1

2.4K 89 15
                                    

Milan, Italia.

Di dalam sebuah rumah pinggir sungai, terdengar suara tembakan dan juga jeritan yang memekakkan telinga. Sepasang suami istri disekap oleh 2 orang pria berbadan besar yang mengacungkan senjata ke arah mereka. Sedangkan seorang anak remaja laki-laki berusia 13 tahun itu gemetar ketakutan bersembunyi di balik tembok yang membatasi ruang tamu dan kamar.

"Cepat lunasi hutangmu!" bentak pria botak yang memiliki tato burung elang di lengan kirinya yang berotot.

"Saya belum punya uang. Saya sudah minta keringanan pada bos kalian untuk membayarnya besok," ucap si pria dengan gemetar dan wajahnya yang sudah babak belur.

"Bos sudah memberimu banyak waktu. Dan hari ini jatuh temponya. Kalau kau tidak mau membayar, maka istrimu sebagai jaminan. Ayo!"

Pria kedua dengan rambut cepak dan jenggot lebat di rahangnya menarik si wanita dengan paksa.

"Tidak! Lepaskan aku! Suamiku, tolong aku."

Wanita itu terus berteriak begitu pula suaminya ikut berteriak memanggil istrinya.

"Tuan, tolong lepaskan istri saya."

"Ibu."

Anak remaja itu keluar dan memanggil ibunya. Dia membawa tongkat kasti yang dia punya lalu menghampiri si pria botak dan memukulnya.

Pria botak itu memaki dengan keras lalu mendorong anak itu hingga kepalanya menyentuh meja. Pria botak itu tidak terima dan menghampirinya.

"Jangan!" teriak ayah dan ibunya.

Dengan sedikit keberanian, ayahnya mengambil tongkat kasti itu lalu memukulkannya kembali ke pria botak hingga membuatnya tersungkur. Pria berambut cepak itu tidak terima lalu melepaskan cekalan tangannya pada si wanita.

"Brengsek! Berani sekali kau!"

Pria berambut cepak menodongkan pistol pada kepala sang ayah. Namun, dengan cepat si wanita menepisnya.

Dor ...

Terdengar tembakan di udara. Sepasang suami istri dan anaknya segera berlari saat kedua pria itu lengah. Mereka menuju belakang rumah untuk kabur. Namun, kesialan menghampiri mereka. Belum sampai mereka ke pintu, dari arah belakang terdengar tembakan.

Dor ...

Tembakan itu tepat mengenai punggung si wanita.

"Istriku."

"Ibu."

"Cepat kalian pergi. Selamatkan diri kalian," jawab si wanita dengan nafas tersengal-sengal.

"Tidak."

Langkah kaki kedua orang itu makin mendekat. Sang ayah menyuruh anaknya bersembunyi di kamar. Dengan paksaan, akhirnya anak itu menurut. Ayahnya bergegas menuju pintu belakang untuk mengecohnya. Begitu pintu sudah terbuka, terdengar kembali tembakan. Namun, kali ini tembakan itu lebih dari sekali.

Dor ...

Dor ...

Sang ayah langsung jatuh ke lantai dengan tubuh bersimbah darah. Setelah sang ibu tewas, disusul kemudian ayahnya.

"Dimana anak itu?" tanya pria botak. Saat itu ponselnya berbunyi. Dia mengangkatnya.

"Bos meminta kita kembali. Ayo."

"Lalu bagaimana dengan anak itu?"

"Biarkan saja. Dia tidak akan menjadi ancaman buat kita."

Mafia HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang