Chapter 06 : Ilyvia / Ritsuka

26 4 0
                                    

Aku benar-benar kebingungan kali ini. Bukan karna kata-kata yang selalu di ucapkan oleh Ren, dan bukan juga karna lingkaran sihir atau dunia itu. Melainkan kehadiran Ilyvia Azila yang kini ada di dalam kamarku. Jika Ayah dan Ibu tahu aku menyembuyikan seorang gadis di dalam kamar, sesuatu yang fatal akan segera menimpaku.

Aku harus bagaimana?

Terus saja menyembuyikannya?

Oh, tidak! Beri aku petunjuk Tuhan?

Ilyvia yang berdiri di depanku tidak mengalihkan tatapannya sedikitpun untukku. Ia tersenyum, menatap sayu, dan seakan memohon sesuatu padaku. Sesuatu yang membuatku saat ini sedang memakan buah simalakama.

"Jangan memasang wajah seolah aku akan memberimu ijin tinggal disini, Ilyvia?!"

Aku sedikit menaikkan nada suaraku saat tatapan itu masih melurus. Tapi, tatapan itu penuh dengan permohonan atau memohon.

"Huh! Baiklah-baiklah ... aku akan mengijinkanmu tinggal di sini. Tapi, dengan satu syarat. Kau harus membantuku menjelaskan kedatanganmu ini kepada kedua orang tuaku. Bagaimana?" kataku yang kali ini menghindar dari tatapannya.

"Dengan senang hati, Tuanku. Aku ucapkan terima kasih karna Tuan telah mengijinkanku untuk tinggal disini. Tuanku ternyata memang baik hati. Terima kasih." jawabnya sambil menunduk di depanku yang spontan membuatku seperti dejavu saja.

Detak jantungku berdetak lebih kencang dari biasanya, dan aku segera mengalihkan pandanganku ke arah yang lain. Kalau aku masih saja menatapnya bisa-bisa aku--

"I-iya ..."

"--Tuan baik-baik saja?"

Ia masih saja menatap lurus ke arahku. Begitu lurus, lurus dan lurus.

Huahahahahaha! Aku benar-benar kesal atas ketidakberdayaanku ini!

"--Tentu ... Aku baik-baik saja, Ilyvia."

"Syukurlah, Tuanku. Bagaimana pun juga aku harus tetap waspada. Jika kita lengah sedikit saja, mungkin mereka akan segera menyerang kita!"

Mereka? Siapa yang Ilyvia maksud? Aku sama sekali tidak mengerti.

"Dan untuk pertama kalinya aku memiliki Tuan yang punya banyak sekali 'Mana' di dalam dirinya. Inilah yang membuatku bisa merasakan kehadiran teman lamaku."

--Teman lama? Ah! Aku benar-benar tidak mengerti apa yang ia katakan?

Ada rasa ingin segera mengalihkan pembicaraan itu. Cuma itu tidak ku lakukan, karna wajah, mata menajam dan senyum pahit itu?

Huh! Jika aku bertemu dengannya lagi (Ren), aku ingin bertanya tentang semua ini. Semua yang dari 'Awal', masih membuatku pusing, tidak mengerti, terdiam, membisu, bahkan hanya mengangguk-angguk seakan benar-benar mengerti. Lucu sekali!

Ilyvia yang menyadari akan tingkah raut wajah dan tatapan kosongku, langsung mendekat dan berbisik.

"Jangan memaksa diri. Biarlah berjalan seperti air mengalir, Tuanku."

Nafasnya terasa halus, lalu sedikit demi sedikit merasuk sampai ke setiap inci pembulu darahku.

"Maaf Tuan, aku terbawa suasana ..."

Tertawa pelan tepat di samping telinga kiriku, Ilyvia menunjukan ekspresi wajah yang lain dari biasanya. Sepertinya ia merasa senang. Tapi, senang karna apa?

--Jangan-jangan?

***

30 menit. Tidak mungkin secepat itu aku menjelaskan semua ini pada kedua orang tuaku. Terutama Ibu. Dia menatap tajam ke arahku dan berganti menatap Ilyvia secara bergantian terus menerus. Jantungku seakan ingin copot saat ibu bilang ;

INFINITY ZEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang