Part 3

228 20 8
                                    


Aku melangkahkan kakiku menuju rumah Luhan Oppa dengan begitu sangat bahagia. Entah kenapa aku merasa sangat bahagia setiap kali aku pergi menemuinya. Padahal, bisa di katakan bahwa aku tidak mendapatkan uang ketika berada di sana. Eh..., Hehe, kenapa aku jadi memandingkan kebahagianku dengan uang. Aneh..

Ketika aku hampiri sampai di rumah Oppa.
Tanpa sengaja aku melihat Oppa sedang berada di luar.
Ia tidak sendirian di sana, aku melihat ada seorang perempuan berdiri di depannya dengan wajah sangat marah. Segera saja aku bersembunyi di sebalik tembok. Tidak lama itu juga, Luhan Oppa menarik perempuan itu masuk ke dalam rumahnya secara paksa.
Aku terkejut bukan main. Segera aku berlari menghampiri rumah Oppa dan ketika ingin membuka pintu itu. Pintu itu tidak bisa di buka.



Apa Oppa menguncinya dari dalam. Oh tidak,.. batin Bomi cemas menggigit jarinya.

Sudah hampir setengah jam, eh tidak-tidak. Bahkan hampir satu jam aku di luar menunggu Oppa yang tidak keluar-keluar dari rumah. Perasaan gelisah dan resah menyelimuti perasaanku.

Ada apa ini, kenapa Oppa dan gadis itu masih belum keluar dari rumah. Apa keduanya adalah teman, tetapi sepertinya aku belum pernah melihatnya bersama dengan Oppa. Apa yang mereka lakukan di dalam sana, kenapa mereka lama sekali berada di dalam sana.. batin Bomi semakin cemas dan ia mengintip dari celah-celah lubang dan kaca jendela. Mana tau ia menemui keberadaan keduanya.

Luhan sudah tidak menyukaimu lagi, terbesit perkataan singkat dari Jinyoung padaku itu, melintasi secara tiba-tiba di otak dan pikiranku.


"Apa maksud perkataan Jinyoung itu. Apakah ia mengetahui sesuatu tentang semua ini. Sebelum aku berburuk sangka kepada Oppa, ada baiknya aku bertemu dengan Jinyoung dan menanyakan tentang ini. Aku akan ke rumahnya dan bertanya tentang ini padanya"

Bomi dengan cepat bergegas pergi meninggalkan rumah Luhan dan pergi ke rumah Jinyoung.
......
Luhan dan Chorong saling menatap satu sama lain.
Chorong menatap Luhan sangat marah, sedangkan Luhan merasakan perasaan bersalahnya kepada Chorong.


"Secepatnya, katakanlah sebenarnya kepada Bomi tentang ini. Aku tidak mau jika ia akan terluka suatu hari nanti oleh karna tindakanmu itu. Berkatalah dengan jujur sebelum ia mengetahuinya. Aku juga tidak mau merasa bersalah dengan kesalahanmu itu" tegas Chorong.

"Aku tidak tega melakukannya" balas Luhan singkat.

"Mengapa ?. Apa kau jatuh Cinta padanya dan ingin berpaling dariku ?" tanya Chorong sedikit emosi.

"Bukan" Luhan menundukkan kepalanya bersalah. Sejujurnya, ia juga tidak mengerti, kenapa ia tidak mau memberitahukan yang sebenarnya kepada Bomi jika pada waktu itu ia hanya mengasihani Bomi karna di ejek oleh temannya.



"Jadi, apa ?" tanya Chorong lagi, mengertak kesal. Lalu ia tertawa kecil, Luhan menatapnya heran.

"Oh ya, tidak mungkin kan jika seorang pria dan seorang gadis jika selalu bersama tidak akan timbul sebuah perasaan yang mengusik ketenangan hati dan pikirannya. Heh, itulah yang terjadi padamu. Kau merasa akan sesuatu pada hati dan pikiranmu itu. Seharusnya aku memberitahu semua ini kepada Bomi sejak awal lagi, karena aku takut ini akan terjadi. Hehe, aku memang payah" merutuki dirinya sendiri dan tertawa kecut.


"Cho..."

"Jika kau tidak bisa mengatakan sebenarnya kepadanya. Baiklah, aku yang akan mengatakan itu padanya" potong Chorong bernada dingin.

"Chorong, tolong mengertilah. Aku tidak mau melukai perasaan Bomi hanya karna kebohonganku ini. Beri aku waktu, aku akan mengatakan sebenarnya kepada Bomi. Aku mohon padamu Chorong, berikan aku waktu untuk mengatakan sebenarnya kepada Bomi, ya"

On The Wings Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang