9

1K 61 48
                                    

Jodha terdiam mencoba mencerna perkataan Jalal. Sandwich yang akan dia suapkan di mulutnya terambang di udara. Entah mengapa akhir-akhir ini dia tidak bisa fokus pada apapun.

"Kau menyukaiku? tapi bagaimana bisa?"

"Apakah menyukai seseorang harus ada alasannya?"

"Tidak. Maksudku, kita baru bertemu dua kali. Bagaimana bisa kamu  langsung menyukaiku."

"Aku juga tidak tahu. Yang aku tahu dan rasakan adalah aku menyukaimu sejak pertama kali kita bertemu."

Jodha kembali terdiam. Wajahnya merona dan jantungnya berdegup kencang saat Jalal berkata menyukainya sejak pandangan pertama. Dia kini bingung ingin berkata apa.

"Aku ..."

"Aku ingin mengenalmu lebih jauh, Jodha. Maukah kamu menjadi kekasihku?"

Wah ...

Beginikah cara Jalal mengungkapkan perasaannya? To the point. Langsung menuju sasaran.

Tentu saja. Mana mungkin dia bisa romantis seperti pria-pria pada umumnya bila menyatakan perasaannya pada seorang wanita yang dia sukai. Dia hanyalah seorang pria yang hanya bisa romantis dengan pistol dan senjata tajam.

"Kita baru saja saling mengenal."

"Apa kamu menyukaiku, Jodha?"

Jodha kembali terdiam. Dia tak tahu harus menjawab apa. Rasanya ini terlalu cepat baginya. Meskipun dia tak menampik bahwa sebenarnya dia juga menyukai Jalal.

"Jawab saja iya atau tidak. Hanya itu."

"Iya."

Jodha mengucapkannya secara spontan. Refleks dia menggigit bibirnya karena keceplosan. Jalal tersenyum mendengarnya.

"Jadi, Kamu mau menjadi kekasihku?"

Jodha mengangguk malu. Jalal memegang tangan Jodha yang ada diatas meja.

"Terima kasih, Jodha. Mulai hari ini kita adalah sepasang kekasih."

Setelah aksi menembak cinta ala Jalal dan diterima oleh Jodha, pria itu mengantar wanita itu pulang ke rumahnya. Dalam perjalanan, Jodha hanya diam. Rasanya dia masih tak percaya kalau sekarang sudah mempunyai kekasih dengan pria yang baru dikenalnya. Anggap saja dia gila karena begitu cepat menerima cinta dari seorang Jalal.

Namun, hal itu tetap saja membuatnya bahagia. Hatinya terasa berbunga-bunga seperti remaja yang baru merasakan cinta.

"Kita sudah sampai."

Jodha terkejut dari lamunannya. Mereka sudah berada di depan rumah.

"Terima kasih, Jalal. Sampai jumpa."

Jodha melepas sealtbeltnya. Saat akan membuka pintu, Jalal menahannya.

"Kau melupakan sesuatu."

Jodha mengernyitkan keningnya.

"Apa?"

Jalal mendekatkan wajahnya dan mulai mencium bibir Jodha. Awalnya Jodha terkejut, tapi akhirnya dia membalas ciuman Jalal.

Kali ini dia sepenuhnya sadar merasakan bibir Jalal yang membuatnya melayang. Jalal melepaskan ciumannya.

"Aku akan menghubungimu nanti." Jalal mengusap bibir Jodha yang membengkak karenanya.

"Baiklah," ujar Jodha dengan wajah merona. Jalal lalu mencium kening Jodha sebelum wanita itu keluar dari mobilnya.

Jalal melajukan mobilnya diiringi lambaian tangan Jodha. Senyumnya tak pernah hilang dari wajahnya. Dengan langkah ringan dia masuk ke dalam rumahnya.

Mafia HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang