PART 2 - Tiara

98 6 1
                                    

Setelah kembali dari Gunung Bromo, aku tak langsung pulang ke rumah. Aku berlibur sebentar di Nusa Dua. Sudah satu tahun sejak hubunganku dengan Damar berakhir, tetapi bayang-bayang Damar begitu melekat dalam diriku, ada apa denganku? Bukannya aku sudah memiliki Indra? Aku mencintainya bukan? Memang benar jika cinta pertama itu sulit dilupakan. Tetapi aku bahagia dengan Indra, sangat. Dia tidak pernah berkata kasar denganku, dia tidak pernah menyakitiku, dan bahkan dia sangat memberiku kepercayaan. Tidak seperti Damar yang selalu cemburu dengan teman-teman pria ku. Aku butuh kebebasan dan aku juga butuh kepercayaan.

Sayang aku udah balik ke Bali! Ini aku masih di Novotel Nusa Dua, aku menghilangkan penat disini ya. Kamu kesini aja ya sayang.

Sedari tadi aku menunggu balasan pesanku itu dari Indra. Mengapa dia begitu menyebalkan sih akhir-akhir ini? Sudah tak pernah membalas pesanku saat aku masih berada di Bromo. Dan sekarang aku-pun sudah balik, tapi pesanku memang lama sekali di balas.

Iya beb, aku tau tadi mama kamu nelpon aku, ini aku lagi di depan kamar kamu, cepet bukain dong pintunya.

Apa? Dia di depan kamar? Memang menggemaskan sekali Indra ini, tak seperti Damar yang bisanya hanya marah saja kepadaku. Lagipula, mengapa aku memikirkan Damar? Dasar Otak!

Baik, sekarang Indra sudah berada di depan kamarku. Dan seharusnya aku membuka pintu bukan? Mengapa aku malah terdiam membisu di depan cermin? OMG! Tiara sadar ra!. Baik sekarang aku beranjak dari kursi dan segera berjalan ke arah pintu, mengapa rasanya aneh ya? Padahal aku dan Indra sebentar lagi akan menikah. Haha, iya menikah. Umurku sudah 28 tahun dan memang umurku sudah layak untuk menikah bukan?.

Dengan cepat aku membuka pintu untuk bertemu dengan kekasihku, ya Tuhan aku sangat merindukannya. Dan saat pintuku terbuka, aku sangat takjub, terharu dan mataku berbinar.

"Yaampun sayang, kamu sweet bangetsih ngasi aku bunga segala macem, kayak anak remaja aja, kita udah tua masih aja kamu bawain ginian" gumamku tersipu malu ketika dia menyodorkan bunga yang indah di hadapanku. APAAN MENYODORKAN.

"Tapi kamu senengkan beb?"

"Seneng banget lah, sini peluk" kemudian aku memeluknya dengan erat, aku melepas kerinduanku yang sudah 3 bulan aku meninggalkannya di Bali.

Hari ini benar-benar hari yang membahagiakan untukku, Indra menemaniku sepanjang hari, melihat keindahan pantai Nusa Dua, waterblow yang ada disana. Dan menikmati wisata air yang ada di Tanjung Benoa, rasanya baru kali ini aku merasakan kembali kehangatan seorang laki-laki yang akan menjadi pendamping hidupku kelak. Tapi tetap saja bayangan laki-laki brengsek itu melintas di pikiranku. Dan mengapa aku harus memikirkannya saat aku sedang bersama Indra sih? Aku membencinya, sangat. Dasar OVER PROTECTIVE!

*****

Malam harinya aku sudah diantar pulang oleh Indra, dan tentu saja ibuku menyuruh Indra masuk ke rumah untuk singgah. Ah senangnya, singgah di hatiku dan kini singgah ke rumahku. Berasa hanya sebagai tempat persinggahan. Tunggu dulu? SINGGAH? GUE MAU NIKAH!

"Omswastyastu, mama, Tara pulang!" desisku. Kalau di rumah memang aku biasa di panggil Tara, kadang Tia atau Ara. Ya udahlah suka-suka mereka aja.

"Eh Tara, mama kangen tau, ih ada nak Indra juga, sini masuk, tante udah bikinin makanan, kalian makan malam disini aja ya"

Kemudian kami pun menuju dapur untuk makan malam bersama. Di rumah aku tinggal bersama kedua orang tuaku. Aku anak semata wayang dan tentu saja aku sangat disayang oleh keduanya. Bahkan sekarang aku disayang oleh Indra juga. Eh.

"Nak Indra pasti malu-malu ya kalau kesini gak sama Tara?" tanya ibuku seraya menyendokkan nasi untuk Indra.

"Eh iya tante, Indra malu" kekehnya. Ya Tuhan berasa keluarga ya sekarang.

Bisakah kita memulainya kembali? (Damara Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang