3

1.4K 83 26
                                    

Jalal mengumpat dalam hati. Bukankah dia wanita yang ada di dalam foto di dompet milik Lucian. Atau jangan-jangan wanita ini?

"Kiran. Ayo istirahat, sayang. Jangan ganggu Kakek."

"Tapi Kiran masih ingin disini bersama Kakek."

"Ya sudah. Kamu disini bersama Kakek, tapi jangan banyak bergerak. Ok."

Kiran menganggukkan kepalanya.

"Oh iya, Laila. Kenalkan ini Jalal. Anak angkat Sergio. Dia baru saja datang dari itali."

Mendengar nama Sergio dan Itali, tiba-tiba membuat wanita yang bernama Laila itu membeku seketika. Dan hal itu tak luput dari pandangan Jalal.

"Dari ... Itali?" tanya Laila dengan gugup. Jalal beranjak dari duduknya lalu mengulurkan tangannya.

"Jalal."

"Laila."

Jalal sekali lagi mengamati wajah Laila. Dan dia yakin seratus persen kalau wanita ini yang ada di foto itu.

"Baiklah. Aku akan kembali ke dapur. Permisi." Laila langsung bergegas pergi. Daksa tak menyadari kegugupan putrinya itu. Namun, Jalal tahu kalau wanita itu seperti menyembunyikan sesuatu.

"Dia putri sulungku. Dan ini putrinya, Kiran."

"Hai, Paman," sapa Kiran.

"Hai," balas Jalal canggung.

"Paman mau main denganku?"

Jalal terkejut. Dia bingung harus menjawab apa. Daksa terkekeh melihat tingkah Jalal.

"Paman Jalal baru datang dari jauh, sayang. Jadi, biarkan istirahat dulu. Nanti saja mainnya."

"Ok."

Kiran mengacungkan jempol mungilnya. Daksa tertawa.

"Aku akan membicarakan apa yang harus kaulakukan nanti setelah makan malam. Sebaiknya sekarang kau istirahat saja. Pasti tubuhmu lelah setelah menempuh perjalanan jauh. Aku akan memanggil Todar untuk mengantarmu ke kamar."

Jalal langsung beristirahat sambil memikirkan rencananya nanti.

Setelah mereka makan malam, Daksa mengajak Jalal ke ruang kerjanya setelah berhasil membujuk Kiran yang ingin sekali bermain bersama Jalal.

"Aku ingin kau mengambil chip data milik perusahaanku. Salah satu karyawanku berkhianat dengan mengambil data itu. Dia suruhan dari lawan bisnisku, Pritvi Singh." Daksa menyerahkan sebuah majalah bisnis pada Jalal.

"Perusahaannya selalu berada di urutan nomor 2 setelah perusahaanku. Karena itulah dia ingin membuat perusahaanku bangkrut dengan cara mengambil data pribadi milikku. Dia berambisi ingin mengalahkanku."

Jalal membaca profil Pritvi Singh.

"Saya akan mengintai dia dan perusahaannya. Setelah itu baru saya akan bertindak."

"Aku serahkan semuanya padamu, Jalal. Semua fasilitas yang kaubutuhkan sudah aku persiapkan. Aku percayakan padamu."

"Baik. Besok saya akan mulai bergerak."

Meskipun ini pertama kalinya dia bertemu Jalal, tapi dia merasa yakin bahwa Jalal adalah orang yang bisa diandalkan.


Keesokan harinya, Jalal mulai melaksanakan tugasnya.

Pertama, dia mendatangi rumah Pritvi untuk mengintainya lalu perusahaan yang merupakan saingan bisnis Daksa. Beberapa hari setelah mengintai, Jalal berhasil melobi beberapa orang karyawan perusahaan Pritvi berkat kepandaiannya berbicara.

Dalam waktu 3 hari, Jalal berhasil masuk ke perusahaan itu. Menyamar sebagai petugas kebersihan. Jalal menyamar dengan memakai kumis dan jenggot palsu. Dia ahli dalam penyamaran karena dulu Sergio juga mengajarkan ilmu sebagai mata-mata.

Untuk kenyamanan dan kebebasannya dalam melakukan pekerjaan, Jalal meminta izin ke Daksa untuk pindah dari mansion dan tinggal di sebuah apartemen. Awalnya Daksa melarang, tapi dia akhirnya mengerti kalau pekerjaan ini membutuhkan konsentrasi dan kebebasan.

Dengan berat hati Daksa mengijinkannya. Kiran juga merasa kehilangan karena dia sudah merasa nyaman bila bermain bersama Jalal. Siapa yang menyangka, di waktu luangnya saat di mansion Daksa, Jalal menghabiskan waktunya bermain bersama Kiran. Bahkan mengajaknya jalan-jalan.

Hari ini adalah waktu terbaik untuk mengambil chip itu karena hari ini adalah perayaan ulang tahun perusahaan Pritvi. Acara diadakan di sebuah hotel berbintang sehingga perusahaan minim penjagaan. Dengan beberapa alat canggih yang dia miliki, Jalal berhasil masuk ke ruang kerja milik Pritvi. Bahkan alarm keamanan bisa dia manipulasi. Hanya perlu waktu beberapa menit saja, Jalal berhasil membuka brankas dan mengambil chipnya.

Setelah mengambilnya, Jalal keluar ruangan menuju pintu belakang gedung. Saat dia akan melewati tangga darurat, ada seorang petugas keamanan memergokinya.

"Hei, siapa kau?"

Jalal berlari menuju tangga darurat. Petugas itu mengejar sambil menodongkan pistol padanya. Jalal tak tinggal diam. Dia juga mengeluarkan pistol dari balik bajunya dan menembakkan ke petugas itu. Aksi tembak-menembak tak terelakkan. Petugas itu langsung menghubungi temannya melalui walkie talkienya.

Jalal membuka pintu di lantai dua. Disana dia sudah disambut oleh beberapa petugas. Jalal baku hantam dengan mereka. Meskipun jumlah para petugas tidak sedikit, tapi dalam beberapa menit saja, Jalal berhasil melumpuhkan mereka.

Setelah para petugas terkapar tak berdaya, Jalal melanjutkan langkahnya melalui lorong di lantai dua lalu turun ke lantai satu. Rencananya berubah. Dia akan keluar melalui pintu keluar yang ada di lobi meskipun resikonya juga besar. Dan benar saja, begitu sampai di lobi para petugas yang berjaga disana sudah siap untuk menyerangnya.

Suara tembakan menggema di gedung itu. Dengan gerak cepat, Jalal menembaki mereka dan juga melakukan perlawanan dengan tangan kosong. Saat mereka mulai lengah, Jalal berhasil keluar. Beberapa petugas mengejarnya.

Jalal melewati lorong sepi. Disitulah dia mulai membuka jaket miliknya. Kumis dan jenggot palsunya juga dia lepaskan. Hingga menyisakan kaos putih yang menutupi tubuh kekarnya.

Jalal membuang semua alat penyamarannya ke tong sampah lalu mengeluarkan korek dan membakarnya untuk menghilangkan jejak. Misi dan Penyamarannya telah selesai.

Jalal melanjutkan langkahnya. Kini dia berbaur di keramaian dengan sikap santai. Beberapa petugas masih mengejar dan mencarinya. Sesekali Jalal menunduk saat petugas melewatinya. Karena tak memperhatikan jalan, dia menabrak seseorang.

Terdengar suara handphone jatuh dan teriakan. Dengan reflek Jalal berhasil memegang pinggang seorang wanita hingga tak sampai jatuh ke tanah. Jalal menatap wanita itu yang memejamkan matanya berada dalam dekapannya.

Begitu wanita itu tak merasakan badannya jatuh ke tanah, dia membuka matanya. Saat itulah dia terpaku melihat sosok pria di depannya. Pandangan mereka bertemu dan saling mengunci. Jalal bahkan tak mengedipkan matanya saat menatap mata indah hazel itu.





















Mafia HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang