Sina POV
Aku melihatnya dengan mata kepala ku sendiri, aku mendengarnya dengan telinga ku sendiri. Ia tengah berbicara disana. Seorang diri, seolah orang lain melemparkan pertanyaan.
Sepanjang perjalanan pulang, masih terngiang jawaban-jawaban yang dilontarkannya tanpa mengerti apa pertanyaan dari penuturannya. Dan rentetan kalimat terakhir mengusik ketenangan ku.
Karena kegelisahan ku itu lah aku terpaksa membawanya ke apartement, berharap bisa mengorek angan-angan yang pastinya berhubungan dengan masa lalu yang belum juga menyentuh ingatan ku.
Aku membiarkannya tidur. Mengamatinya sepanjang malam. Meski begitu, waktu yang ku buang memperhatikan wajah polosnya, belum juga memberi ku pencerahan, melainkan semakin menyiksa ku.
Erangan, sumpah serapah, tak terelakkan hingga mata itu perlahan terbuka menampilkan 2 bola mata yang paling ku suka.
"Wah lihat, lihat. Kau mengagumi matanya, benar kan?" suaranya dingin dan angkuh.
Suara yang ku dengar memang miliknya, wajah dan mata yang ku lihat juga miliknya, tapi kenapa tatapannya berbeda? Aku seperti tak mengenalnya. Terlebih nada suara nya membuat bulu kuduk ku berdiri.
Beberapa detik semua pertanyaan itu tak ku utarakan, aku memahami satu hal. Seringai itu...bukan miliknya.
"Mengenal ku?" tanya nya lagi.
Sontak aku merangkak mundur dan sialnya tubuh ku terhalangi dinding kaca yang langsung menghadap keluar. Bisa ku pastikan, jika kaca ini pecah aku akan segera menjadi mayat di bawah sana.
Seolah bisa membaca pikiran ku, ia kembali bersuara. "Tenang saja, kedua sahabat ku saling menaruh hati. Aku tak mungkin menambah penderitaan kalian lagi dengan sakit hati dan kehilangan. Ya...walaupun pada akhirnya akan tetap mempunyai ending yang sama" Kicaunya mengabaikan wajah ku yang berubah pucat pasi.
"A-apa mau mu?"
Ia mendudukkan dirinya, menatap ku intens. Andaikan dia Qiya, aku pasti meleleh dan menerkamnya. Sayang nya situasi nya berbeda.
"Waahh...kau sudah jauh berbeda rupanya. Pikiran mu saaaannggat dewasa. Lihat wajah mu itu, kau berencana mencium ku? Merasakan bibir ku? Padahal wajah mu sudah sepucat mayat. Dasar mesum!"
Ketika mulut ku akan bersuara, membantah tuduhannya yang sialnya benar, tawa mengerikan nya buat nyali ku terkoyakkan. Oksigen ku seakan raib dan menipis.
Ia berdiri, menyilang kedua tangannya ke belakang, menatap ku sambil tersenyum miring. "Ingat siapa aku?"
Aku menggeleng kuat. Lidah ku terlalu kelu untuk menjawab. Dan arah mata ku terus saja fokus ke arahnya. FUCK.
"Dulu...sebelum tubuh ini yang memiliki mata ini, aku mengikuti mu kemana pun, menjaga mu walaupun selalu gagal. Hidup mu sangat menyedihkan, berbeda jauh dengan sekarang, seperti yang Qiya katakan. Bersyukur lah dia pernah menjadi bagian terpenting dalam hidup mu" ucapnya menatap ku dan tersenyum tulus.
"K-kau mengenal ku?" tanya ku gugup.
Ia mengangguk. "Tapi kau selalu takut bertemu dengan ku, padahal wajah ku tak seburuk yang lainnya punyai" ia terkekeh geli. "Hey...jangan takut. Sudah sejak lama aku menantikan kesempatan ini, berbicara dengan mu seperti manusia biasa. Kau tau?? Aku salah satu penggemar mu. Ah....sayangnya kau tak bisa menyadari kehadiran ku diantara kerumunan orang yang menonton aksi panggung mu. Kau benar- benar menawan"
Aku berdehem. Mendengar pujiannya, lumayan memberi ku ruang gerak dan bernafas. "T-terimakasih" ia tertawa kecil. Hawa menyeramkan mulai surut tak kentara. "Jadi apa yang membawa mu kesini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mrs. Ghost
Romance[Completed] Orang-orang memanggilnya Mrs. Ghost. Tak ada yang tau nama aslinya. Sejak kejadian malam itu, aku penasaran dengan sosoknya yang kelam, sekelam kepribadian & penampilan nya. Hingga hati ku berkata mungkin Gadis misterius itu lebih coco...