Part 7

135 18 0
                                    


"Mengendap-endap seperti seorang pencuri. Memangnya kau sedang apa ?" tanya Mark kebingungan ketika melihat Bomi berjongkok sembunyi di sebalik tembok pagar. Yang di ajak bicara tidak mendengar pertanyaan itu dan masih sibuk dengan aktivitas mengintipnya.

Heran,.. Kenapa ia melihat rumah itu terus. Terutama itukan rumahnya Luhan si pria mantan kekasihnya itu. Apa yang di lakukan olehnya... pikir Mark memandang Bomi dengan heran.

"Apa kau tidak lelah berjongkok seperti ini ?" tanya Mark lagi. Seketika Bomi memukul keningnya sendiri dengan geram.


"Oh tidak. Kenapa Lulu Oppa belum keluar dari rumahnya. Bukankah seharusnya ia di waktu jam begini akan pergi ke rumah orang itu. Astaga.. Apakah terjadi sesuatu padanya ?. Tidak-tidak, aku tidak boleh berpikiran buruk seperti ini. Tetapi" gumam Bomi menahan ucapannya dengan sangat khawatir.

"Jika kau cemas, pergilah menghampirinya dan jangan mengendap seperti seorang maling" tegur Mark lagi. Bomi mengerenyit mendengar suara itu.

"Mengapa aku merasa ada seseorang yang sedang berbicara ?" ucap Bomi bingung mengerut keningnya heran.

Ternyata dia memang bodoh.. batin Mark dan mengumpat kesal sebenarnya.


"Berbalik badanlah dan kau akan tau sebenarnya" ucap Mark meminta Bomi berbalik badan dan Bomi segera menggeleng cepat. Pucat pasi mulai nampak pada wajahnya. Bomi meneguk air liurnya.

"Oh tidak. Kenapa suara itu terngiang-ngiang di telingaku. Bukankah tidak ada orang lain selain aku di sini tadi. Ayah, apakah aku masih hidup di dunia ini sehingga aku bisa merasakan adanya hawa dingin di sekitarku. Atau ini sebuah halusinasi pendengaran sensitif terhadap suara mistis. Atau ini..."



PLETAK..
Mark segera menjitak Bomi setelah mendengar ucapan yang ngaur dan tidak menentu itu. Bomi segera berbalik badan seraya memegang kepalanya yang terkena jitakkan itu dan sangat terkejut melihat Mark ada di depannya.


"Ma ma ma manusia idiot" sebut Bomi gugup ketika mendapati Mark menatapnya datar. Mark yang di panggil manusia idiot pun segera berdecak kesal.

"Manusia idiot. Apakah aku tidak salah mendengarnya hah ?" tanya Mark menahan geramnya. Bomi segera menatapnya tajam.

"Tentu saja tidak salah, jika kau manusia pintar. Kau tidak akan menakutiku seperti yang kau lakukan itu tadi. Kau tau, aku pikir suara tadi adalah suara milik hantu dan ternyata itu kau" jelas Bomi ketus.

"Jangan menyindirku semaumu ya. Lihatlah dirimu sendiri, tidak lebih dari seorang pengimis di jalan yang meminta-minta" ejek Mark geram. Bomi mendengus.

"Kau juga tidak usah mengejekku semaumu itu. Aku bukan pengemis seperti mereka" protes Bomi emosi.

"Jika bukan, lalu apakah kau seorang pencuri ?" tanya Mark sinis.

"Mengapa kau bisa berkata seperti itu. Aku bukan seorang..."

"Jangan berkata jika kau bukan seorang pencuri. Lihatlah, duduk berjongkok melihat rumah orang lain secara sembunyi-sembunyi dan kau bilang itu bukan pencuri. Oh tidak, kau terlihat seperti seorang pencuri sekarang. Kau mengerti" ucap Mark tegas, memotong ucapan Bomi. Bomi pun melihat dirinya sendiri yang memang sedang berjongkok, dengan cepat Bomi berdiri.


"Aku bukan pencuri idiot. Aku sedang..."

"Sedang memerhatikan di setiap sisi rumah itu atau bisa saja kau sedang mencari pemilik rumah itu" Mark kembali memotong ucapannya dan mulai menebak.

"Hei.. Idiot, aku belum habis bicara dan kau selalu saja memotong ucapan dariku. Dimana letak kesopananmu itu" emosi Bomi mulai semakin meledak. Mark tersenyum tipis.

On The Wings Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang