0.5

2.6K 383 33
                                    

Mingyu membulatkan matanya saat melihat Rose masuk kedalam butik.

Ah... Apakah kini Korea hanya seluas daun teratai? Atau mungkin ini pertanda, bahwa ia dan Rose masih saling terikat satu sama lain?

Bisa saja...

Namun, raut wajah lelaki jangkung itu berubah kecewa saat ia melihat mantan kekasihnya tengah berjalan bersama dengan seorang lelaki.

Kenapa dadaku terasa sesak saat melihat Rose bersama lelaki lain?

"Mianhae Rosie-ya, aku telah mengganggu acara kencan butamu," ucap Jennie saat Rose dan Jaebum menghampirinya.

"Aish, kami tidak sedang melakukan kencan buta, kau tahu?"

Tentu saja aku tahu, kau bukan tipe wanita yang mau mengikuti acara murahan seperti itu, batin Mingyu.

Di sisi lain, Rose benar-benar gugup harus berhadapan dengan Mingyu lagi. Jika waktu lalu dia hanya melihat Mingyu dari jauh, kini Mingyu tepat berdiri di hadapannya dan menatap lekat manik mata Rose. Seolah ada sesuatu yang ingin disampaikan oleh lelaki tersebut kepadanya.

Rose berusaha menepis pemikiran konyolnya itu. Tidak mungkin kalau Mingyu merindukannya, sekarang dia sudah mempunyai Jieqiong. Mingyu bukan miliknya lagi.

"Kau tidak ingin mengenalkan teman barumu kepadaku?" Jennie menaik-turunkan alisnya, menggoda Rose.

"Ah, nde. Jaebum-ssi perkenalkan dia Jennie temanku, sekaligus pemilik dari butik ini," ucap Rose.

"Annyeonghaseyo, Jennie-ssi." Jaebum sedikit membungkukan badannya ke arah Jennie.

"Annyeonghaseyo," balas Jennie. "Berbaik hatilah kepada Rose, Jaebum-ssi. Aku dengar dia tidak mau berkencan lagi, karena dia masih merindukan mantan kekasihnya yang entah siapa itu."

"Yak!" pekik Rose. Jantungnya berdebar sangat kencang karena orang yang dimaksud Jennie sekarang berdiri di depanya.

Rose menatap Mingyu sekilas. Sialnya, lelaki itu membalas tatapan Rose.

Oh, astaga! Ingin sekali aku menyumpal mulut Jennie dengan benda apapun!

Jaebum terkekeh mendengar ucapan Jennie. "Tentu saja aku akan berbaik hati dengannya."

"Sudah berhenti mengobrolnya, kau tidak ingat kita sedang kedatangan tamu?" Rose mengingatkan akan kehadiran Mingyu dan kekasihnya.

"Oh, astaga! Aku hampir saja lupa. Mianhae, Jieqiong-ssi."

"Nde, gwenchana," jawab Jieqiong dengan senyuman khasnya.

"Rosie-ya, perkenalkan Jieoqiong-ssi dan Mingyu-ssi. Mereka ingin melihat desain yang kau gambar beberapa hari yang lalu."

"Desain yang mana?" Mendadak perasaan gadis itu berubah menjadi tidak enak.

"Desain gaun untuk pertunangan yang waktu itu. Kau lupa?"

Deg!

"Oh, yang itu," ucapnya dengan singkat. Rasanya Rose tak mampu berkata apa-apa lagi. Sudah cukup sakit saat Rose menyadari, bahwa ia dan Mingyu tidak akan bisa bersama seperti dahulu. Tapi sekarang...

Rose merasa lebih sakit karena desain gaun yang ia gambar dengan setulus hati itu untuk Jieqiong. Tunangannya Mingyu.

Rose berusaha menarik sudut bibirnya, memberanikan diri menatap Jieqiong dan Mingyu. "Sebentar, aku akan mengambilnya di atas."

Rose berlari menaiki anak tangga dengan cepat. Sementara Mingyu menatap punggung Rose dengan sedih. Berteriak dalam hati, dan menyesali pilihanya.

Apakah terlambat jika aku ingin kembali bersama Rose?

***

Rose berjalan menuju fitting room sambil membawa nampan yang berisikan tiga cangkir teh hijau.

Jaebum sudah pulang dari tadi. Ia berpamitan kepada Rose, setelah gadis itu kembali dari atas bersama buku sketsa-nya.

Dari jauh, Rose melihat Jennie keluar dari fitting room bersama Jieqiong.

"Kau mau kemana?" tanya Rose saat ia berpapasan dengan Jennie.

"Jieqiong-ssi ingin melihat tas keluaran terbaru milik kita," jawab Jennie.

"Lalu teh-nya?"

"Kau taruh saja, di dalam masih ada Mingyu-ssi."

Deg!

Jantung Rose menjadi lebih sensitif setiap mendengar nama Mingyu disebutkan.

"Kajja, Jieqiong-ssi." Jennie dan Jieqiong berjalan melewati Rose yang masih membeku di tempatnya.

"Tenangkan hatimu, Rose. Mingyu bukan siapa-siapamu sekarang. Anggap saja dia bukan mantan kekasihmu," gumam Rose.

Rose menarik nafas panjang, dan masuk ke dalam fitting room.

Mingyu yang sedang memainkan ponselnya, langsung menoleh saat mendengar suara pintu terbuka. Ia memasukan ponselnya ke dalam saku celana, bola matanya terus mengikuti setiap pergerakan Rose. Mengamati setiap lekuk wajah gadis yang pernah mengisi hatinya itu.

Rose tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Dia berusaha mengendalikan rasa gugupnya, walau itu sama sekali tidak berhasil.

Mingyu melihat cangkir teh bergetar saat Rose meletakannya di meja. Lelaki itu mengganggam tanganya kuat-kuat, berusaha mengumpulkan kekuatan untuk menyapa Rose.

Hanya tiga kata yang ingin dia sampaikan, namun tiga kata itu kini tengah tertahan di tenggorokannya.

Setelah Rose selesai menyuguhkan teh hijau buatannya, gadis itu sedikit membungkukan badannya dan memutar tubuhnya membelakangi Mingyu.

Segera, Rose melangkahkan kakinya menuju pintu. Ia tidak sanggup lagi berhadapan dengan Mingyu. Hatinya tetlalu rapuh.

"Rosie-ya..."

Deg!

Setelah dua tahun berlalu, untuk pertama kalinya Rose mendengar Mingyu mengucapkan namanya lagi. Rose tak mampu melangkahkan kakinya, seluruh tubuhnya membeku. Ia merasa jantungnya kini tengah berhenti berdetak. Gadis itu menggenggam knop pintu dengan kuat untuk mempertahankan keseimbangan tubuhnya.

"Aku merindukanmu," ucap Mingyu lagi.

Seketika pertahanan hati Rose yang ia bangun selama dua tahun terakhir ini runtuh karena tiga kata laknat tersebut.

Kau benar-benar bodoh, Kim Mingyu!

- Roseverdeen -

Republish: 28 Agustus 2017

He was Mine • Mingyu ✖ Rose [ ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang