Hari ini Rose mulai bekerja di butik milik Jennie, teman Rose di waktu SMA dulu.
Mereka berdua sangat akrab, namun jarang sekali bertemu. Itu karena Rose dan Jennie tidak pernah satu kelas.
"Rosie-ya, tolong potong polanya ya, nanti biar aku yang jahit," perintah Jennie.
"Arraseo."
Rose memotong pola dengan hati-hati. Kalau sampai salah gunting, dia harus menggambar pola yang baru. Terlebih lagi sayang juga kalau kain mahal itu harus terbuang sia-sia.
Setelah selesai memotong pola sebuah blouse, Rose memberikanya kepada Jennie. "Aku letakan disini ya," ucap Rose seraya meletakkan potongan kain tersebut di meja dekat mesin jahit.
"Nde, gomawo," ucap Jennie yang masih fokus dengan mesin jahitnya. "Ng, Rosie-ya," panggil Jennie.
"Nde?" Rose yang hendak kembali ke mejanya pun berhenti.
"Bisa kah kau membelikan beberapa renda dan kancing? Kemarin aku lupa mau membelinya."
"Tentu saja. Kenapa aku tidak mau? Kan aku bekerja disini," ucap Rosie dan itu membuat Jennie terkekeh.
"Mian, aku tidak menganggapmu sebagai pegawai disini. Hehehe... Sample-nya ada di meja, aku bungkus platik, dan uangnya kau ambil di dompetku."
"Ayeee, kapten!" seru Rose.
***
"Oppa, menurutmu bagus yang warna merah atau putih?" tanya seorang gadis yang membawa sample kain dan memperlihatkanya kepada Mingyu.
"Bagaimana kalau hitam saja?"
"Mwo? Aku bilang merah atau putih, kenapa kau menjawab hitam. Aish!" cibir sang gadis. Mingyu tertawa melihat kekasihnya yang tengah memicingkan mata kepadanya.
"Aku hanya bercanda." Mingyu melingkarkan tanganya di pinggang sang kekasih, lalu mencium puncak kepalanya. "Aku suka yang putih," ucapnya lagi.
"Arraseo, tunggu sebentar ya." Gadis itu melepaskan tangan Mingyu dari pinggangnya dan pergi menuju ke pegawai toko yang sedang memegang dua gulungan kain.
Sudut bibir lelaki itu terangkat saat melihat punggung gadisnya yang semakin menjauh.
"Permisi, saya ingin membeli satu gulung renda ini, dan satu lusin kancing ini."
Deg!
Jantung Mingyu berdebar saat mendengar suara tersebut. Bahkan sudah dua tahun berlalu, tapi suara lembut itu tidak bisa hilang dari pikiranya. Ia memutar tubuhnya dan mebatap punggung gadis bersurai cokelat keemasan itu dengan berbagai macam perasaan.
Sebuah rasa penyesalan dari masa lalu pun mulai menyelimuti hatinya. Mingyu mengangat sedikit tanganya, hendak menepuk bahu gadis itu dan menyapanya. Sudah lama bibirnya tidak mengucapkan nama gadis yang pernah mengisi hatinya.
"Ro-"
"Mingyu oppa!"
Mingyu tersentak kaget saat kekasihnya memanggil namanya dengan lantang. Mingyu mengurungkan niatnya untuk menyapa gadis itu dan kembali berbalik menghadap ke arah kekasihnya.
Semoga Rosie tidak mendengar saat Jieqiong memanggil namaku tadi...
"Oh, kau sudah selesai?" tanya Mingyu yang berusaha mengalihkan rasa gugupnya.
"Mmm," jawab Jieqiong sambil mengangkat kantong kresek yang berisi kain. "Kau sedang melihat apa?" tanya Jieqiong penasaran.
"A-aniyo! Kajja, kita pulang." Mingyu menggenggan tangan Jieqiong dan berjalan keluar dari toko.
Tanpa Mingyu ketahui, gadis itu tengah menatap kepergian Mingyu dari jauh.
"Ternyata dunia itu sempit sekali ya. Aku tidak menyangka akan bertemu denganmu disini. Kau terlihat sangat bahagia... Oppa...," gumamnya.
***
"Hyung!" teriak Mingyu. Seungcheol yang berada diseberang sana menjauhkan ponselnya dari telinga. "Aku tadi bertemu dengan Rose!" kata Mingyu lagi.
"Geurae?"
"Kenapa nada bicaramu seperti itu? Atau jangan-jangan kau sudah tahu kalau Rosie ada di Korea?"
Seungcheol tak mampu menjawab pertanyaan Mingyu. Menjawab pun percuma, untuk urusan berbohong, Seungcheol benar-benar payah!
"Jadi benar...," ucap Mingyu lirih. "Kenapa hyung tidak memberitahuku?"
"Untuk apa aku memberitahumu, dasar brengsek! Apa kau akan memutuskan Jieqiong dan kembali kepada Rose?"
Mingyu diam. Saat ini perasaanya sedang kacau balau. Hatinya kembali terkoyak saat melihat mantan kekasihnya itu.
Seharusnya dia mau menunggu kepulangan Rose ke Korea, bukan memutuskan hubungan mereka secara sepihak.
"Lupakan Rose, jangan ganggu dia lagi, Mingyu-ya. Hiduplah dengan bahagia bersama Jieqiong. Sudah cukup kau menyakiti Rose, jangan kau sakiti hati gadis lain lagi," ucap Seungcheol tegas.
Sejenak Mingyu merenungi ucapan Seungcheol. Memang benar apa yang diucapkan oleh hyungnya itu, tapi kenapa hati Mingyu tidak dapat menerimanya?
"Baiklah, hyung. Tapi-"
"Tapi apa lagi?"
"Berikan aku nomor ponsel-"
"Tidak akan! Aku akan mengenalkan Rose kepada temanku, jadi kau jangan ganggu gadis itu lagi."
Pip!
Seungcheol menutup panggilan dari Mingyu secara sepihak. Mingyu menarik nafas panjang, lalu ia melemparkan ponselnya dengan sembarangan.
Mingyu menjatuhkan tubuhnya diatas ranjang dan menenggelamkan wajahnya di bantal. Dulu Mingyu selalu mencium aroma tubuh Rose yang melekat di bantalnya, tapi kini...
Semua berubah.
- Roseverdeen -
Republish: 28 Agustus 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
He was Mine • Mingyu ✖ Rose [ ✔ ]
FanficKetika Rose bertemu kembali dengan Mingyu... Mantan pacarnya yang sudah bertunangan... *** Tulisan ini hanya untuk pelampiasan si penulis saja ^^ S : 27/02/2017 E : 24/03/2017 written by eunroses, 2017 cover pict: cr. pint...