Chapter 09 : Warna yang mengikat malam

20 5 0
                                    

Kota Fukikawa

28 Febuari sekitar jam 17:47

Langit senja yang sedang menanti tenggelamnya matahari, menjadi pemandangan yang sangat indah. Pemandangan yang hanya sebentar ku lihat, tidak membuatku mengabaikan seseorang kini ada disampingku.

Seorang gadis berambut keemasan berdiri menatapku. Tatapan sedih yang ia perlihatkan padaku seperti menunjukan bahwa masa lalunya begitu menyakitkan.

"Pada akhirnya nanti, mau bagaimana takdir berubah, aku akan tetap menghadapi akhir yang sama ketika aku sendiri."

Setelah mengatakan itu, ia masih saja menatapku dengan perasaan sedih yang membuatku hanya bisa membalas tatapannya. Membalas dengan tatapan kosong dengan beberapa kejadian yang sudah ku lalui akhir-akhir ini. Percaya dan tidak percaya, aku mulai memastikan beberapa hal yang menurutku keluar dari akal sehatku untuk mempercayai semua itu. Tetapi, semua sudah terlambat untuk melangkah mundur dan keputusan itu sudah ku ambil.

"Kai?"

"Apa?"

"Bisakah kita selamanya seperti ini?"

"Tentu saja. Selagi kontrak antara kita masih berjalan, kita akan selalu seperti ini dan bersama, Ilyvia."

"Hmm ... Begitu ya."

Jawaban itu seakan membuatku sedih. Aku menyadari apa yang sedang Ilyvia pikirkan saat ini. Apakah ia takut perpisahan? Tapi, walaupun begitu kontrak antara aku dan Ilyvia pada akhirnya nanti akan berakhir. Berakhir dengan sendirinya meninggalkan kenangan yang mungkin aku atau dia yang melupakannya.

Keesok harinya

Aku dan Ilyvia tengah menunggu lingkaran sihir gerbang yang sedang dibuat oleh Ren di dekat Akademi Sekou. Tangan kanannya begitu lincah saat ia menulis huruf latin, angka romawi dan symbol sihir.

"Wilez, Jeira, Lourzets, Mivyor, Dothust, Haiwezar!"

Cahaya berkilau berwarna merah tiba-tiba saja muncul, lalu dengan cepat menglingkari lingkaran sihir yang ada di depan kami berdua. Gerbang sihir merah yang pernah ku lihat sebelumnya, kini semakin melebar dan membesar.

"Apa kalian berdua siap?"

Ren bertanya dan menatap tajam ke arah kami berdua yang saling memandang.

"Iya, kami siapa!" jawab kami berdua saling menggenggam tangan.

"Hmm .... Hahahahah ... Tidak ku sangka akan secepat itu, 'kah?" ucap Ren tertawa saat ia memandang kami berdua.

"Eh?!!"

Aku tersentak di iringi ekspresi yang kebingungan saat Ren mengatakan itu dan untuk berapa lama ia tertawa lalu berbalik dan melangkah menuju gerbang merah yang kini telah berhenti membesar.

Apa-apaan tawa itu?

Aku bergegas melangkah bersama Ilyvia yang memandang ke arahku sambil memperlihatkan senyum kecilnya. Senyum itu penuh kebahagian yang begitu jelas bisa ku lihat.

"Ada apa, Ilyvia? Ke-kenapa kau tersenyum seperti i-itu?"

"Ah! Ti-tidak! Hanya saja kau terlihat manis saat memperlihatkan wajah seperti itu, Kai?"

"Eh?! Tu-tunggu, aku tidak mengerti?"

Di abaikan begitu saja. Ilyvia melangkah terlebih dahulu dariku, kedua pipinya kini masih memerah. Aku sedikit tertegun akan tingkahnya itu, dan tanpa aku sadari mereka sudah ada di depan gerbang lingkaran sihir.

INFINITY ZEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang