Hukuman

6 1 0
                                    

Di toilet Lies masih mengerutui dirinya sendiri  yang terlalu bodoh dengan tingkahnya yang aneh di dalam kelas tadi ia masih sibuk dengan mengepel lantai yang sangat kotor  banyak sampah berserakan dan bau menyengat terus menyembul dari balik kloset toilet Lies makin geram ketika melihat laki laki sebayanya yang juga di hukum masih juga tenang duduk santai di atas wastafel seraya melihat Lies bekerja penuh peluh.

"Hei, kamu???? Dengan kesal yang masih tertahan berusaha tidak membuat pertekaran.

"Apa yang kamu lakukan di situ !?, Hah...??. Lies memulai lagi perkataannya namun tak ada respon." apa kamu tak lihat banyak pekerjaan yang harus di bereskan!!? setidaknya kamu bantu aku agar pekerjaan ini cepat selesai". Teriak Lies di depan lelaki yang masih duduk dengan santainya.

Ya Dian itulah dia ia masih tak bergeming sama sekali di masih dengan posisi santainya bersender di sebuah dinding dan mulai bersuara.

"Apa urusan ku?!, aku tidak mau mengerjakannya, toh itu juga bukan salahku itu semua karena kecerobohanmu yang selalu tergesa gesa". Timpal Dian dengan santainya.

"Apa..??!".

Lies berteriak tak percaya dengan apa yang di ucapkan lelaki itu ia merasa seperti di persalahkan tiba tiba oleh Dian karena kecerobohannya sendiri dengan kemarahan yang sudah sampai ke ujung ubun ubun Lies melenggang dari tempatnya kini menuju lelaki yang sejak tadi duduk sambil melihatnya. Dengan amarah besar Lies menatap lelaki di depannya penuh amarah yang membludak keluar.

"Kamu itu benar benar laki laki tak punya perasaan sama sekali".
"Kau kira masalah ini bisa terjadi karena ulahku?!" Teriaknya menatang.

"Tidak..!!!, semua ini karena ulahmu, kau yang membuat masalah ini menjadi rumit.seandainya aku tak meladenimu mungkin aku tidak akan seperti ini". Teriaknya hampir terisak.

"Seharusnya aku tak usah bertemu denganmu, seharusnya juga kamu tak perlu mengikutiku, menghalangiku sejak tadi seharusnya kamu enyah dari hidupku."!!

Teriak Lies sejadi jadinya hingga menggema keseluruh ruangan toilet .Lies merasakan amarah yang berkecamuk di hatinya.Lies hanya ingin melewati hari harinya dengan semudah mungkin karena ia baru pertama kali ini melakukan kesalahan hingga mendapat hukuman begitu berat membersihkan toilet sehari penuh hanya karena telat masuk kelas dan di tertawai oleh teman satu kelasnya.

Lies menatap tajam lelaki itu penuh lekat dengan air mata yang membasahi pipinya berkali kali.

"Kamu itu semua adalah salahmu, ya salahmu"!!
gumam Lies lirih sambil mengusap air mata dengan telapak tangannya dan tersenyum sinis di depan lelaki itu.

Dian terheyak dari duduknya ketika melihat perempuan di depannya menatap tajam dirinya sambil menangis dan tersenyum sinis padanya ada rasa bersalah di dalam hatinya karena perkataanya sedikit melukai perempuan polos itu.

Dian beralih dari duduknya dan turun dari meja wastafel lalu tersenyum pada gadis itu.

"Sudahlah, jangan berkata seperti itu ini juga karena kita sama sama salah,jadi maafkan aku ".jelas Dian meredakan susana dan amarah Lies yang semakin menjadi.

"Maaf kamu bilang, gampang sekali kamu berbicara seperti itu, padahal kamu tahu sendiri apa yang kamu katakan barusan".

"Kau menyalahkanku seenak hatimu seolah olah aku yang bersalah dan menyeretmu dalam masalah ini". Tuding Lies.

Dian masih terdiam ketika Lies mulai menumpahkan kekesalannya sejak tadi pada dirinya.
Ia sedikit demi sedikit mendekati Lies yang berada di depannya dengan jarak amat sangat dekat Dian mengangkat kedua tangannya dan menangkupkannya di wajah Lies yang terburai air mata.

Lies terkesiap seketika melihat gerak tubuh lelaki di depanya yang secara tiba tiba menyentuh pipinya yang memerah Lies dapat merasakan hembusan nafas lelaki itu yang berada dekat dengannya menjalari lehernya hingga ia beringsut terasa geli.
Hatinya berdegup kencang ketika kedua manik matanya bersitatap penuh lekat sepertinya lelaki itu ingin tahu apa yang ada di dalam gadis ini.

"Aa..apa yang kau lakukan"?. Tanya Lies dengan masih posisi semula.

"Kamu tahu?!, kamu sangat lucu kalau sedang marah?". Goda lelaki itu dengan masih mendekatkan wajahnya di wajah Lies

"Kamu sangat manis ". Godanya sekali lagi membuat pipi Lies bersemu merah merona.

"Kamu ini benar benar..!!. Dengan amarah dan malu yang memuncak Lies menendang laki laki itu dengan keras lututnya hingga mengerang kesakitan.

"Dasarrrr...laki laki mesum, kurang ajar tak punya perasaan"!! Tangkasnya penuh amarah.

"Menjauhlah dari ku...!?! Teriaknya sekali lagi.

Dian mengusap usap lututnya yang kesakitan sambil meringis.

"Tendanganmu keras juga, tak ku sangka sehebat itu, kenapa tidak ikut tim sepak bola saja godanya lagi pada perempuan itu.

"Ka..kamu.."!! Sedikit menahan amarah dan mulai ingin menendang laki laki itu lagi namun langkahnya terhenti ketika sebuah suara terdengar dari balik pintu seorang laki laki paruh baya bagian staff kantor sekolah datang ke toilet mencari Dian.

Lies mengurungkan niatnya untuk membalas ejekan Dian dan berdiri diam seketika mendengarkan karyawan staff sekolah.

"Kamu sedang di tunggu pak kepala sekolah, benar kamu si murid baru itu??".
Karyawan staff menatapnya sambil mengingat ngingat nama murid baru itu.

"Di..di.." kalimatnya terputus ketika pemuda itu menyahutkan namanya sendiri.

"Dian nicholas ". Jelanya pada staff tersebut.
Lalu staff itu menyunggingan senyumnya.

"Baiklah kamu ikutlah denganku, kepala sekolah sudah menunggumu".

"Baik pak, tapi bagaimana perkerjaan saya pak?!, jika saya tinggal nanti Mr.robert marah pada saya".jelas Dian sebelum meninggalkan toilet.

Staff tiba tiba melihat seorang gadis yang sedang berdiri melihat mereka berdua berbicara.

"Sepertinya gadis itu juga di hukum, biarkan dia saja yang melanjutkan tugas dari Mr. Robert kamu ikut denganku sekarang".

"Ya pak". Jawab Dian.

Lies melengos ketika Dian meliriknya penuh kemenangan dengan melengang santai di belakang staff paruh baya itu. Sambil melambaikan satu tangannya hingga keluar toilet.

Lies berteriak sejadi jadinya di dalam toilet hingga murid lain yang sengaja lewat dekat toilet terkejut melihat Lies berteriak sambil menendang ember yang terisi air tumpah di lantai lalu melemparkan tongkat pel dengan emosi.

Murid murid yang lewat tadi langsung melesat kabur ketika Lies menatap mereka.

"Hari ini sungguh menyebalkan". Teriak Lies .

                 *   *   * gguna

IN THE NIGHT SKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang