6

1.1K 64 4
                                    


Hari ini seperti biasa, Jodha berangkat pagi ke kantor. Setelah itu baru ke pengadilan. Dia bangun hampir kesiangan karena tidak bisa tidur semalam. Selain memikirkan tentang sidangnya nanti, dia juga memikirkan kencan makan malamnya bersama Jalal.

Sungguh. Jodha seperti remaja yang sedang jatuh cinta. Merasa nervous dan berdebar-debar. Itu semua karena Jalal. Pria asing yang baru saja dikenalnya, tapi sudah bisa membuat harinya berantakan.

Jodha sampai di meja makan lalu menyapa kedua orang tuanya.

"Selamat Pagi. Ayah, ibu."

"Pagi, sayang," jawab keduanya.

Jodha duduk disamping Mommynya. Dia mulai mengoleskan roti dengan selai coklat kesukaannya.

"Kenapa kamu bangun telat?"

"Semalam aku mengerjakan berkas yang harus aku selesaikan untuk persidangan hari ini." Jodha mengunyah sedikit rotinya sambil bicara.

"Dan juga memikirkan Jalal," lanjutnya dalam hati.

"Kamu jangan terlalu lelah, sayang. Nanti sakit."

"Iya. Ibu tidak perlu khawatir."

"Kamu tidak makan supmu?"

"Tidak, Yah. Sudah hampir terlambat. Aku buru-buru." Jodha meneguk jusnya dengan cepat.

"Aku berangkat dulu Ayah, ibu."

Diciumnya pipi Ayah dan ibunya.

"Hati-hati, sayang." Jodha melambaikan tangannya.

"Dia memang gadis pekerja keras, tapi ada satu yang masih aku pikirkan."

"Apa itu, Yah?"

"Sampai saat ini Jodha belum mengenalkan kita pada seseorang. Di usianya sekarang seharusnya dia sudah menikah. Apa perlu kita menjodohkannya?"

Istrinya menggenggam tangan suaminya lalu tersenyum.

"Kamu sudah tahu sifatnya bukan? Dia paling tidak suka dijodohkan. Biarkan dia memilih kekasih hatinya. Kita percayakan saja padanya. Kamu jangan terlalu risau."

"Kau benar. Semoga saja dia mendapatkan lelaki yang tepat."

Mereka berdua sama-sama tersenyum dan saling menggenggam tangan untuk saling menguatkan.

°

Di ruang persidangan terasa menegangkan karena sepasang suami istri yang akan bercerai tidak mau kalah dengan argumennya masing-masing. Mereka berdua saling berebut hak asuh anak tunggal mereka yang baru berumur 18 bulan. Jodha bertindak sebagai pengacara dari si wanita.

"Yang mulia, untuk bayi yang masih berumur 18 bulan akan lebih baik diasuh dalam pengawasan sang ibu karena bayinya masih membutuhkan ASI dari ibunya."

"Tapi dia selingkuh dibelakangku. Aku tidak akan sudi membiarkan putraku diasuh wanita tukang selingkuh seperti dia."

"Aku tidak selingkuh!"

Beberapa orang mulai berkasak-kusuk dengan pertengkaran mereka. Dalam kasus ini sang suami menggugat cerai pada sang istri karena menuduhnya berselingkuh. Disinilah Jodha sebagai pengacara untuk membela sang wanita karena tidak melakukan perselingkuhan.

Sang hakim mengetok palu agar semua orang diam. Hakim mulai memberi waktu pada Jodha untuk mengajukan analisis dan pembelaannya.

Sekitar 4 jam persidangan itu berjalan, Hakim menundanya hingga dua hari kemudian dengan agenda analisis dari sang suami. Semua orang berjalan keluar ruang persidangan hingga tersisa Jodha dan kliennya.

Mafia HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang