Long Day

71 4 1
                                    

"Kapan kita ke Jepang Kazuya?" tanya Ayu di pagi pertama mereka kembali ke tanah air.
"Hn," ujar Kazuya sangat tidak jelas sembari menyerahkan kopernya pada bibi dan langsung ngeloyor pergi ke kamar.
"Jawaban apa itu," gerutu Ayu seraya menyeret kopernya sendiri ke kamar. Ia perlu tidur. Entah mengapa kepalanya berdenyut sakit sejak turun dari pesawat. Mungkin jetlag.

***

Kazuya menikmati sarapannya dengan khidmat saat menyadari ada yang hilang di antara bawahannya yang setia. Ya, saat ini ia memilih makan bersama anak buahnya di break room. Di ruangan itu beberapa meja panjang dan bangku berjajar rapi. Sengaja dibuat demikian agar semua anggota bisa berkumpul.
"Kau kenapa bos?" tanya Dino, anak buahnya yang dulu mengantar Ayu ke bandara.
"Ada yang mengganggu pikiranmu tuan?" tanya anak buahnya yang lain.
"Ke mana Ayumu?" tanya Kazuya tanpa dosa membuat anak buahnya bertanya-tanya dalam hati mengapa tuannya mencari gadis maid itu? Sedangkan Ichirou dan trio menyebalkan menggeleng lelah. Kenapa mendadak Kazuya jadi bodoh?
"Kazuya," Rio menanggalkan sopan santunnya. Yah, sebenarnya dia dan ketiga rekannya yang lain hanya memanggil Kazuya secara formal saat ada misi. "Kau ini bodoh apa idiot? Kita di break room dan tidak mungkin kan pelayanmu yang manis itu berkeliaran di sini."
Kazuya hampir saja melemparkan pisau rotinya pada Rio yang lancang sebelum akhirnya menyadari kebenaran ucapan Rio.
"Ah, kau benar Rio." Kazuya melanjutkan sarapannya. Membuat anak buahnya mengernyit heran, tumben tuannya tidak melakukan kekerasan. Mereka sangat ingat bagaimana awal mula kedatangan Kazuya. Laki-laki itu tak segan-segan menghajar anak buahnya yang berbuat salah.
"

Nee, Rio. Kau lebih muda setahun dariku bukan?" tanya Kazuya dengan nada rendah. Seketika Rio menyadari kesalahannya.
"Maaf Kazuya san, aku...."
"Pergilah ke zona merah." ujar Kazuya merujuk pada wilayah yang dipenuhi orang-orang bawah tanah. "Bersenang-senanglah dan ketika kau pulang..." Kazuya menggantung ucapannya. "Bawakan aku oleh-oleh dari pinggang pak tua gendut itu."
Rio menganga tak percaya. Sedangkan semua orang hanya mampu menahan nafas saking terkejutnya.
"Kazuya san..." Andi hendak menyampaikan pendapatnya, namun Kazuya sudah mengangkat tangannya.
"Pergilah Rio. Sarapanmu sudah selesai bukan?"
Rio hanya mengangguk ragu, namun kemudian ia pergi juga. Titah Kazuya adalah mutlak. Jadi, mau tak mau Rio harus melaksanakannya meski nyawanya jadi taruhan.
"Kau tidak mungkin mengirim anak buahmu ke kandang macan kan Kazuya san?" tanya Ichirou meminta kepastian selepas kepergian Rio.
Kazuya tersenyum. Senyum bisnis seorang mafia. "Kheh, memang kau yang mengenalku luar dalam Ichirou. Tenanglah, dia aman. Orang tua itu sudah berada di pihak kita."
"Selama ini kita hanya salah paham," lanjut Kazuya. "Ada orang ketiga yang sengaja mengadu domba kelompok kita dengan kelompok pak tua."
"Lalu?"
Kazuya menyeringai setan. "Pak tua itu akan menghancurkan musuh dalam selimutnya, karena di sini kita juga jadi korban, maka kukirim Rio untuk membantunya."
"Lalu, oleh-oleh yang anda maksud?" tanya anak buah Kazuya yang lain.
Kazuya terdiam cukup lama. Semuanya pun penasaran menunggu kawaban Kazuya.
"Aku memang menginginkan kerisnya yang eksotis itu. Pak tua akan menyerahkannya jika aku mampu melayangkan pukulan padanya. Karena Rio tadi sudah bersikap 'baik', jadi kukirim saja dia untuk menggantikanku," ujar Kazuya sembari mengingat kesepakatan yang ia buat dengan pak tua, sebutan untuk pemimpin mafia yang telah menjadi musuhnya selama 2 tahun belakangan ini karena ada pihak ketiga yang mengadu domba mereka. Kazuya menyukai keris yang selalu terselip di pinggang pak tua itu. Senjata yang sering digunakan untuk merobek tubuh musuhnya selain pistol yang selalu tersimpan di balik jas hitamnya. Kazuya berniat mengambilnya dengan tangannya sendiri, tapi tak ada salahnya menyuruh Rio yang berani bersikap kurang ajar padanya. Tapi kalau dipikir-pikir lagi perkataan Rio ada benarnya. Kenapa ia selalu hilang fokus dan kendali diri jika menyangkut pelayannya itu? Ah mengingat Ayumu Kazuya jadi bertanya-tanya, di manakah gadisnya itu sekarang?
"Kazuya san." panggil Ichirou.
Kazuya menarik diri dari alam pikirannya. Ah, rupanya ia sempat melamun tadi. Kazuya pun mengisyaratkan bahwa ia tak apa-apa. Setelah sarapan selesai, Kazuya menyampaikan apa yang perlu ia sampaikan. Kepergiannya ke Jepang seminggu lagi. Ia meminta Dino menjaga markas dan kestabilan aset mereka yang tersebar di negara ini.
Selesai dengan urusan bawah tanahnya, Kazuya segera menuju rumah utama dan masih saja tak mendapatkan tanda-tanda keberadaan Ayumu.
"Bibi, bibi tau di mana Ayumu?" tanya Kazuya pada bibinya di dapur.
"Ah, bibi tidak melihatnya sejak tadi Kazuya san. Bibi baru akan melihatnya ke kamar."
"Hmm, biar aku yang melihatnya."

Mr Yakuza and His MaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang