"Om Swastyastu, Damar!! Mama Pulang!" jerit bu Yeni-ibunya Damar. Seketika ia ingin membanting Damar sekarang juga, begitu melihat rumahnya yang hancur tak karuan.
"Eh mama udah pulang, ma Damar laper" gumam Damar yang baru saja keluar dari kamarnya.
PLETAK!
Satu pukulan mendarat di jidat Damar.
"Laper? Makanya cari istri biar ada yang masakin kamu! Mama udah mulai menua masak mama terus yang masakin? Sekali-kali mama yang dimasakin sama istri kamu!" gerutu bu Yeni.
"Ih mama apaan sih pulang-pulang udah ngomel"
"Lagian kamunya dibilangin, gimana enak? Enak hidup sendiri? Udah butuh sekarang sama yang namanya istri?"
Damar menganggukkan kepalanya, dan kini ia benar benar stress, dimana ia harus mendapatkan istri? Hati saja sudah dicuri oleh, ah sudahlah!
"Ma, mama pernah benci seseorang tidak?"
Yeni mengerjapkan matanya, ia terkejut atas pertanyaan yang dilontarkan oleh putranya. Bisa-bisanya bertanya sesuatu yang tidak berbobot seperti itu.
"Enggak, tapi mama pernah merasa benci dengan seseorang"
"Siapa ma?"
"Papa kamu"
Damar lalu menghampiri ibunya dan mengajak ibunya untuk duduk di sofa ruang tamunya. Seketika diskusi ini menjadi sangat serius. Entah apa yang dipikirkan Damar saat ini. Anak itu!
"Kenapa mama pernah benci papa? Jawab jujur ma, damar Cuma pengen tau aja"
Ibunya mendengus kesal, tetapi dia juga ingin menceritakannya. Mungkin saja, setelah menceritakan itu, Damar jadi sadar diri atas perlakuannya terhadap Tiara.
"Ya dulu mama benci sama papa, waktu kita pacaran dia nyuruh mama gakboleh ini gakboleh itu, gakboleh kesini gakboleh kesitu, harus ngabarin kemanapun, dia cemburu sama rekan kerja mama, kan gak asik ya lagian Cuma rekan kerja bukan lebih, tapi mama cintanya sama papa kok, bahkan dulu mama ngajak papa putus, mama bilang mama gak suka kalau dia over protect gitu" gumam bu Yeni pada anaknya.
"Serius ma? Terus kenapa kalian bersama dan akhirnya menikah?"
"Ya jadi papa kamu takut kehilangan mama baanget, bukannya nolak ajakan putus mama, eh malah ngajak nikah, dan mama juga nerima bodohnya, memang ya rencana Tuhan ga ada yang tau"
Satu pukulan hati kecil yang dirasakan oleh Damar, kini ia terdiam dengan bisu. Mengapa kejadiannya sama percis sama apa yang dialaminya? Tapi bedanya Damar malah meninggalkan Tiara sendirian saat itu. Apa dalam hal ini Damar bersalah? Dia benar-benar tidak bisa memikirkan hal sekejam itu. Dia terlalu kejam untuk Tiara. Tapi apa boleh buat, nasi udah menjadi bubur kan?
"Mar kamu kenapa melamun? Ada yang salah dari ucapan mama?"
"Enggak kok ma, Damar mau pergi dulu ya" Damar tergesa-gesa pergi keluar rumahnya tanpa menghiraukan jeritan ibunya. Apa yang akan ia lakukan saat ini?
*****
"Ini keputusanku, terimakasih Damar, kau sudah menjadi pendamping hidupku selama kurang lebih 12 tahun. Sejak kita masih berada di bangku SMP hingga sekarang. Kita sudah berjalan sama-sama. Menghabiskan waktu bersama, canda-tawa kita lalui bersama mar. Tapi kali ini aku bener-bener gak liat yang dihadapanku saat ini itu kamu. Kamu udah beda. Kamu sekarang sering membentak dan berkata kasar terhadapku. Aku sudah tak tahan, aku muak, aku ingin berteman dengan siapa saja, ingin bersosialisasi dengan semua orang. Tapi kamu malah merantai aku, kamu gembok aku. Kamu gak ijinin aku kemana-mana. Aku muak. Aku benci kamu! Aku mau kita berakhir sampai disini saja"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bisakah kita memulainya kembali? (Damara Story)
RomansaDisaat Tiara mulai lelah dengan sikap Damar yang terlalu ke kanak-kanakan dan bahkan tidak pernah bersikap dewasa. Disaat Damar mulai memperjuangkan perasaan cintanya pada Tiara. Ada satu hal yang mereka harus jalani. Sebuah takdir yang tak bisa me...