16 - Cinta

4.1K 306 16
                                    

"Masih sakit?" tanya Dela saat membuka pintu kamar Fadel. Jam menunjukkan pukul 05.00 WIB, saatnya bangun untuk sholat subuh.

"Gak," singkat Fadel seraya menarik selimut tebalnya untuk menutupi sekujur tubuhnya.

"Sholat dulu, woi!" kata Dela sambil mengguncang-guncang tubuh Fadel untuk bangun.

"Satu jam lagi," jawab Fadel menutupi telinganya dengan bantal. Tubuh yang di guncang, malah telinga yang di tutup.

"Satu jam lagi matahari udah naik. Ayo, buruan!" teriak Dela memukul-mukul Fadel dengan bantal guling.

"Nggh... Iya iya!" kata Fadel sambil berdecak kesal untuk duduk dari tidurnya. Walaupun udah duduk, tapi matanya tetap tertutup. Apa sih, itu julukannya? Tidur-tidur ayam, kan?

"Del!" panggil Dela sambil menarik tangan Fadel untuk bangun. Fadel hanya mangut-mangut lalu bergegas bangun.

•••

"Hm, kurasa kamu lebih miripan sama papa kamu deh, kalau mata," kata Fadel sambil membenarkan dasi SMA-nya. Dela hanya mangut-mangut mendengar ucapan Fadel.

"Aku pikir, aku mirip sama mama keseluruhan," ujar Dela. Fadel tersenyum miring.

Kini mereka ada di kelas, tetapi gurunya gak masuk, makanya mereka jadi mengobrol. Dan obrolannya itu bener-bener gak nyambung sih sebenarnya, tadi cerita soal kumisnya Pak Odi, tentang logat bataknya Bu Lia, mirip-miripan orang tua, dll. Aneh-aneh banget, kan?

"Mei, pinjam stabilo, dong," ucap Fadel melirik ke sebelah, meja Mei. Mei hanya melambaikan tangannya menandakan kalau ia tak bawa. Kepalanya ia tenggelamkan ke sela lipatan tangannya, seperti orang yang udah gak punya harapan hidup.

"Mei, kamu lagi sakit, ya?" tanya Dela. Mei menggeleng. Fadel dan Dela saling pandang.

Fadel menyeringai ketika matanya beralih ke bangku kosong Toni yang ada di ujung sana. "Kangen Toni nih ceritanya?" kekeh Fadel dengan nada menyindir. Mei langsung bangkit dari tidurnya.

"Gak. Sembarangan!" jawabnya menopang dagu.

"Terus? Ngaku aja, deh!" timpal Dela tertawa. Mei menggelengkan kepalanya cepat.

"Eh, aku mau ke WC dulu, tenangin kelas ya Del, kalau ribut," ujar Fadel sambil bangkit dari duduknya. Dela mengangguk.

Fadel segera berjalan keluar dari kelas sambil berusaha memasukkan bajunya yang keluar-keluar. Bayangin, masa cowok idola sekaligus ketua kelas baju seragamnya keluar? Apa kata dunia?

Fadel segera berjalan lebih cepat ketika WC tersebut telah tampak oleh matanya. Namun entah ada angin apa, matanya tiba-tiba tertarik untuk beralih pandangan ke samping.

Itu kan Cinta? Iya, itu Cinta. Ngapain dia di sana?

Fadel mengurungkan niatnya sejenak untuk ke WC, lalu segera berjalan menuju gadis itu yang tengah duduk di bangku panjang di depan ruang majelis guru.

"Cinta?" Cinta segera memandang ke arah orang yang memanggil namanya. Matanya yang tadi sayu menatap kosong ke depan, kini berbinar melihat Fadel yang baru saja datang.

"Bang Fadel? Abang ngapain di sini?" tanya Cinta tersenyum lebar. Fadel menggaruk kepalanya.

"Yah, gimana, ya? Aku tadi mau ke WC, benerin seragam. Justru aku yang harus nanya, kamu ngapain di sini?"

"Hm, guru-guru sedang ada rapat, jadi kelas gak belajar," jawab Cinta. Oh, jadi guru gak masuk karena ada rapat, toh? Kok si ketua kelas kita ini gak tau apa-apa, ya?

"Oh. Tapi, ngapain kamu nunggu di sini? Kenapa gak di dalam kelas?" tanya Fadel lagi. Dirinya mendadak kepo sekarang ini.

Pandangan Cinta kembali ke awal. Sayu. Tampak sedih. Ada apa dengannya? Atau haruskah Fadel berkata, ada apa dengan Cinta?

"Orang-orang di kelas pada gak suka sama aku," jawab Cinta membekaskan tanda tanya besar di benak Fadel. Gak suka? Maksudnya?

Cinta yang paham bahwa Fadel tak mengerti, kembali mengulang jawabannya dengan lebih detail. "Perempuan di kelas benci ke aku, Bang."

Fadel baru ingat kalau Dela pernah bilang, kalau Cinta itu sering banget di-bully, karena cewek-cewek iri dengannya. Yah, alasannya sih, gak ribet. Mereka iri, karena Cinta itu cantik dan disukai banyak laki-laki.

"Oh...," ujar Fadel akhirnya. Cinta mengangguk. "Kalau kamu kayak gini, dia bakal makin senang dong, ngolok kamu."

Cinta memandang ke atas, memandang ke arah Fadel yang berdiri di sebelahnya, yang tengah duduk di bangku panjang.

"Senang kenapa?"

"Yah, soalnya kamu terus-terusan ngalah sama mereka. Kadang kita gak perlu buat terlalu baik kalau itu jadi alasan buat orang semena-mena sama kita," lanjut Fadel. Cinta terdiam. "Gimana?"

Cinta mengangguk lalu tersenyum.

Fadel membalas senyuman Cinta, lalu segera permisi untuk kembali ke tujuan awalnya, WC.

•••

"Yeay, menang lagi!" teriak Fadel saat melihat dadu tersebut menunjukkan titik enam. Dela mengerucutkan bibirnya.

"Kok aku kalah terus?" ujarnya menopang dagu. Fadel nyengir kuda.

"Try again di lain waktu," ujarnya. Dela mengangguk.

Mereka udah tiga kali bermain ular tangga, dan ketiga-tiganya dimenangkan oleh Fadel. Di sela mendungnya langit di luar sana, mereka malah bermain ular tangga di dalam rumah. Hari pun udah sore, jam menunjukkan pukul 17.00 WIB. Mereka yang biasanya keluar buat jalan-jalan atau makan di luar, kini memilih untuk mengurung diri di rumah sambil bermain permainan anak TK.

"Del?" panggil Dela ke arah Fadel, yang ada di hadapannya.

"Hm?"

"Nanti jadi kan, ke rumah sakit Papa?" tanya Dela. Fadel terdiam sejenak.

"Jadi," jawabnya tersenyum.

"Gak keberatan nemani aku?" tanya Dela lagi. Fadel menggeleng.

Fadel terdiam setelah itu. Apakah dia belum cerita? Oke. Sebenarnya, dia sudah memberitahukan pasal hal ini kepada Om Edo, dan Om Edo akan segera datang sebelum mereka pergi ke rumah sakit. Kenapa begitu? Entahlah, rasanya akan lebih santai jika mengobrol dan saling melepas rindu di rumah sendiri.

"Kenapa?" tanya Fadel. Dela mengernyitkan dahinya.

"Kenapa meluk lutut? Dingin?" ulang Fadel men-detailkan pertanyaannya. Dela mengangguk.

Fadel menyeringai. "Makanya pakai baju panjang," kata Fadel sambil berpindah tempat ke bangku Dela.

"Kok tubuh kamu hangat, ya?" tanya Dela ketika Fadel duduk di sebelahnya. Fadel tertawa.

"Iya dong, soalnya aku punya mesin penghangat khusus di dalam tubuh," kekeh Fadel membuat Dela ikut tertawa.




*

FADELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang