"KEPADA BENDERA MERAH PUTIH HORMAT GERAK!"
Teriak pemimpin upacara dengan tegas dilapangan. Semua orang dilapangan hormat kepada bendera merah putih diiringi lagu indonesia raya.
Saat ini aku baris dibarisan siswa-siwa yang telat.
Eits! Kalian pasti mengira aku telat?tidak. Hanya saja aku lupa menggunakan tali pinggang..dan terlihat jelas disampingku, kak Moza, kak Elsya dan kak Syarah ikut berdiri dibarisan terkutuk ini.
Lain denganku, akibat mereka berdiri disini..yah karna pakaian seragam mereka yang kekecilan dan ketat sehingga menperlihatkan lekuk tubuh mereka. U know lah, tipikal cewek-cewek hitz disekolah.
"Eh! Eh! Pingsan!"
"Moza!" Kak Elsya dan kak Syarah menggoyang-goyangkan badan kak Moza yang sudah pingsan tak berdaya itu. Aku hanya diam tak tahu apa yang harus dilalukan.
Anak-anak PMR berhamburan menghampiri barisan kami. Dan aku melihat kak Jerin berlari sangat kencang ke arah kami dengan wajah yang penuh kekhawatiran.
Jika aku yang pingsan, apakah kamu akan sekhawatir ini? Kurasa tidak.
"Misi! Biar gue yang gendong!" Kak Jerin mengangkat tubuh rapuh kak Moza dengan jantan dan berjalan menuju UKS.
Apakah aku pantas untuk cemburu?
Aku hanya bisa memandangi bokongnya yang semakin lama semakin menjauh. Dan kembali mengikuti upacara bendera hingga selesai.
*DIKELAS*
Bu Meta guru Fisika memasuki kelas dan langsung mengucapkan kalimat yang mengerikan.
"Keluarkan kertas lembar, kita ulangan."
Anak sekelas langsung protes akan ulangan yang datang mendadak ini.
"BELOM BELAJAR BUKK."
"MINGGU DEPAN AJA BUUK!"
"BOLEH BUKA CATETAN YA BUUK"
"BOLEH KERJA SAMA KAN BUK"
Namun bu Meta tak menghiraukan kicauan anak kelas.
"Saya hitung sampai tiga."
"Satu"
"Dua"
"Tiga. Baiklah soal pertama.."
Sunyi..
Tegang..
Mencekam..
Itulah keadaan kelas 11 IPA 5 saat ini. Aku dan Karin menjawab soal dengan susah-susah-mudah. Hanya Rafli yang kepergok menyontek dan melihat buku catatan oleh bu Meta.
Mengetahui itu, bu Meta langsung mengambil kertas Rafli dan mengoyaknya menjadi tidak layak lagi untuk ditulis.
Ada-ada saja..
*KRINGGG*
Bel istirahat telah dibunyikan.
"Rin, gue gak ke kantin dulu. Lagi gak mood."
"Yah Arinn!" Rengek Karin sambil menarik-narik lenganku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Silence
Teen FictionCinta dalam diam itu memang menyakitkan tapi... cinta yang nyata lebih menyakitkan. Jika disuruh pilih, aku lebih memilih cinta dalam diam. Bagaikan bunga mawar, indah dipandang namun ketika kita berusaha meyentuhnya kita akan terluka akibat duri...