2

1.6K 86 26
                                    

Di siang hari yang terik. Saat matahari berada di atas kepala. Jalal dan beberapa anak buah Sergio sedang mengadakan transaksi senjata ilegal di pelabuhan.

Awalnya transaksi berjalan lancar hingga salah seorang dari orang yang membeli senjatanya mengacaukan semuanya dengan merebut senjata-senjata itu tanpa mau membayarnya. Terjadilah tembak menembak diantara mereka. Karena pihak dari Jalal hanya sedikit sehingga kewalahan menghadapi lawan yang jumlahnya dua kali lipat.

"Ayo, Jalal. Kita pergi saja dari sini. Kita tidak akan bisa melawan mereka," ucap salah satu anak buah Sergio saat mereka bersembunyi di balik kotak kayu.

"Tidak, Enzo. Aku tidak akan membiarkan mereka hidup setelah mengkhianati kita. Aku akan melawan mereka."

Jalal menyiapkan peluru dalam pistolnya lalu keluar melawan mereka.

Dor ....

Dor ...

Dengan penuh amarah, Jalal melontarkan tembakannya pada mereka tanpa memedulikan nyawanya sendiri.

Cleessh ....

Sebuah peluru mengenai lengan kirinya. Membuatnya sedikit terjengkang.

Sial!

Jalal semakin kalap menembak. Satu persatu musuhnya tumbang. Tinggal satu orang yang melarikan diri. Dengan cepat Jalal mengejarnya. Saat tertangkap, Dia langsung memukulinya tanpa ampun. Setelah pria itu terkapar tak berdaya, Jalal mengeluarkan pistolnya dan menembaknya.

Sekali tembakan di kepala membuat pria itu tewas seketika. Nafas Jalal memburu. Darah segar mengalir deras di lengannya.

"Jangan coba bermain-main denganku. Aku paling tidak suka pengkhianat," ucap Jalal sarkatik sambil meludah pada mayat pria itu.

🔘

Di kamarnya, Jalal sedang membalut lukanya sendiri saat seseorang membuka pintu kamarnya dengan kasar.

Jalal menoleh lalu berdiri dari duduknya saat melihat siapa yang datang. Seorang pria paruh baya yang melihatnya dengan tatapan tajam.

"Tuan."

"Apa yang kaulakukan, Jalal? Kenapa mempertaruhkan nyawamu?"

Sergio mendekati Jalal.

"Duduklah. Bagaimana lukamu?"

Jalal duduk diikuti oleh Sergio. Pria paruh baya itu melihat luka yang sedang diperban sendiri oleh Jalal.

"Saya tidak apa-apa, Tuan. Anda tidak perlu cemas."

"Tidak cemas bagaimana? Enzo berkata jika kau melawan mereka sendirian. Apa kau tidak perduli dengan nyawamu?"

"Nyawa saya tidak berharga dibanding dengan pengkhianatan yang mereka lakukan. Mereka sudah mengelabui kita."

"Siapa bilang nyawamu tidak berharga? Kau sangat berarti untukku karena sudah kuanggap seperti anakku sendiri. Yang mana aku tak akan pernah punya anak." Jalal diam.

Sergio menghela nafas. Pandangannya lurus ke depan.

"Kau tahu kenapa aku membawamu waktu itu?" Jalal menggeleng.

Mafia HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang