Pencuri Menanti Di Depan Mu

2.4K 163 1
                                    

Qiya POV

Bagi ku dunia ini dibagi 2, 'Aku' dan 'Orang Lain'.

Dimana semua orang menyukai kebersamaan, aku lebih memilih sendiri. Dimana semua orang asyik bergumul bercanda ria, aku memilih mengunci rapat bibir ku diam menikmati rentetan tulisan bersama bait-bait lagu yang ku dengar. Dimana semua orang menciptakan permasalahan dan menarik ketegangan, aku memilih tenang dan bersikap acuh. Semua itu hanya karena aku ingin. Ingin menjauh dari kenyataan. Dunia yang ku tempati menawarkan banyak kesenangan, tapi dunia yang ku tempati sendiri jauh lebih menyenangkan dari sekedar kata bersenang-senang.

Aku tidak tau bagaimana caranya bergaul, mengungkap kata, atau sekedar beramah tamah. Melihat ku justru membuat mereka ketakutan. Kini yang ku tau semua orang membenci ku dan itu yang membuat ku memilih menunduk dalam-dalam menyembunyikan wajah ku berharap mereka mengerti bahwa aku tak semenyeramkan seperti yang mereka bayangkan.

Dijauhi. Suatu keadaan yang kebanyakan orang menganggap situasi itu menyedihkan. Aku terbiasa berada dalam drama dimana aku sebagai tokoh yang mengenaskan, dikucilkan, dan tak dianggap keberadaannya. Masalah? Tidak! Aku menikmati setiap peran ku dan itu salah satu bentuk kebahagiaan yang ku pilih dari sekian banyak kebahagiaan yang ditawarkan dunia pada ku.

Aku tak pernah sendirian. Sama seperti mereka, aku juga butuh orang lain. Mereka sering menyebutnya 'Teman'.

Hantu. Apa bisa ku sandangkan gelar 'Teman' pada sosok yang kerap kali dianggap sebagai sosok paling mengerikan? Jika bisa, aku benar-benar tak sendirian seperti kebanyakan orang-orang pikirkan.

Aku juga tak bisa hidup sendirian.

Berbeda dengan mereka. Dimana orang-orang tertawa, bertukar cerita, menangis, saling merangkul, dan menghabiskan waktu sepanjang hari bersama dengan wujud yang tampak nyata, aku juga melakukannya bersama dengan wujud yang tak nyata. Dimensi yang ku tapaki tak sepenuhnya memberi ku belenggu.

Hubungan yang ku jalin itu atas dasar saling mencari, saling membutuhkan. Aku membuat hubungan pertemanan dengan mereka layaknya manusia biasa. Percaya bahwa tak akan ada perpisahan, tak akan ada rasa sakit, selalu bersama ku, dan selalu hadir di saat ku butuhkan. Tak ada pertengkaran, tak ada perselisihan, tak ada kebencian, tak ada dendam, tak ada yang berubah menjadi musuh. Aku tak mau terjebak dalam kekejaman yang juga dunia tawarkan. Namun, hidup tetap lah hidup, konsekuensi ku sebagai manusia tetap memberiku semua rasa itu.

Pengkhianatan. Kebencian. Keserakahan. Dendam. Iri.

Dari sekian banyak orang, kenapa semua rasa yang berusaha keras ku hindari justru ku dapat dari satu ikatan mutlak yang mengait ku ke dalamnya. Orang tua ku, kakak ku, dan...pria itu.

Aku tak dibuang, hanya ditempatkan di tempat terbaik. Bukannya aku tak diinginkan, hanya saja dengan cara menjauhkan ku merupakan cara mereka untuk membahagiakan ku. Dulu. Dulu semudah itu ku tanamkan kalimat bijak itu dalam otak ku. Sekarang? Tidak lagi!

Pukulan keras telak mereka layangkan pada ku. Secara bersamaan memberi ku kado terpahit yang tak pernah terpikirkan akan terjadi dan kini kenyataan itu tak terelakkan lagi.

Apa salah ku?

Satu pertanyaan itu yang selalu mengaung dibenak ku dan selalu berakhir pada satu jawaban.

Aku manusia, aku masih manusia, tak ada yang menyangkal bahwa aku seorang manusia. Namun tak seorang pun yang menganggap ku manusia karena satu jawaban yang sama.

"Qiya?" aku menoleh. "Jadi itu nama mu?"

Mata ku melebar, tubuh ku seketika membeku mendapati sosok itu lagi, sosok yang selalu datang di waktu yang salah.

Mrs. GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang