Chapter 04 : Kemunculan

53 7 4
                                    

Siapa sebenarnya dia?

Kenapa dia memanggilku dengan sebutan, 'Tuan'? Apa jangan-jangan, akulah yang telah memanggilnya?

Kata-kata itu? Sebuah kata 'Maaf', untukku?

Dia meminta maaf dan lagi-lagi memanggilku dengan sebuatan 'Tuan'?

Siapa dia?

Begitu banyak pertanyaan yang melintas di benakku saat ini, dan aku seperti melihat hantu di siang bolong.

Bagaimana tidak. Kini aku sedang melihat sosok seorang gadis manis, berpakaian zirah, berhidung mancung, mempunyai warna rambut keemasan, dan tangan kirinya sedang memegang sebuah pedang berwarna hitam.

Satu hal yang membuatku begitu terkejut adalah ; ia masih saja menundukan wajahnya di depanku?

Siapa dia?

Siapa, siapa, siaapaaaa?!!

Pikiran ku kali ini begitu kacau dan sebuah kejutan yang mungkin ku perbuat sendiri telah mendatangiku?

Mudur? Ahh! Itu tidak mungkin lagi.

Seorang laki-laki tidak akan mundur, walaupun dia mengakui bahwa itu membingungkan baginya.

"Jadi, tuan yang telah memanggil saya datang ke sini?"

Ia mengangkat wajahnya, menatap lurus dengan senyuman yang begitu manis ke arahku.

--Tersentak? Yah, itulah ekspresi wajahku saat ini. Memerah di pipi? Itu mungkin kini telah terjadi.

Ingin rasa memandangi mata yang berwarna biru itu, cuma ada hal lain yang tidak mengijinkannya, yaitu ; 'rasa takut'.

"I-iya ... a-akulah yang telah memanggilmu datang ke sini." kataku dengan nada tersendat-sendat bercampur gugup.

"Khuukkk!"

Tenggorokanku terasa gatal dan entah kenapa seperti ada sesuatu di dalamnya.

"--Tuan baik-baik saja?" wajah kekhawatirnya terlihat jelas di depanku. "Astaga! Aku telah membuat-"

"Ti-tidak, a-aku baik-baik saja." jawabanku segera memotong perkataannya itu.

"Syukurlah, Tuanku." balasnya yang kini tersenyum ke arahku.

--Tunggu!? Kenapa aku merasa begitu grogi di depannya? Seumur hidupku aku belum pernah berbicara langsung dengan seorang wanita, apa lagi harus bertatapan langsung seperti ini.

Apa lagi dia cantik, anggun, mempesona dan aroma tubuhnya menyerbak sampai ke hidungku.

Tidak. Apa yang sedang ku pikirkan.

Tapi, aroma ini? Tidak salah lagi, aku sangat mengenalinya dan bahkan setiap hari pun aku selalu mencium parfum ini. Yah, aroma parpun ini ... Brains Andine Rose!

"Tuan, tuan? Apakah pertanyaan saya sudah mengganggu pikiran, Anda?" katanya dengan menatap lurus ke arahku.

"Eh?? Ti-tidak sama sekali."

Wajahku memerah dengan begitu merata, menyeluruh di kedua pipiku. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Sederhana saja.

Laki-laki maupun wanita akan merasa hal yang sama, jika lawan bicaranya nampak begitu sempurna di depannya.

Siapa dia?

Siapa namanya?

Dari mana dia berasal?

Lagi-lagi pikiran dan pertanyaan itu salalu saja muncul di benakku.

Bisakah aku keluar dari kondisiku saat ini?

INFINITY ZEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang