Different

4.6K 495 6
                                    

~Soojin's Pov~

Aku hanya bisa menatap kosong keluar jendela bus yang kutumpangi sambil terisak pelan.

Tepat disampingku, seorang namja sedang duduk diam. Mungkin dia bingung harus melakukan apa padaku saat ini.

Tiba-tiba namja itu menarikku dalam pelukannya sambil mengelus pelan rambutku.

"Gwaenchana, uljima. Jebal" ucapnya pelan.

Aku kembali teringat kejadian di sekolah beberapa jam yang lalu. Kejadian yang sangat mengerikan.

"sudah ketahuan, ya?"

Ucapan dari seorang namja didepan pintu kelas itu terdengar dingin dan menusuk.

Aku kenal betul suara itu. Suara namja terdekatku. Itu suara seorang Park Jimin.

Pada awalnya aku tak ingin memikirkan hal buruk sedikitpun. Aku yakin Jimin tak mungkin membohongiku dan menipuku. Kami bersahabat kan?

Namun saat mataku menangkap seringai jahat dibibirnya, kepercayaanku padanya luntur bersamaan tubuhku yang semakin bergetar ketakutan.

Untuk pertama kalinya aku ketakukan pada orang terdekatku sendiri. Bahkan aku ketakutan hanya dengan menatap matanya.

Jimin terlihat berbeda sekarang. Tidak terlihat seperti Jimin yang aku kenal selama ini. Jimin yang memiliki eyesmile terbaik.

Tidak ada eyesmile, tidak ada senyuman. Hanya ada seringai dan tatapan tajam.

"a a Jimin-ah" aku bahkan takut menyebut namanya.

Ketakutanku semakin bertambah saat dia masuk kedalam kelas. Semakin mendekat padaku. Otomatis kakiku melangkah mundur.

"kenapa ketakutan begitu Jin-ie?" ucapnya masih dengan seringai mengerikan itu.

"a aniya... A aku ti ti tidak takut. Kenapa harus takut. K kau kan sahabatku" bohong! Aku ketakutan setengah mati sekarang.

Langkahnya semakin cepat menuju ke arahku. Membuat aku juga memundurkan langkahku dengan cepat.

Bhuk...

Shit! Aku lupa kalau meja jimin berada disudut kelas. Yang itu artinya aku sudah tidak bisa mundur lebih jauh. Ini dinding kelas.

"Aaakk" aku berteriak kencang saat Jimin mengunci tubuhku dengan kedua tangannya.

"kau mau pergi kemana, Jin-ie?" Jimin setengah berbisik.

Aku bisa mendengarnya dengan jelas karena dia berbisik tepat ditelingaku. Dapat kurasakan seluruh tubuhku menegang. Tuhan kumohon tolong aku.

"well... Kelas kita kosong. Bukankah itu bagus? Kita bisa bersenang-senang sedikit disini" jimin kembali berbisik ditelingaku.

Aku menggeleng kuat. Air mataku berhasil lolos. Aku takut. Sungguh. Jimin hari ini sangat mengerikan.

"tidak tidak! Tidak boleh menangis. Akan kuhabisi siapapun yang membuatmu menangis" Jimin mencoba menghapus air mataku. Dengan cepat aku menepis tangannya.

"Yak! Jangan menolak. Aku tidak suka penolakan. Aku tidak ingin melukaimu seperti kucing itu!" ucapnya dengan tajam sambil menyentuh pipiku.

"ki kiyo? Kau? Apa yang kau lakukan pada kiyo? Kau yang membunuhnya?" iris mataku melebar mendengar ucapannya.

Jimin? Benarkah namja ini yang melakukannya? Tidak mungkin.

"dia menolak saat aku menyentuhnya. Bahkan mencakarku. Aku hanya membalas perlakuan buruknya padaku" jawab terus menatapku.

"kenapa kau lakukan ini padaku?" ucapku takut.

"ayolah Jin-ie. Kupikir wanita itu peka! Kau hanya milikku. Cukup Chaein yang pergi. Kau? Tidak akan aku lepaskan. Apapun akan aku lakukan untukmu" jawab Jimin semakin mendekatkan tubuh kami.

Jarak kami hanya tinggal beberapa centi. Aku bisa mencium aroma maskulin yang menguar dari tubuhnya. Aroma yang biasanya memberikan ketenangan.

Tapi tidak kali ini.

Aku bahkan dapat merasakan hembusan nafasnya menyentuh permukaan kulit wajahku.

Jimin semakin mendekatkan wajahnya padaku. Aku menggeleng kuat dengan air mata yang tidak berhenti mengalir. Kudorong tubuhnya dengan kedua tanganku.

Tidak berhasil. Bagaimanapun aku hanya gadis lemah.

Tidak berhasil mendorong tubuhnya menjauh dariku, akhirnya aku mumukul dadanya. Tenagaku entah menguar kemana saat ini.

Merasa terganggu, Jimin menangkup kedua tanganku dengan tangan kanannya. Aku hanya bisa meronta saat ini.

Wajahnya semakin dekat, aku menutup mataku rapat. Berharap ini hanya sebuah mimpi buruk.

Aku dapat merasakan bibirnya menyentuh bibirku. Syukurnya hanya sebatas menyentuh, karena aku merasakan tubuh Jimin menjauh dariku.

Tubuhku terduduk lemah dikursi Taehyung. Kuberanikan melihat apa yang terjadi disana.

Disana terlihat dua orang namja sedang berkelahi. Saling memukul satu sama lain. Salah satunya adalah Jimin. Sedangkan namja yang lain adalah Taehyung?

"Kau gila Jimin! Apa yang kau lakukan?!" suara Taehyung terdengar berteriak.

"Jangan ikut campur urusanku...!" Jimin balik berteriak pada Taehyung.

"...dia! Gadis itu! Kim Soojin adalah milikku!" lanjut Jimin.

"tidak akan aku biarkan!"

Aku dapat mendengar mereka terus memukul satu sama lain. Di sini, aku hanya bisa terduduk sambil menangis. Sampai aku merasa seseorang menarik tubuhku menjauh dari kelas.

Namja itu Kim Taehyung. Taehyung yang kini membawa tubuhku menjauh dari kelas.

"Jimin?" aku bergumam pelan.

"dia akan baik-baik saja" jawab Taehyung terus membawa tubuhku menuju halte bus.

Dan disinilah kami. Duduk didalam bus. Hanya ada suara isakan dari bibirku.

"sudah... Tidak apa-apa. Kau baik-baik saja sekarang" Taehyung terus mengelus kepalaku. Memberi kehangatan yang membuatku merasa tenang hingga kami turun di halte dekat rumahku.

"Gomawo, Taehyung-ssi" aku membungkuk berterima kasih saat kami telah sampai didepan rumahku.

"langsung istirahat. Kau pasti lelah" ucapnya kembali mengusap lembut rambutku.

"kau tidak mau mampir dulu?" tanyaku saat tangannya turun dari kepalaku.

"lain kali saja. Masuklah" jawabnya dengan sebuah senyuman dibibirnya.

Aku melangkah mundur lalu berbalik membuka pintu pagar rumahku. Sebelum masuk sepenuhnya aku kembali berterima kasih pada Taehyung.

Taehyung hanya membalasnya dengan senyuman. Lalu berjalan menjauh.

Aku keembali teringat Jimin. Dia benar-benar berbeda dari yang aku kenal selama ini.

He has different side.


With Luv,
Jioskim 😘

Saying I Love You [Kim Taehyung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang