Chapter 1: New Day

1.5K 179 24
                                    

Three Months Later

Hari ini tahun ajaran baru. Para siswa bersorak ria menyambut tahun ajaran baru ini. Tapi tidak dengan Harry, ia terlihat murung hari ini. Sebenarnya, dari tiga bulan yang lalu. Ia masih belum bisa melupakan kejadian itu. Sejak kejadian itu, ia tidak pernah berkomunikasi lagi dengan Luna. Saat berpapasan pun tidak pernah menyapa, seperti tidak mengenal satu sama lain.

Harry sudah dimasa seniornya, begitupun Luna. Itu tandanya, sebentar lagi mereka berpisah. Dulu Harry kira, hubungan dia dan Luna akan berjalan lama. Tapi kenyataan berkata lain.

"Hey, mate! How's your holiday?" Tom, sahabat Harry, berjalan menghampiri Harry

"Good." Jawab Harry singkat. Jujur, ia tidak ingin diganggu saat ini.

"Good? Just good? What's wrong with you? C'mon! Jangan terlalu terjebak dimasa lalu! Move on, mate, move on!" Ucap Tom sambil menepuk pundak kanan Harry.

Harry menepis tangan Tom dipundaknya. "Melakukan tidak semudah mengatakan, kau tahu? Lebih baik, kita mengambil jadwal baru, lalu segera menuju kelas"

Setelah mengambil jadwal baru, Harry sedikit tertegun. Bagaimana tidak? Ia sekelas dengan Luna di semua mata pelajaran. Bagaimana nasib perasaannya nanti? Setiap melihat Luna, ingin sekali memeluknya atau mungkin sekedar menyapa. Tapi ia tidak bisa. Tadi saja saat ia ingin mengambil jadwal, ia berpapasan dengan Luna. Tetapi keduanya tidak saling mengubris.

Pelajaran pertama hari ini adalah matematika. Memang awal yang buruk, pikir Harry. Harry segera masuk kelas dan memilih tempat duduk dibarisan kedua. Terlihat dibelakang ada Luna dan Anna sedang bercanda, sesekali tertawa. Harry hanya bisa tersenyum pahit. Luna saja masih bisa tertawa, mengapa Harry tidak bisa? 

"Hey, Harry!" Terdengar suara Anna memanggil namanya. Oh no, not now, batin Harry. Tidakkah Anna tau bahwa Harry tidak ingin berbicara dulu? Terlebih lagi, disebelah Anna ada Luna. Typical Anna. Pasti ia sengaja memanggil Harry agar ia berbicara dengan Luna.

"Oh, hey!" balas Harry, lagi-lagi dengan singkat. Terlihat Anna menyenggol bahu Luna, Luna pun langsung menunduk menghindari tatapan Harry.

Miris sekali, menatap saja tidak mau, batin Harry. Ia tersenyum  kearah Luna dan Anna. "Hey, Luna" sapa Harry. Luna mendongakkan kepalanya dan tersenyum tipis dan kembali menundukkan kepalanya.

"Ohya, Har, sehabis pulang sekolah, aku dan Luna ingin pergi ke Orchid Cafe. Kau mau ikut tidak? Sekalian ajak Tom, aku yang traktir!" tawar Anna senang. Bodoh. bodoh, kenapa harus mengajak Harry? batin Luna. Ia makin merasa bersalah saja akan kejadian 3 bulan lalu. Kalau boleh jujur, selama liburan Luna tidak pernah berhenti memikirkan Harry. Setiap memegang ponsel, ia selalu mencari kontak Harry dan ingin mengirim pesan. Tetapi jika sudah selesai mengetik, ia selalu menghapus lagi pesan itu dan pada akhirnya tidak pernah jadi mengirimkan pesan.

Luna sendiri bingung terhadap perasaannya. Apakah ia mencintai Harry atau tidak? 

"Um, tidak. Aku sudah ada janji dengan Gemma hari ini. Tidak mungkin kan aku membatalkannya?" tolak Harry dengan halus. Sebenarnya ia berbohong, ia tahu, Luna tidak mau berada dekat dengannya. Harry juga tidak bisa membayangkan suasana canggung yang akan terjadi jika ia ikut

"Oh oke, mungkin lain kali" Balas Anna. Kemudian, Mr. Edison memasuki kelas, tanda pelajaran akan dimulai

Bel pulang sudah berbunyi, Luna segera keluar kelas dan menghampiri Anna yang sudah menunggu didepan kelas, sementara Harry ada dibelakang Luna.

"Lun, pulang bareng yuk? Hari ini aku dijemput, sekalian Orchid Cafe" tawar Anna

"Maaf, Ann. Aku ingin mampir ke toko buku dulu, kau pulang duluan saja" tolak Luna

"Okay, duluan ya! Bye, Lun! Pulang sama Harry saja!" teriak Anna

Harry yang tak sengaja mendengar pembicaraan kedua sahabat itu hanya bisa menggelengkan kepala. Dilihat Luna mulai berjalan menjauh, Harry bergegas menyusul Luna

"Luna!" teriak Harry. Luna menoleh dan mebelalakan matanya.

"Mau kutemani? Mau ke toko buku kan?" ucap Harry gugup. Ia jadi ingat saat pertama kali mengajak kenalan, gugupnya sama seperti sekarang ini

"Tidak usah repot-repot. Aku hanya ingin sendiri" balas Luna. Seketika senyum Harry luntur. Ia mulai kesal, dari awal pelajaran sampai sekarang, Luna tak henti-hentinya mengacuhkan Harry

"Mengapa? Katanya, kita bisa menjadi teman. Teman boleh menemani temannya jalan kan?" ucap Harry. Luna seketika membeku, ia bisa saja menerima tawaran Harry, tapi ia benar-benar belum siap. 

"Mungkin lain kali, aku janji. Duluan ya, Har" Luna tersenyum simpul seraya menepuk bahu Harry dan berlalu pergi

Harry tersenyum, memegang bahu kirinya yang baru saja dipegang Luna. Setidaknya, kau berbicara padaku, Luna, ucap Harry dalam hati dan berlalu pergi menaiki mobilnya menuju rumah.

*

A/N: Gimana? Gimana? Udah lumayan belum? Maaf kalau ga sesuai harapan. Soal chapter, gatau deh lebih dari 20 apa ngga -_-v Makasih vommentsnya di prolog! Hehe

Jangan lupa ini di vomments juga! xx

Enjoy!

Last ChanceWhere stories live. Discover now