5

1.1K 70 5
                                    


Jodha pulang ke rumah menjelang malam. Begitu sampai di ruang tamu, ayah dan ibunya duduk berdua di sofa sambil berbincang-bincang.

"Selamat malam, ayah, ibu," sapa Jodha.

Dia membuka blazernya lalu menyampirkan di tangan kirinya yang menenteng tas kerjanya. Dia duduk disamping kedua orang tuanya.

"Malam, sayang. Bagaimana harimu?"

"Cukup melelahkan, Yah."

"Kenapa, Sayang? Ada masalah?"

"Masalah klienku saat ini sangat rumit. Jadi aku harus bekerja keras."

"Kamu pasti lelah. Bersihkan dirimu lalu kita makan malam. Bagaimana?" ibunya memeluk Jodha untuk memberinya semangat.

"Baiklah. Aku mandi dulu."

"Iya, Sayang."

Jodha beranjak dari duduknya menuju ke kamar. Tiba di kamarnya, dia menaruh tasnya di ranjang dan mulai membuka satu persatu pakaiannya. Saat dia membuka blousenya, tercium parfum pria. Jodha mendekatkan blouse ke hidungnya dan menghirupnya. Dia merasa nyaman. Seakan-akan rasa penatnya hilang saat mencium wanginya.

Tiba-tiba terlintas dalam bayangannya saat pertama kali bertemu Jalal. Pertemuan yang tak terduga. Jodha ingat bagaimana iris mata pria itu saat menatapnya. Membuat jantungnya berdetak kencang.

"Kenapa aku jadi teringat dia?"

Jodha mengendikkan bahunya lalu bersiap untuk mandi.

Setelah mandi dan berpakaian, Jodha bersama kedua orang tuanya makan malam. Sesekali mereka mengobrol tentang pekerjaan Jodha dan kesehariannya. Meskipun Mereka punya kesibukan masing-masing, tapi mereka bertiga selalu menyempatkan diri untuk makan malam bersama.

°

Jodha berada di kamarnya. Dia duduk di kursi depan meja kerjanya yang berada di pojok ruangan. Dia sedang mempelajari berkas-berkas yang akan di gunakan dalam persidangan esok hari. Jodha merogoh tasnya untuk mengambil flashdisk.

"Dimana flashdisknya?"

Dia mengaduk-aduk isi tasnya, tapi tak menemukannya. Akhirnya dia membongkar tasnya hingga isinya berserakan di atas meja. Ternyata flashdisknya terselip di dalam buku agendanya.

Dia menjatuhkan sesuatu yang terjatuh dari dalam buku agendanya. Jodha mengernyitkan dahinya saat melihat sebuah chip kecil tergeletak di lantai. Dia mengambilnya.

"Chip siapa ini?"

Jodha membolak-balikkan chip itu, tapi dia tidak mendapatkan petunjuk apapun. Tiba-tiba dia teringat Jalal dan ucapan pria itu.

"Jangan salah paham dulu. Aku minta nomormu untuk bertanggung jawab apabila ada kerusakan pada ponselmu."

Jodha juga ingat saat mereka bertabrakan. Bisa saja chip itu jatuh ke tasnya.

"Ponsel!"

Jodha langsung teringat ponselnya. Entah mengapa dia merasa kalau chip itu adalah milik Jalal.

Dia mencari dalam daftar panggilan tak terjawab. Setelah menemukannya, Jodha memencet nomornya. Dengan jantung yang berdegup kencang, dia menunggu Jalal mengangkat teleponnya.

"Halo."

Deg.

Hanya mendengar suaranya saja sudah membuat Jodha gugup.

"Halo."

"Ha ... hallo. Apa benar ini Jalal?"

"Ya, Jodha. Ini aku, Jalal."

Wajah Jodha memerah. Dia tidak tahu kenapa dia merasa senang sekaligus malu saat Jalal tahu kalau dia meneleponnya.

"Jodha," panggil Jalal karena Jodha hanya diam.

"Ya." Jodha semakin gugup.

"Ada apa? Apa ponselmu bermasalah?"

"Oh tidak," jawab Jodha cepat.

Di seberang sana Jalal tersenyum mendengar suara Jodha yang gugup.

"Aku hanya ingin bertanya. Apakah kau kehilangan sesuatu? Seperti chip."

"Ah ya. Aku kehilangan chipku. Darimana kamu tahu aku memiliki sebuah chip?"

"Chipmu ada di dalam tasku. Mungkin tadi terjatuh saat kita bertabrakan."

"Pantas saja aku mencarinya kemana-mana. Ternyata ada padamu. Chip itu sangat penting bagiku."

"Lalu kapan kau akan mengambilnya? Maksudku apa aku harus mengirimnya padamu."

"Bagaimana kalau makan malam? Besok."

Jodha menggigit bibirnya. Apa Jalal berencana mengajaknya berkencan? Jodha menggelengkan kepalanya untuk mengusir pikiran itu.

"Halo, Jodha. Apa kau masih disana?"

"Iya. Aku masih disini."

"Bagaimana?"

"Ehm ... baiklah."

"Ok. Aku akan kirim alamat restorannya melalui pesan. Sampai jumpa besok."

"Ok."

Panggilan terputus. Jodha masih memandangi ponselnya tak percaya. Dia memegangi dadanya.

"Ada apa denganku? Kenapa jantungku dari tadi berdegup kencang."

Sedangkan ditempat lain, di sebuah apartemen. Jalal berdiri di balkon kamarnya. Dia tersenyum karena Jodha akhirnya menghubunginya. Seperti yang sudah dia perkirakan bahwa Jodha akan meneleponnya untuk memberitahukan tentang chip itu.

Sedari tadi dia menahan tawanya karena kegugupan wanita itu. Dia membayangkan wajah Jodha yang merona saat ini.

"I got you, Jodha."












Mafia HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang