Sina POV
"Kekasih mu?" selidik pria tua menyebalkan yang tak lain adalah kakek ku.
Tubuh rentan, punggung yang tak lagi lurus mengharuskan nya bertumpu sepanjang hari pada tongkat kayu yang selalu dibawanya kemana-mana untuk membantunya berjalan. Tak lupa kaca mata bundar selalu membingkai kedua matanya yang rabun, topi koboy menutup kepalanya yang kini setengah botak akibat rontok karena kesalahan penggunaan shampo, keriput dimana-mana, serta aroma tubuh khas pria tua yang sudah mengalami fase pendekatan akhir. Yang terakhir, kipas kecil selalu menempel ditangannya.
Si pria tua pemarah dan kekanakan. Jika amarahnya memuncak lebih baik mengacuhkannya dan menulikan telinga seperti yang ku lakukan sekarang. Intonasi bicaranya terdengar menggema bagai alunan kaset rusak, terlebih lagi seluruh urat wajahnya keluar dan melotot menakutkan yang tak berpengaruh pada ku.
"Teman ku" jawab ku jengah.
Afdal dan yang lainnya menggiring gadis itu ke ruang tengah.
"Teman tidur sekamar? Kau kira aku sebodoh itu" teriaknya. "Setiap malam berganti wanita, kau kira aku tidak tau? Dasar playboy tak berguna"
"Kakek tenang lah, ini sudah biasa"
"K-kau..." seperti biasa tongkat itu menghantam tubuh ku.
"Aduh...ampun...ampun...aww...aww..." dan seperti biasa juga permainan kejar-kejar dimulai.
"Sini anak nakal, jangan lari!"
Sebisa mungkin aku menghindarinya, berlari mengitari kamar, lalu mencari celah keluar dari sana hingga ku temukan keempat orang yang tengah bersantai ria menikmati secangkir kopi hangat sambil menonton TV meski suasana mereka terlihat sangat canggung dengan kehadiran Qiya.
Tanpa basa-basi ku jatuhkan diri ku disamping Qiya dan merebut cangkirnya kemudian meneguknya sampai habis. Tak ada bentuk protes apa pun di wajahnya, hanya tatapan khawatir dan gugup.
"Tenang saja, pria tua itu selalu begitu" ku berikan senyum terbaik yang sedikit kaku.
"Ehmmm..."
Aku menoleh pada ketiga pria yang duduk diseberang saling berdempetan, memandang kami heran dan meminta penjelasan. Namun, sebelum mulut ku berucap, pukulan keras mendarat di kepala ku membuat ku meringis kesakitan.
"Dasar cucu tak berguna! Astaga kenapa aku..." suaranya mengambang saat mata melotot marah itu kini berganti terkejut memandang gadis itu membuat ku dan yang lainnya saling pandang. "K-kau..." cicitnya.
Perlahan kakek mendekat, meraih pucuk kepala gadis itu dengan tangan bergetar dan mata berair. Aku spontan menyingkir memberi akses untuk kakek duduk. Tak jauh berbeda dengan kami, gadis itu juga tak kalah kebingungan. Mengerti kondisi tak memungkinkan nya untuk menghindar segala perlakuan kakek yang kini tengah menangkup pipinya dengan rindu.
"Sudah lama aku mencari mu, nak" kakek memeluknya erat sambil terus menangis.
Apa mereka saling kenal?
Melihat gelagat gadis itu tak memungkinkan jawaban yang terlontar akan sama.
"Maaf kan pria tua ini. Aku terlalu kalap dan ingin membunuh anak brengsek itu" tatapan itu kembali tajam mengarah pada ku, setelah itu kembali lembut. "Kalau aku tau gadis yang ditidurinya itu kau..." ia mengusap air matanya. "Aku tak akan menganggu kalian" ia tersenyum lebar seraya menaik turun kan alisnya menggoda.
Ekspresi dan ucapannya sukses membuat ku dan yang lain melongo.
"Apa kalian sering tidur bersama? Apa kalian sering melakukannya? Berapa ronde setiap malam? Apa kau sudah hamil? Atau..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mrs. Ghost
Romance[Completed] Orang-orang memanggilnya Mrs. Ghost. Tak ada yang tau nama aslinya. Sejak kejadian malam itu, aku penasaran dengan sosoknya yang kelam, sekelam kepribadian & penampilan nya. Hingga hati ku berkata mungkin Gadis misterius itu lebih coco...