Part 21

79 9 0
                                    


Nuii kembali memberikan senyum diwajah cantiknya, senyum yang ditujukan untuk menutupi semua kepedihannya.
Tanpa menunggu jawaban dari timtam, nuii langsung berlalu pergi dengan air mata yang kembali mengalir, air mata yang begitu mudah jatuh akibat kerapuhan hati, kemudian meninggalkan orang yang dia cinta dengan membawa sejuta luka dihatinya, yang mungkin akan sembuh dalam waktu yang cukup lama.

"Maaf mom, nuii pergi bukan karna keinginan nuii. Tapi karna memang sekarang dia yang menyuruh nuii pergi."

------------------------------------------------------------------------

Jam 12 malam nuii baru sampai dirumah, nuii memilih untuk berlama-lama diam diluar rumah agar orangtuanya tidak curiga dengan keadaan nuii sekarang. Butuh waktu yang lama untuk menghilangkan wajah pucat nuii, matanya yang sembab, dan rambut berantakan. Itu sebabnya nuii lebih memilih pulang selarut ini.

"Assalamualaikum."

"Kakak kemana aja sih? Gak liat ini jam berapa? Ican belum tidur dari tadi nungguin kakak!"

"Lah ko adek sih yang bukain pintu? Mama sama papa kemana?"

"Mereka ke Amerika tadi sore, katanya ada masalah sama bisnis papa yang disana."

"Oh, terus kenapa ican gak tidur aja? Malah nungguin kakak?"

"Kakak tuh yah, begonya gak ilang-ilang! Ican tuh khawatir, kakak itu cewe. Ngapain pulang jam segini?"

"Emm bisa khawatir juga kamu dek sama kakak."

"Udah deh gausah ngalihin pembicaraan. Kakak dari mana sebenernya?"

"Emm, duduk dulu yuk dek."

"Yaudah ayo, ican juga mau kunci pintu dulu."

"Ican, sini duduk sebelah kakak."

"Iya ini udah duduk, sekarang kakak harus cerita kakak habis dari mana hah? Jam segini baru pulang. Entar ican laporin ke mama sama papa!"

Bukannya menjawab pertanyaan ican, nuii malah memeluk adiknya dan mulai menangis kembali. Entah kepada siapa dia harus mencurahkan isi hatinya saat ini. Yang jelas, dia sangat bersyukur karna mempunyai adik yang sayang padanya.

Ican yang tadinya marah pun langsung diam, walaupun dia tidak tau apa masalah yang dialami kakaknya, namun dia tetap bisa merasakan sakit yang ditunjukan kakaknya lewat tangisan.

"Kakak kenapa?" Ican mulai berbicara kepada kakanya, karna dia mulai penasaran masalah apa yang menimpa kakaknya.

"Kenapa kakak gak jawab?"

"Yaudah kalo kakak gak mau cerita. Walaupun ican gatau masalah apa yang bikin kakak nangis kaya gini, tapi ican cuman mau bilang kakak harus kuat. Inget, masih banyak orang sayang sama kakak. Ican, mama, papa, kak dev, terus kak ocha, kita semua sayang sama kakak. Jadi kakak jangan pernah merasa sendiri yah. Kalo udah tenang kakak bisa cerita sama ican atau sama siapapun. Karna walaupun dengan bercerita gak akan ngebuat masalah selesai, tapi seenggaknya beban dihati kakak akan berkurang."

Nuii hanya diam dan mencoba mencerna setiap perkataan ican. Adiknya betul, bahwa nuii memang harus kuat. Akhirnya nuii berhenti menangis dan memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Melanjutkan tangisnya yang sempat terhenti, karna dia gamau terlihat lemah didepan adiknya sendiri.
Ican yang melihat kepergian kakaknya hanya bisa berharap bahwa kakaknya akan baik-baik saja.

****

"Princes are you oke?"

Nuii yang mendengar suara Dev langsung bangun dari tempat tidur dan menghentikan tangisnya.

"Ngapai lo disini?"

"Ican tadi telepon gue, dia bilang lo pulang larut terus nangis. Jadi gue kesini buat mastiin keadaan lo."

"Gue gapapa! Lo bisa balik sekarang."

"Apanya yang gapapa? Lo galiat muka lo udah kaya zombie? Sebenernya ada apa sih princes? Lo gamau cerita sama gue?"

"Gue udah bilang kalo gue gapapa!"

Dev paham betul kalo nuii pasti tidak akan menceritakan masalahnya jika dipaksa. Jadi, hal yang terbaik sekarang adalah menarik nuii kedalam pelukannya.
Nuii pun kembali menangis dipelukan Dev, dan merasakan hangatnya pelukan Dev. Pelukan yang seakan mengisyaratkan kalo 'semuanya akan baik-baik saja'.

Akhirnya tanpa perlu pemaksaan apapun, nuii mulai bercerita tentang apa saja yang baru dia alami. Lukanya, kesedihannya, Dev bisa merasakan itu semua. Dari setiap kalimat yang nuii lontarkan tak sekalipun nuii menghentikan tangisannya. Setelah menceritakan semuanya dan terlalu lelah menangis, nuii pun tertidur dipelukan Dev. Rahang Dev mengeras, dia tidak bisa menahan emosi lagi setelah mendengar apa yang nuii alami.

"Lo harus bayar mahal, atas apa yang udah lo lakuin Rustam Permana!" Batin Dev dengan emosi yang sudah memuncak.





























Tbc
Don't forget vomment 😌

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang