Sina POV
Senyum ku tak juga pudar membayangkan betapa menakjubkannya moment yang tertinggal semalam. Senandung dalam siulan ku terus menciptakan nada-nada tanpa arahan. Walau ia tak merespon atau membalas kecupan demi kecupan yang meninggalkan bekas di bibirnya, aku merasa bahwa ia juga menikmatinya. Mengacaukan perasaannya kemudian menangkapnya merupakan rencana yang harus ku susun matang-matang agar segalanya tercapai dengan mudah. Sang penakluk harus bereaksi sekeren mungkin.
Afdal menggeleng seraya berdecih, memandang ku jijik. "Kau seolah baru mendapatkan ciuman pertama padahal bibir mu sudah terkontaminasi ribuan pelacur"
Jari telunjuk ku goyangkan sesuai irama, tak mempermasalahkan kata kasar yang meluncur dari mulut pedasnya.
Tanpa perlu ku ceritakan, mulut itu sudah menyebarkan detil adegan semalam yang diintipnya tanpa sengaja pada 2 makhluk lainnya, Ando dan Odi. Yang sialnya juga mengakibatkan aksi ku berhenti atas gangguannya.
"Jangan hiraukan dia!" Ando meletakkan gitarnya. "Kita di undang ke acara wisuda minggu depan sekaligus acara festival rutinan kampus. Jadi setelah menyanyikan beberapa lagu, kita langsung menuju festival di gedung fakultas kedokteran. Mereka minta kita berkolaborasi dengan salah satu band andalan kampus sebelah. Bagaimana?"
"Fakultas kedokteran? Mereka gila? Mengadakannya disana? Malam-malam?" Odi terperangah.
"Mereka tak punya pilihan lain karena ketepatan giliran mereka yang mengadakannya dan diwajibkan mengadakannya di fakultas yang bertugas. Kebijakan yang tak dapat diganggu gugat" jelas Ando.
"Dan kabarnya pihak kampus tak terlalu bodoh melepaskan acara tersebut. Demi keselamatan dan ketenangan, secara khusus mereka mengundang seseorang untuk menjadi tameng disana" tambah Afdal.
"Tameng? Siapa?"
"Mahasiswa special tentunya..." Afdal tersenyum bodoh, melirik ku sambil menaik-turunkan kedua alisnya.
Sebelah alis ku naik. Mengacuhkan nya yang terus saja menggoda ku dengan sesuatu yang tak ku ketahui, aku keluar mencari minuman segar.
Setelah mendapatkan apa yang ku cari, aku mengambil jalan kembali. Berpasang-pasang mata masih juga melirik ku antusias penuh kekaguman. Bahkan tak jarang dari mereka menanyakan perihal alasan pembatalan pertunangan dan siapa gadis yang akan ku pinang. Ku jawab dengan senyum sekilas merahasiakan sementara waktu segala hal mengenai gadis itu.
Baru terbayang kembali bagaimana ciuman kami semalam, aku menemukan sosoknya tengah berjalan tergopoh-gopoh. Penasaran apa yang membuatnya tampak kalang kabut, ku ikuti ia untuk menanyakannya hingga pengintaian ku berhenti lantaran menemukan sosoknya masuk ke dalam sebuah mobil dengan seorang pria di dalamnya. Pria yang hanya ku tau wajah tanpa mengetahui namanya. Mantan kekasihnya.
*****
Seminggu berlalu. Sehari setelah ia bertemu dengan mantan kekasihnya, gadis itu meminta ku mengembalikan nya ke rumah. Yang membuat hati ku dongkol sampai detik ini, di hari kepergiannya ia hanya berpamitan tanpa embel-embel apa pun bahkan pria itu lah yang menjemputnya.
Berkali-kali berpapasan dengannya, ku palingkan wajah ku menganggapnya angin lalu. Dan sialnya tak berpengaruh sedikit pun padanya. Sikap nya semakin menjengkelkan.
Aku berharap dengan perlakuan ku ia bermurah hati menceritakan atau menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, namun sia-sia. Ku kira ia sudah menganggap ku, tapi nyatanya zero. Ia membalas perlakuan ku dengan perlakuan yang lebih kejam. Tak peka sedikit pun.
"Heeyyy....lupakan sejenak galau berkepanjangan mu itu. Lirik sama nadanya salah terus. Besok kita tampil astaga" gerutu Ando.
Kami sedang latihan vocal di rumah Ando. Sialnya bayangan Qiya terus saja merusak konsentrasi ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mrs. Ghost
Romance[Completed] Orang-orang memanggilnya Mrs. Ghost. Tak ada yang tau nama aslinya. Sejak kejadian malam itu, aku penasaran dengan sosoknya yang kelam, sekelam kepribadian & penampilan nya. Hingga hati ku berkata mungkin Gadis misterius itu lebih coco...