang coba membuka suara. Kazuya pun mengambil inisiatif, namun ....
Kruyuuukkkkk....
Perut Ayu berbunyi nyaring hingga membuat ketujuh mafia di depannya menatapnya galak.
"Aku laparrrr." rengek Ayu tak tahan dengan keadaan menyebalkan ini.
Ketujuh mafia itu membuang napas dalam. Kazuya mengambil sendok dan garpunya.
"Sekarang kau bisa makan." ujar Kazuya yang disambut sorakan senang Ayu. Kazuya memotong rotinya dengan elegan, sedangkan keenam koleganya yang lain dengan khitmad menyesap kopi masing-masing-menunggu penjelasan Kazuya.
"Apa yang kalian inginkan?" tanya Kazuya memulai percakapan.
"Semalam kau ke mana?" tanya Maria penuh intimidasi. Memang Maria yang melempar joke candaan atas kebersamaan Ayu dan Kazuya, tapi tak urung ia khawatir juga saat sampai tengah malam, Kazuya dan Ayu tak nampak batang hidungnya.
"Bermain." jawab Kazuya acuh. Kini keenam pasang itu menatap Kazuya tajam.
"Kau?" Maria mengacungkan pisau rotinya.
"Mariaaa... Kenapa kau menodongkan pisaumu pada Kazuya?" teriak Ayu kalang kabut.
"Jangankan menodongkan pisau, menancapkan pisau ini di tubuh Kazuya pun aku tak keberatan."
"Tapi kenapa?"
"Bukankah dia mengajakmu bermain?"
"Ya, lalu?"
Maria segera meletakkan pisaunya dan menatap Ayu dalam. Begitu pun dengan Ichirou, trio menyebalkan, serta Alvise.
"Kau tidak keberatan Kazuya mengajakmu bermain?"
"Aku malah sangat senang." ujar Ayu bahagia yang malah membuat semuanya, minus Kazuya, terkejut. Sekarang Kazuya tau ke mana arah pembicaraan ini. Dibiarkan kolega mafianya mengembamgkan asumsi yang salah ini.
"Kau nggak keberatan Kazuya menyentuhmu?" tanya Rio penasaran.
"Tidak." ujar Ayu polos.
"Kau itu nakal banget ya." komentar Andi.
"Nakal? Nakal bagaimana maksudmu Andi?" tanya Ayu bingung.
"Karena kau membiarkan tuan Kazuya menyentuhmu. Kau...nggak seperti....wanitanya." jelas Ichirou.
"Tunggu!" Ayu menelan makanannya cepat. "Kenapa aku disamakan dengan wanita sialan tak tau diri yang rela menanggalkan bajunya hanya untuk one night stand bersama Kazuya?"
"Sangat tidak level." tambah Ayu.
"Jadi, kau mau bilang kalau tidur denganku sangat tidak level?" tanya Kazuya tajam.
"Tentu saja. Mereka kan cuma selingan. Apa bagusnya menjadi barang sekali pakai?" jawab Ayu sengit.
"Gadis pintar." ujar Kazuya sembari mengulum senyum. Ditepuknya puncak kepala Ayu lembut.
"Pintar?" sindir Maria. "Kalau Ayu pintar, harusnya tidak membiarkanmu menyentuhnya."
"Apa yang salah dengan Kazuya menggenggam tanganku?" jerit Ayu histeris. Dia benar-benar kesal dengan pembicaraan absurd ini. Suasana sarapan menjadi sangat tidak menyenangkan.
"Meng..genggam?" beo semuanya, lagi-lagi, kecuali Kazuya.
"Dia menggenggam tanganmu?" tanya Maria agresif. Feeling-nya tidak meleset. Ayu punya tempat di hati Kazuya.
"Kalian..." ujar Kazuya, membuat seluruh atensi tertuju padanya. "Berhentilah berpikiran yang tidak-tidak. Lekaslah sarapan. Hari ini kita habiskan waktu di Disneyland."
"Disney?" tanya semuanya kaget. Seorang mafia dingin seperti Kazuya mengunjungi Disney di usia 28?? Wow, sepertinya keajaiban alam sedang terjadi.
"Kazuya sudah janji padaku." gumam Ayu senang sembari menenggak cokelat hangatnya.
"Kazuya mengajakmu?" tanya Alvise penasaran.
"Aku yang minta." jawab Ayu santai.
"Dan tuan Kazuya memenuhinya?" tanya Rio.
"Kau sudah dengar sendiri kan apa yang Kazuya katakan tadi?" tukas Ayu sedikit kesal karena ditanya-tanya terus.
Dan...benar. Keajaiban alam sepertinya benar terjadi. Roda berputar. Hati yang beku mulai mencair. Ayu mengembalikan hangat hati Kazuya.

Mr Yakuza and His MaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang