Malam Pembuka

7.5K 288 7
                                    

Hujan tak kunjung reda, langit kelam semakin gelap ditutupi segumpal awan hitam yang sangat tebal, petir berkali-kali menyambar dengan suaranya yang menggelegar. Suasana kampus berangsur-angsur sepi menyisakan aku seorang diri di ruang ganti.

Hari ini kampus mengadakan acara bazar. Berbagai grup band diundang memeriahkan acara tersebut. Salah satunya aku sebagai vokalis dari sebuah grup band bernama Chiken. Grup band idola kampus ini, kampus dimana tempat ku meraih gelar S1 Akutansi. Karena hujan tiba-tiba mengguyur bersama angin yang memporak-porandakan panggung dan tempat yang telah ditata sedemikian rupa kini hancur tak berbentuk. Dengan terpaksa acara dihentikan dan seluruh penonton beserta panitia segera meninggalkan tempat.

Tinggal lah aku sendirian di ruang ganti tengah mengganti pakaian ku yang basah akibat terlambat menghindari hujan. Beruntung setiap hari aku membawa pakaian cadangan.

Usai menata diri serapi dan setampan mungkin, aku keluar dengan tas ransel dan sebuah gitar yang tersampir dipundak kiri ku. Mulut ku tak hentinya bersiul, berjalan santai dan tenang. Aku si pria pemberani tak mengenal takut.

Sepanjang koridor yang ku lewati tak ku temukan lagi seorang pun, hanya ditemani lampu temaram sebagai penerang jalan ku. Apa karena hujan yang terlalu lebat jadi suasana sedikit terasa mencekam? Abaikan!

Namun, langit yang begitu muram mendadak mempengaruhi alam sekitar ku. Hawa yang tadinya biasa-biasa saja kini terasa lebih dingin mengundang sensasi lain di sekujur tubuh ku, ruang-ruang kelas yang gelap seolah menarik ku untuk menyapa sesuatu di dalamnya. Aku tak mengerti kenapa tiba-tiba perasaan ku menjadi tak tenang. Berkali-kali ku usap bulu kuduk ku yang berdiri tanpa sebab, jantung ku berdetak berkali lipat dari sebelumnya. Seakan ada orang lain yang mengikuti dan mengawasi ku diam-diam. Aku berdehem mengusir sesuatu yang janggal, terasa mendekat menemani ku.

Untuk menyamarkan ketakutan ku, ku pasang headset dan menyetel musik keras-keras dari handphone ku, mulut ku terus bersiul dalam keraguan dan kegelisahan. Langkah ku perlebar dan ku percepat hingga akhirnya kaki ku berpijak di lantai lift yang dingin. Tepat saat lift tertutup lampu koridor seketika padam satu per satu secara berurutan membuat nafas ku tercekat, diam tak bernyawa.

"Jadi kampus seseram ini malam hari?" aku bergidik ngeri membayangkan hal-hal tak masuk akal.

Apa kalian percaya hantu? Belakangan ini tersebar rumor,menceritakan mengenai beberapa kejadian aneh di luar nalar. Gosip yang menghubungkan dunia alam gaib dan dunia manusia. Dari kabar burung yang ku dengar tak sedikit mahasiswa maupun dosen dikejutkan dengan penampakan di beberapa ruangan seperti gudang dan ruang kelas. Salah satu yang tengah hits saat ini adalah cerita tentang 2 mahasiswa yang kesurupan bersamaan saat tengah mengikuti perkuliahan di malam hari di salah satu fakultas di kampus ini. Aku tak begitu mengikuti alurnya jadi aku tak tau siapa dan fakultas apa yang menjadi korban kebejatan para hantu.

Aku percaya mengenai keberadaan makhluk halus, namun aku tak pernah mengalami hal-hal aneh seperti kebanyakan orang bicarakan. Jadi aku tak pernah menganggap kejadian yang mereka alami nyata atau sekedar bualan sebab dibalik fakta pasti ada yang dilebih-lebihkan.

Hantu? Enyahlah! Aku tidak takut. Yang selalu ku percayai adalah selama manusia tak mengusik ketenangan mereka, mereka juga tak akan mengusik manusia. Hantu hanya mengganggu orang-orang lemah, bukan aku.

TING!

1 menit berlalu lift terbuka. Sama seperti suasana di lantai 5, lantai 1 juga tak kalah membuat nyali ku menciut. Secepat kilat ku tepis rasa takut ku. Sudah ku bilang aku pemberani. Aku pria, pantang bagi seorang pria takut. Apalagi aku seorang idola tanpa cacat.

Setelah mengumpulkan keberanian ku, aku keluar sesantai mungkin. Aku tidak takut, aku tidak takut. 3 kata itu tak hentinya ku rapalkan di tenggorokan ku. Tiba-tiba seluit bayangan seseorang melintas membuat ku berhenti saat itu juga. Pandangan ku refleks menyusuri seluruh area, mencari asalnya. Namun, tak ku temukan seorang pun yang lewat.

Aku menggeleng kuat. Mungkin salah lihat, pikir ku. Kaki ku kembali mengayun dengan santainya sambil bersiul-siul. Lagi-lagi bayangan hitam itu melintas membuat tubuh ku berputar ke belakang.

"Spada. Ada orang? Permisi?" suara ku menggema, berbalik pada ku. "Ada orang?"

Karena keheningan  yang menyambut ku, ku putar tubuh ku berbalik ke arah semula. Saat itu lah jantung ku meloncat keluar seakan malaikat maut menarik paksa nyawa ku, teriakan ku tertahan di tenggorokan, tak mengeluarkan suara apa pun.

"Ada yang bisa ku bantu?" tanya nya datar.

Detik itu juga aku melayang meninggalkan jasad ku terkapar tak berdaya di atas lantai. Aku...pingsan.



TBC.....

Sebagai pembuka cerita, kira-kira ada yang tertarik?

Kalau pun tidak ada, cerita ini bakal terus berlanjut. 😊

Mrs. GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang