Yellow Day's Part 1

98 10 0
                                    

"Kazuya san! Sampai kapan kau mau tidur ha?" dumal Ayu sembari membersihkan kamar Kazuya.
Kazuya hanya bisa menutup kedua telinganya dan membenamkan kepalanya ke bantal. Sepertinya dia membuat kesalahan dengan mengajak Ayu pergi bersamanya.
Ya, Kazuya sudah meminta Ayu pergi bersamanya. Setelah luka Ayu benar-benar sembuh, Kazuya langsung memintanya tinggal di rumahnya. Membantu bibi yang selama ini bekerja sendirian mengurus rumah. Tapi lihatlah, kini gadis 20 tahun itu dengan berani menganggu tidur nyenyaknya setiap pagi.
"Kau harus berangkat ke kantor. Aku tau kau itu seorang bos besar. Tapi kau juga harus memberi contoh yang baik pada anak buahmu." celoteh Ayu sembari memungut pakaian Kazuya yang berserakan.
"Ya Tuhan, kau minum lagi ya?" gerutu Ayu saat mencium bau alkohol yang menempel di baju Kazuya. "Kau bisa mati muda jika tidak mengontrol apa yang kau konsumsi."
"Gezzz, tak bisakah kau diam barang sedetik saja?" protes Kazuya kesal.
Ayu menoleh menatap Kazuya yang sudah bangun dari tidurnya. "Baguslah kau sudah bangun tuan muda. Sekarang pergilah mandi, bibi sudah menyiapkan sarapanmu di bawah." ujar Ayu datar sambil membawa pakaian Kotor Kazuya ke bawah.
Blam! Suara pintu kamar Kazuya ditutup. Kazuya mengacak-ngacak rambutnya kesal. Lihat saja, dia akan membalas sikap menjengkelkan Ayu setiap pagi. Puas dengan niatnya, Kazuya pun segera menuju kamar mandi dan membasuh dirinya. Ah, segar. Mungkin tak ada salahnya Ayu membangunkannya pagi-pagi begini. Halo Kazuya, ke mana perginya rasa kesalmu tadi?

***

"Selamat pagi Kazuya san," sapa Ichirou, Rio, dan Andi berbarengan.
"Selamat pagi," jawab Kazuya sambil duduk di kursinya. "Di mana Ayumu?"
"Dia di dapur," jawab Ichirou.
"Kalau aku boleh berpendapat Kazuya san," ujar Andi sejurus kemudian. Kazuya yang tertarik pun menaruh perhatiannya pada Andi. Merasa tuannya tidak keberatan, Andi pun meneruskan ucapannya. "Kehadiran Ayumu membawa perubahan kecil padamu."
"Apakah itu mengganggu?" tanya Kazuya sembari menikmati sarapannya.
"Menurutku itu malah bagus." ujar Tanaka menyela percakapan mereka.
"Tak bisakah kau datang dengan normal Tanaka?" sungut Rio yang terkejut dengan kedatangan si ahli senjata itu. Tanaka hanya menggendikkan bahu acuh.
"Jadi, kalian tidak keberatan gadis muda sepertinya menjadi keluarga kita?" tanya Kazuya pada keempat anak buahnya yang setia.
"Selama dia tidak menyakitimu," ujar Andi. "Tak pernah berpikir untuk mengkhianatimu. Kami tak akan pernah keberatan karenanya."
Kazuya mengangguk paham. Sudah saatnya bintang kecil hadir di gelap malamnya.
Sementara itu, si objek pembicaraan sedang asyik merecoki bibi yang sedang memasak di dapur.
"Apakah enak Ayu?" tanya bibi yang tengah membuat salad buah.
Ayu hanya bisa mengangguk. Mulutnya terlalu penuh dengan buah-buahan.
"Nah bibi," tukas Ayu begitu buah-buahan itu berpindah ke perutnya. "Kenapa bibi selalu datang ke laundry tempatku bekerja? Bukankah fasilitas di sini begitu lengkap? Kalau hanya sekadar mencuci...."
"Agar kau tidak melamun saat laundry sepi," jawab bibi asal.
"Oh, ayolah... Jangan diungkit lagi," ujar Ayu malu. Pasalnya ia memang sering melamun saat laundry sedang sepi dan sialnya bibi selalu memergokinya.
Bibi hanya tersenyum jahil. Disimpannya salad yang telah selesai ia buat ke dalam lemari es. "Duduklah, nak. Akan kuceritakan keluarga ini padamu."
Berdua, Ayu dan bibi duduk berhadapan di meja makan yang ada di dapur.
"Tuan dan nyonya besar adalah orang yang baik. Mereka begitu muda dan berkuasa. Nyonya rumah ini adalah putri Jawa. Ia bersua dengan tuan besar saat liburan di Jepang. Nyonya begitu mencintai tuan meski tau tuan berasal dari dunia yang berbeda. Dan tuan begitu mengasihi nyonya hingga dia rela pergi dari negaranya."
"Kenapa harus begitu?"
Bibi mengelus kepala Ayu pelan. "Tuan ingin melindungi permatanya. Jadi beliau pindah ke Jakarta dan aku ikut bersama mereka."
"Bibi orang Jepang?"
Bibi mengangguk pelan. "Dari sinilah tuanku mengendalikan bisnisnya di Jepang. Kehidupan mereka bahagia terlebih lagi saat Kazuya lahir."
"Tentu saja. Kazuya san kecil sangat sangat tampan." Ayu tertawa kecil mengingat foto keluarga di ruang tengah. "Aku suka senyumnya. Tapi kenapa sekarang dia tak bisa tersenyum seperti itu?"
"Karena tuan dan nyonya meninggal begitu cepat." ujar bibi murung. "Saat itu," lanjutnya. "Mereka dalam perjalanan bisnis di Jepang. Hari itu adalah hari ulang tahun Kazuya. Mereka berjanji akan pulang. Namun, janji tinggallah janji. Kecelakaan mobil merenggut nyawa mereka."
"Pasti Kazuya san sangat sedih."
Ayu tau bagaimana rasanya tidak memiliki ayah dan ibu. Setidaknya Kazuya memiliki ingatan akan kenangan masa kecilnya. Sedangkan dia? Ayu tidak mengingat masa lalunya. Hanya kenangan samar dan buram.
"Kau baik-baik saja, nak?" tegur bibi.
"Aku baik kok bibi. Lalu apa yang dilakukan Kazuya hingga ia tak di sini selama 20 tahun?"
Bibi tersenyum bangga. "Kau percaya jika kukatakan Kazuya adalah anak yang jenius?"
Ayu hanya memutar kedua bola matanya. Kazuya yang pemalas itu jenius? Oh ayolah.
Bibi tertawa kecil melihat tingkah gadis muda ini. "Kazuyaku sangat jenius. Di usianya yang baru 8 tahun, dia sudah bisa mengenali situasi yang dia hadapi. Demi mengetahui penyebab kematian ayah dan ibunya, dia pergi ke tanah kelahiran ayahnya."
"Tapi bibi, mereka kecelakaan."
"Kecelakaan itu tidaklah murni Ayu. Seseorang membunuh mereka melalui kecelakaan yang disengaja itu."
Ayu menangkupkan kedua tangannya ke mulut. Ya Tuhan, ini nyata? Apakah orang tua Kazuya sebegitu berkuasanya hingga memiliki musuh yang tega membunuh mereka berdua?
"Jelaskan padaku bibi. Aku perlu tau semuanya." pinta Ayu parau.
"Kau memang perlu tau, nak." ujar bibi pelan. "Tuan muda sudah membawamu ke dalam keluarga ini. Sekarang kau bagian dari keluarga kami. Dan lebih daripada itu, kau membuat tuan mudaku tertawa lapang. Kau mengembalikan tawa kanak-kanaknya."
"Aku?" Ayu menunjuk dirinya sendiri.
"Tuan muda tak mendapatkan petunjuk apa pun. 20 tahun ia habiskan untuk belajar dan menjadi pebisnis ulung. Ia juga menempa tubuhnya agar lihai dalam adu fisik. Sekarang kau lihat apa yang ada dalam genggaman tuan muda kan? Bisnisnya menggurita. Baik di permukaan maupun bawah tanah. Tapi semua yang ia dapat telah merampas senyumnya. Walau pribadinya tetap hangat, tapi Kazuya lebih sering menunjukkan ekspresi dinginnya."
"Dan sejak tuan muda membawamu kemari, aku melihat sosoknya yang dulu. Dan aku berterima kasih pada takdir yang menuntunku padamu dan memberiku kesempatan menuntunmu pada tuan muda."
"Bibi," panggil Ayu. "Apakah, apakah Kazuya seorang yakuza?" tanya Ayu takut-takut. Diutarakannya kata-kata yang bermain di kepalanya. Organisasi bawah tanah? Ia tidak bodoh untuk menyadari bahwa organisasi itu adalah....
"Dia lebih dari seorang yakuza Ayu. Dia adalah seorang kumicho. Pemimpin dari Daimon. Yakuza terbesar di Asia."
Seketika keringat dingin membasahi pelipis Ayu. Mukanya memucat. Ya Tuhan, apa...apa yang telah kulakukan pada Kazuya selama ini? batin Ayu penuh kekhawatiran.

Mr Yakuza and His MaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang