Part 10

130 12 2
                                    


KANTIN SEKOLAH....



"Aku merasa kasihan melihat Jinyoung seperti itu" ucap Nayeon menatap Jinyoung iba dari jauh, Bomi menghela nafas dan meliriknya sejenak.

"Lalu" tanya Bomi asal.

"Andai waktu bisa di perlambat kemarin, mungkin Jinyoung bisa mencegah noonanya untuk pergi"

"Tetapi apa yang terjadi, bukankah waktu itu tidak mau membantunya. Bukankah itu seperti sebuah tanda mengatakan bahwa Jinyoung dan noona nya harus berpisah sementara"


"Apa ??. Sementara !!. Wow, Bomi itu tidak mungkin. Ketika seseorang telah pergi keluar dari negaranya sendiri dengan perasaan hampa. Seseorang itu tidak mungkin kembali dengan mudah karena ia tidak mau merasa sakit kembali dalam kehidupannya. Lalu bagaimana bisa kau mengatakan ini hanya sementara. Lelucon apa yang kau katakan ini" ucap Nayeon emosi.

"Ya, apa yang aku katakan adalah lelucon ?. Jika noona nya kembali ke sini dalam tiga hari, apakah kau akan percaya padaku ?" tanya Bomi, Nayeon memandangnya malas.


"Kenapa kau berbicara seolah-olah kau adalah Tuhan. Bomi..."

"Berhentilah bicara. Aku ke kelas terlebih dahulu, aku tidak mau berada di sini mendengar ocehanmu itu. Jika kau ingin ikut bersamaku, ayo" setelah mengatakan itu, Bomi pun beranjak pergi. Nayeon berdecak kesal. Lalu ia melihat ke arah Jinyoung, namun Jinyoung telah pergi dari kantin itu tanpa ia sadari.


"Kemana perginya dia, apa aku harus mencarinya ?. Tidak-tidak, apa yang akan di katakan oleh Bomi nantinya. Tetapi jika aku tidak pergi mencarinya, aku takut jika ia melakukan sesuatu yang bisa merugikan dirinya sendiri. Ya ampun, kenapa aku harus pusing sendiri. Terserahlah apa yang ingin Jinyoung lakukan, apa urusannya denganku. Sebaiknya aku pergi menyusul Bomi"  gumam Nayeon. Hatinya mengatakan ingin mencari Jinyoung, mulutnya mengatakan tidak, tetapi otak kepalanya yang harus merasakan akibatnya. Huh~~……

.....




"Hei, Jeon. Apa tidak ada tugas yang harus kau kerjakan lagi. Kau tampak santai sekali hari ini ?"

"Tidak ada" jawabnya singkat sembari memandang tas itu. Temannya pun melihatnya heran.

"Apa ada yang aneh dengan tas itu, kenapa kau memandang tas itu lekat. Bukankah tas itu milik seorang perempuan, karena aku melihat dari bentuk model tas itu. Siapa dia, apakah aku mengenalnya. Hei.. Jeon, kenapa kau tidak menjawabnya hah" tegur temannya yang di diami oleh Jeon.

"Memangnya aku harus menjawab apa padamu. Sepertinya tidak ada"

"Ya memang tidak ada" ucap temannya berdecak pelan. Jeon terkekeh kecil padanya.

"Baik-baik, aku akan memberikan semua jawaban dari pertanyaanmu" ujar Jeon.

"Benarkah" balas temannya senang, Jeon menangguk yakin.

"Pertama, tas ini memang milik seorang gadis. Kedua, aku tidak tau siapa pemiliknya dan ketiga, kau tidak mengenalnya begitu juga denganku. Aku tidak tau siapa gadis itu dan aku hanya tau jika ia bersekolah di Pink School" jelas Jeon.

"Ooh.. Jadi apakah benar jika kau kemarin di kejar-kejar oleh gadis genit itu lagi sehingga kau bertemu dengan pemilik tas ini" tanya temannya lagi, Jeon mengangguk. "Lalu apa rencanamu selanjutnya, apakah kau akan pergi menemuinya ?. Di sekolahnya" tanyanya lagi.


"Itulah yang sedang aku pikirkan. Karna kemarin aku tidak sempat pergi menemuinya, maka sekarang aku akan pergi menemuinya" ujar Jeon beranjak dari duduknya dan memasukan tas itu ke dalam tas miliknya.

On The Wings Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang