Part 9

140 12 12
                                    


"Entah kenapa orang bodoh ini selalu saja pingsan sembarangan. Astaga, kenapa ada orang sepertinya. Menyusahkan dan juga menyebalkan" ocehnya melihat Bomi berbaring dengan nyaman di kasur.

"Andai aku tidak datang tepat waktu, mungkin dia sudah di bawa pergi bersama lelaki itu. Ngomong-ngomong, kenapa gadis bodoh ini belum sadar juga" geramnya heran.



"Siapa gadis bodoh yang kau maksud" tanya Bomi seraya duduk. "Aw.." ringisnya merasakan denyut menyerang tiba-tiba di kepalanya.

"Tentu saja kau. Bukankah kau orang yang begitu bodoh" balasnya ketus.


Menyebalkan. Di dunia ini hanya satu orang yang bisa mengatakan itu padaku. Lalu, kenapa dia bisa ikut mengatakan itu seperti si idiot itu... batin Bomi kesal.

"Kenapa kau tiba-tiba menjadi kasar, bukankah kau berbicara lembut padaku tadi. Kenapa kau beru...bah" ucapnya tertahan, ketika mendongak ke atas. Ia terkejut melihat orang yang ada di depannnya. Mark.

"Ya ampun. Apa aku berhalusinasi lagi. Tidak-tidak, apakah aku sudah gila. Tidak mungkin. Bukankah tadi adalah lelaki itu dan bukan dia. Astaga, apa yang terjadi padaku" Bomi berkata dengan sangat keheranan. Ia pun menepuk ke dua pipinya berkali. "Aw, sakit" ringisnya atas perbuatannya itu.



"Bodoh" ujarnya sinis. Bomi kembali menatapnya geram. Mark melipat tangan di dada tidak mau tau.

"Kenapa aku selalu saja bertemu denganmu. Tidak pagi, siang dan.. Astaga, sekarang sudah malam. Oh tidak, ayah pasti mengkhawatirkan keadaanku sekarang" ucap Bomi cemas. Melirik ke sana sini.

"Apa yang kau cari" tanya Mark heran. Tadinya sedang marah sekarang malah berubah menjadi cemas.

"Di mana tas yang aku pakai tadi. Apakah kau menyembunyikannya hah. Kembalikan tas ku cepat. Aku ingin menelpon ayahku. Kembalikan" pinta Bomi bergegas turun dari kasur. Mark tersenyum sinis.

"Atas dasar apa aku harus berbaik hati padamu. Tidak, aku tidak akan mengembalikannya untukmu. Mengerti" Mark berkata dengan tegas. Bomi mendengus.


"Aku bukan sepertimu yang ingin membuat orangtua khawatir. Cepat kembalikan tasku" pinta Bomi lagi.

"Tidak akan" tolak Mark.

"Kembalikan" ucap Bomi lagi.

"Tidak dan tidak akan" balas Mark ketus.

"Oh ayolah idiot, aku pinta padamu. Kembalikan ponselku, aku tidak mau ayah mengkhawatirkan aku"

"Tidak usah memanggilku dengan kata idiot. Kau tau itu sangat terdengar mengesalkan. Baiklah, aku akan mengembalikan untukmu" ujar Mark penuh arti, Bomi menatapnya senang.

"Waw.. Benarkah. Lalu mana tas ku" tanya Bomi menyodorkan kedua tangannya. Mark berdiri menatapnya sejenak, lalu berbalik. Baru beberapa langkah, Mark kembali berhadapan dengannya. Membuat Bomi memandangnya heran.


"Ini" jawab Mark, menepuk tangan Bomi.

"Oh, apa maksudmu" tanya Bomi menatapnya bingung.

"Maksudku adalah, aku tidak tau di mana tas-mu itu" jawab Mark asal, Bomi menatapnya tajam.

"Manusia idiot, kau sedang mempermainkanku ya. Dasar menyebalkan. Katakan saja jika kau tidak ingin mengembalikannya padaku. Katakan saja jika kau ingin mengambilnya. Huh, idiot tetap saja idiot" Bomi berdecak kesal, lalu berjalan melewati Mark yang ada di depannya.


"Hei.. Kau ingin kemana" tanya Mark, Bomi berbalik.

"Tidak usah bertanya. Terserahku ingin kemana, apa urusannnya denganmu. Idiot" balas Bomi ketus dan keluar dari ruangan itu. Mark tertawa senang melihat Bomi dalam keadaan marah.


On The Wings Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang