Chapter 6: Deliberation or Accident?

744 103 11
                                    

"Jadi, bagaimana kabarmu, Luna?"

"Baik"

"Mau pesan apa?"

"Tidak lapar"

Max menghela napas berat, "kau kenapa sih, dari tadi di mobil sampai sini setiap diajak berbicara pasti balasnya singkat"

"Aku ingin pulang" pinta Luna. Max menghela napas. Padahal belum ada 15 menit mereka disini, tapi Luna sudah minta pulang

"Yaudah, kita pulang. Kuantar ya?" Max tersenyum seraya membelai pipi Luna. Luna menatap Max sinis, "Mau pulang sendiri" Luna segera beranjak dari tempat duduknya dan keluar dari Cafe. Ia melihat taksi yang lewat dan segera memberhentikan taksi tersebut, lalu segera naik.

Tidak tahu kenapa, sekarang ia malas melihat muka Max, padahal dulu alasan ia mengakhiri hubungannya dengan Harry karena ia belum bisa melupakan Max. Mengingat Harry, ia jadi ingat saat tadi ia melihat Harry berfoto dengan Sophie, Luna jadi kesal sendiri

Luna sudah memasuki area kompleknya, sudah lama ia tidak kerumah Harry, padahal rumah Harry dan Luna satu komplek. Luna melewati taman, seketika matanya membesar, ia melihat Harry sedang melamun masih dengan seragam sekolahnya. Harry menyenderkan tubuhnya disalah satu pohon dimana ia dan Luna membagi ciuman pertama mereka sebagai sepasang kekasih dibawah pohon itu

"Capek ya, Lun. Lari-larian sama kamu. Liat, matahari udah gaada. Kita main lama banget ya sampe lupa waktu" ujar Harry capek. Ia dan Luna balapan dari Starbucks sampai taman komplek mereka

"Hei, tapi aku menang loh. Harry gajadi dapet cium dari Luna ya! Ehehehe" Luna menjulurkan lidahnya kearah Harry. Harry pura-pura kesal, "Ih, gabisa gitu dong. Aku capek nih lari-lari" ujar Harry mencubit pipi Luna pelan

"Harry jangan cubit-cubit dong. Ceritanya Luna marah sama Harry, ya!" kata Luna pura-pura kesal. Harry terkekeh meliat tingkah pacar-baru-2-hari-nya itu. Harry menyenderkan badannya ke pohon lalu menarik Luna yang masih cemberut dan menaruh kepalanya didada milik Harry.

"Hei, cewek cantik gaboleh ngambek tau" ujar Harry memeluk Luna erat. Luna bisa merasakan detak jantung Harry yang cepat. "Biarin dong. Kamunya bandel sih"

"Lunabelle yang bandel! Ngajak Harry lari-larian" ujar Harry tak mau kalah. Luna terkekeh geli, "Yasudah sini, kemarikan wajahmu" Harry tersenyum kegirangan, lalu mendekatkan wajahnya dan menutup matanya

Luna dengan susah payah menahan tawanya, lalu menarik hidung Harry keras, "Hahahaha! Ketipu ya! Siapa juga yang mau cium kamu? Kan aku yang menang" Harry mengerucutkan bibirnya, dan makin mengeratkan pelukannya

"Luna mah gitu sih, sekarang ceritanya Harry yang ngambek sama Luna"

Luna belum berhenti tertawa, Harry makin terlihat kesal

"Lunabelle, sekarang serius dong"

"Iya, iya. Aku serius" Luna melingkarkan tangannya dileher Harry, wajah Harry makin mendekat

"May i kiss you now?" tanya Harry pelan, Luna sedikit tertegun, ia belum pernah dicium oleh Harry

"Harry, you don't have to ask"

"Okay, i'll kiss you now"

Lalu Harry melumat bibir mungil Luna perlahan. Menikmati ciuman pertama mereka selama beberapa menit. Pipi Luna merah dan Harry menyeringai lebar. Harry menempelkan keningnya dengan kening Luna, "You are so damn beautiful, you know that right? Look, you are blushing!" Harry terkekeh geli, sedangkan Luna mendengus kesal dan membenamkan wajahnya di dada milik Harry. Mereka menghabiskan waktu dibawa pohon itu hingga larut.

Last ChanceWhere stories live. Discover now