Menghindar

2K 150 2
                                    

Sina POV

"Bodoh! Bodoh! Bodoh! Brengsek!"

Berjam-jam aku bergelung, mengumpat, menjambak, melempar apa pun ke segala arah, bahkan menyiksa Afdal, Ando, dan Odi yang sedari tadi menemani ku melampiaskan kekesalan dan kebodohan yang ku lakukan.

"Sungguh kau mengajaknya tunangan?" itu lah pertanyaan berulang kali dilontarkan mereka dengan tampang pucat tak percaya. Aku telah menceritakan segalanya.

Hanya anggukan singkat yang ku berikan sebagai jawaban. Aku tak ingin mengucapkan kata apa pun untuk saat ini. Penampilan dan mood ku dalam keadaan off.

AKU MENYESAL!!!

Bagaimana bisa aku mengucapkan kalimat yang seharusnya tak ku ucapkan. Tunangan? Hanya gara-gara melihat kajadian malam itu, kenapa justru aku menyeburkan diri ke lubang hitam? Aku tak bisa mengungkapkan seberapa besar penyesalan ku. Kenapa tak terpikirkan oleh ku akibat dari semua perbuatan ku itu?

DIA! MEREKSA! Lagi-lagi hidup ku kacau. Hantu-hantu biadab itu, kenapa aku bisa melupakan keberadaan mereka!

WHAT THE FUCK!

"Arrrgghhh...hantu biadab, sialan! Pergi dari ku! Jangan ganggu aku! Aku tak menyakiti wanita itu. Kenapa kalian selalu melakukan hal ini pada ku?"

Kalimat yang beberapa hari belakangan ini menghiasi nasib ku. Bagaimana wujud-wujud menyeramkan sekaligus menjijikkan mereka kembali hadir menghantui ku. Tubuh lesu, wajah pucat, dan mata panda melekat erat memaksa ku menghabiskan waktu bersembunyi di rumah kakek. Psikis ku terganggu. Lantas keadaan ku tersebut tak mengendurkan niat kakek untuk menjadikannya tunangan ku sebaliknya acara kami dipercepat 2 minggu lagi.

Sialan!

Tau begini aku tak akan mengajak nya tunangan hanya karena tersentuh pada kejadian malam itu. Sekarang bagaimana cara ku menggagalkan acara itu agar kesialan ku berakhir?

"Bagaimana? Ada yang punya ide?" Ando memandang Afdal dan Odi bergantian, kemudian kembali memandang ku prihatin.

Aku yang tak bisa lagi berpikir jernih hanya duduk diam dengan tubuh bergetar di balik selimut tebal tempat ku bersembunyi meski percuma.

Odi menggeleng.

"Bagaimana jawaban wanita itu? Apa dia setuju?" tanya Afdal. Aku menggeleng lemah. "Dia menolak mu?"

Aku menggeleng lagi. "Dia tak mengatakan apa pun" ya, wanita itu diam bahkan menyudutkan ku.

Ketiganya antusias mengelilingi ku, menginterogasi, dan memikirkan langkah selanjutnya.

"Bagaimana responnya?"

Aku menghela nafas berat, lalu menggeleng lemah. Mereka mengernyit menuntut jawaban. "Dia tak mengatakan apa pun, ekspresinya pun menganggap ucapan ku bualan"

Odi menjentikkan tangan. "Bagus! Jadi sekarang apa masalahnya?"

Ando menggeplak kepala Odi, sedang Afdal menggeleng kepala.

"Masalahnya bukan pada wanita itu, tapi para penganggu" Afdal menatap ku iba. "Ku rasa mereka benar-benar sahabat yang baik. Buktinya mereka langsung menghancurkan hidup mu karena tau apa yang kau katakan bualan semata"

"RALAT! Waktu itu aku sungguh-sungguh tulus mengatakannya"

"Jangan-jangan kau kesurupan" celetuk Odi hingga mendapat pukulan untuk kedua kalinya dari Ando.

"Jika aku kesurupan aku tak akan mungkin ingat semua kejadian dan kata-kata yang ku lontarkan padanya hari itu" lagi, aku menghela nafas frustasi sambil menjambak rambut ku.

Mrs. GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang