0.8

2.5K 338 7
                                    

Mingyu menghampiri Rose yang masih mematung di tempatnya. Baru saja lelaki jangkung itu berjalan tiga langkah, Rose berlari menjauhi Mingyu.

"Rosie-ya, Tunggu!" Mingyu terus mengejar Rose sampai ke halaman depan Namsan Tower.

"Yak! Park Chaeyoung!"

Mingyu semakin mempercepat langkahnya dan...

Greb!

Mingyu meraih lengan Rose, lalu memeluknya.

"Lepaskan aku!" Rose memberontak dan berusaha melepaskan pelukan Mingyu.

"Rosie-ya, ayo kita bicara," ucap Mingyu.

"Aku tidak mau, Kim Mingyu-ssi." Rose memukuli dada Mingyu yang bidang itu.

"Jangan membohongi hatimu, Park Chaeyoung. Kau pikir aku tidak tahu kenapa kau datang kemari, huh?" ucap Mingyu seraya memegangi kedua tangan Rose agar gadis itu berhenti memukulinya.

"Kau pasti tahu kan, kenapa aku datang kemari? Aku tidak pernah mengingkari ucapanku, Rosie-ya."

"Bohong!" seru Rose. "Kalau kau tidak pernah mengingkari ucapanmu, kenapa kau meninggalkan aku? Kenapa kau memutuskan hubungan kita, bodoh! Kau bilang, kau akan menungguku?" marah Rose hingga air matanya kembali bercucuran.

Mingyu menurunkan tangan Rose, dan melepaskanya. Lelaki itu menghela nafas panjang, dia tidak tahu harus berkata apa lagi.

"Selama ini aku selalu menjaga perasaanku untukmu, Mingyu-ya." Rose menurun kan nada suaranya, "Tapi apa yang aku dapat? Kau meninggalkan aku dan menjalin hubungan dengan gadis lain. Jika kau tidak mengingkari janjimu, kenapa kau meninggalkan aku? Kenapa sekarang kau membuat hatiku bimbang? Kalau kau memang tidak mencintai aku, katakan saja!" Gadis itu mengusap pipinya yang basah. Ia berusaha menahan tangisnya, namun tidak bisa.

"Mianhae, Rosie-ya. Aku tidak memberitahu alasan yang sebenarnya. Appa, memintaku untuk segera menikah."

"Lalu kenapa kau tidak bilang kepadaku!?" teriak Rose histeris.

"Kau tidak ingat, saat aku bertanya apa kau akan kembali ke Korea atau tidak, dan kau menjawab tidak. Kau ingin bekerja di Australia. Aku tidak ingin menghancurkan impianmu, Rosie-ya. Terlebih lagi Appa melarangku untuk tinggal di luar negeri. Aku tidak ingin memaksamu jika memang kau lebih memilih pergi ke Australia," terang Mingyu.

Sebuah kenangan melintas di memori Mingyu dan Rose. Dimana saat Rose hendak kembali ke Australia, saat itu Rose heran melihat tingkah Mingyu yang lebih manja dari pada biasanya. Dia terus saja melarang Rose untuk kembali ke Australia dan memintanya untuk melanjutkan studinya di Korea.

Ya, bagaiman pun juga Rose berfikir kalau Mingyu hanya nerajuk. Rose tidak pernah tahu kalau waktu itu Appa-nya Mingyu sudah mengenalkan Mingyu kepada Jieqiong.

Setelah satu bulan Rose berada di Australia, Mingyu memutuskan hubunganya dengan Rose dan beralasan kalau dia tidak bisa menjalin hubungan jarak jauh.

"Kalau memang kita tidak bisa bersama lagi, aku bisa menerimanya, Mingyu-ya. Hanya saja, jangan pernah kau muncul dihadapanku lagi. Aku tidak bisa melihat kau bersama perempuan itu." Rose mantap lekat pada manik mata Mingyu, dan itu membuat jantungnya berdebar-debar.

Mingyu membalas tatapan Rose. Tiba-tiba saja dia menarik pinggang Rose, dan menghapus jarak diantara mereka. "Mianhae, aku tidak bisa melakukan itu."

Setelah mengatakan itu, Mingyu memiringkan sedikit kepalanya dan mencium bibir Rose dengan lembut.

Rose sama sekali tidak menolak ciuman itu. Gadis itu membiarkan Mingyu melumat bibirnya cukup lama.

Tak peduli dengan orang-orang yang memandang mereka dengan risih. Karena kini, dunia hanya milik mereka berdua.

Perasaan yang pernah hilang, kini kembali lagi. Jika waktu itu Mingyu mengatakan hal yang sebenarnya, mungkin Rose akan menyanggupi permintaan Mingyu untuk melanjutkan studinya di Korea.

Mingyu melepaskan bibirnya dari bibir Rose. "Mianhae... Saranghae," ucap Mingyu lirih.

Rose menenggelamkan wajahnya di dada Mingyu, dan memeluk lelaki itu dengan erat.

"Saranghae, oppa."

Rose tak peduli lagi jika Mingyu adalah calon tunanganya Jieqiong. Entah nantinya mereka akan menikah atau tidak. Rose akan merebut kembali miliknya yang sempat hilang. Kembali memiliki Mingyu, lelaki yang sangat ia cintai.

Begitu juga dengan Mingyu, kali ini dia akan memperjuangkan Rose. Apapun yang terjadi...

***

Beberapa hari kemudian...

Jieqiong memakirkan mobilnya tepat di depan restoran milik Mingyu. Gadis itu keluar dari mobil dan membanting pintu mobilnya dengan kasar.

Dokyeom, manajer yang bertugas di restoran milik Mingyu menyambut kedatangan Jieqiong.

"Annyeo-"

"Dimana si brengsek Mingyu!" Belum sempat Dokyeom menyelesaikan salamnya, Jieqiong menyelanya dengan ucapan kasar.

Beberapa pelayan restoran dan pengunjung menatap Jieqiong dengan bingung.

"Eh, Jieqiong-ssi-"

"DIMANA MINGYU!" bentaknya.

"D-dia ada di ruanganya," jawab Dokyeom takut.

Ruangan Mingyu ada di lantai dua. Tanpa pikir panjang lagi, Jieqong berlari menaiki tangga menuju ke ruanganya Mingyu.

Braaak!

Jieqiong membuka pintu dengan kasar. Mingyu yang tengah membaca laporan keuangan restoran pun terkejut.

"Yak! Tidak bisa kah kau mengetuk pintu terlebih dahulu!" ucap Mingyu.

"Kim Mingyu-ssi! Jadi ini alasanya kenapa kau selalu menunda acara pertunangan kita." Jieqiong menatap Mingyu dengan tajam.

Ia berjalan mendekati meja Mingyu, tanganya tengah mengambil sesuatu dari dalam tas, lalu melemparkanya tepat di depan muka Mingyu.

Beberapa lembar foto berterbangan di depan Mingyu, kemudian jatuh di atas meja. Mingyu mengambil salah satu foto tersebut, dan melihat dua orang tengah berciuman disana.

"Jelaskan kepadaku, Kim Mingyu! Siapa dia!?" ucap Jieqiong dengan geram.

"Dia adalah kekasihku," ucap Mingyu dengan santai.

"Mwo!?"

- Roseverdeen -

A.n :

Panas gue panas 😂✌
Bodo ah kalo isinya gak nyambung. Suka2 yg nulis 😂✌
*peace*

Republish: 29 Agustus 2017

He was Mine • Mingyu ✖ Rose [ ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang