4. Apology

4.3K 569 92
                                    

HALOOOOO AKU DATANG *TEBAR DUIT SEREBUAN*

Makasih banyak ya yang udah baca diem-diem, yang komenin aku, aku sayang kalian. Komen kalian berarti sekali bagi aku 💜

Ya jadi itu mulmed si Mas Paha Kencang alias Jimin, alias dedek Nuna, alias selingkuhan. Gannnsss bat yahhh, foto Jimin banyakan yang unyu di gallery gue, dan ini satu-satunya yang terlihat baddas ㅋㅋㅋ

Anyway, utang dare mamih lunas ya dek Jeon_Eun 😂 kamu jadi cameo di part ini hahaha.

CEKIDOT AH. MEGA TOCAB 😂💜

~

"Kau... Park Jimin kan?"

Deg! Jantung Jimin bekerja dua kali lebih cepat. Dugaannya selama ini berubah menjadi fakta yang tak menyenangkan. Jimin tersenyum canggung, menautkan kedua alisnya tanda bingung.

"Memangnya kau... Kim Hyunjin?" Jimin sok menebak, agar terlihat pertemuan ini berlangsung secara tak sengaja. Wanita di depannya memeluk Park Jimin singkat. Walaupun sudah lama tidak bertemu, ikatannya masih terasa sama bagi Hyunjin.

"Iya, ini aku Kim Hyunjin. Bagaimana kalau kau masuk sebentar? Kebetulan aku habis membuat brownies."

Park Jimin terlihat ragu. Ini tidak termasuk dalam rentetan rencananya sore itu. Tapi, akan terlihat aneh jika dia menolaknya. Karena tak ada buket bunga lain yang tersampir di motor bebek miliknya.

"Baiklah, hanya sebentar. Aku harus mengambil pesanan bunga lagi setelah ini." Jimin berkilah, mulai menaiki undakan tangga dan membuntuti Hyunjin masuk ke rumahnya.

Rumah Hyunjin dan Jungkook sangat sederhana. Rumput hijau membentang di kiri kanan jalan setapak menuju teras depan. Beberapa pohon dan petak bunga mawar terlihat rapi mengelilingi sebuah kolam ikan yang berukuran tak terlalu besar. Ada sebuah ayunan bercat biru di pinggir taman, lengkap dengan beberapa bantal boneka yang tersusun rapi.

"Nah, silakan masuk!" Hyunjin menarik tangan Jimin sementara pria itu seperti terbawa arus begitu saja. Tak bisa menolak dan bilang tidak pada setiap keinginan Hyunjin.

Jimin merasakan perasaan hangat menyusup ke dalam hatinya ketika dia masuk ke ruang tengah. Suasana ini tak jauh berbeda dengan rumah Hyunjin dulu saat di Busan, rumah di mana Jimin sering bersenda gurau dan mengerjakan pekerjaan rumah bersama. Dengan sofa berwarna coklat tua yang bertengger di depan televisi. Bedanya, ada pigura besar yang berisikan foto pernikahan Hyunjin dan Jungkook tergantung rapi tepat beberapa senti di atas televisi.

Hyunjin kembali dari dapur, dengan sepotong brownies yang baru jadi dan secangkir teh hijau. Jimin menyambut teh-nya dengan senang hati dan menyesapnya hampir setengah.

"Bagaimana kabarmu, Chim? Apa kau sekarang menetap di Seoul?"

Jimin terkejut untuk beberapa saat. Sudah lama dia tidak mendengar 'Chim' sebagai nama panggilannya. Dia mengangguk dan berusaha tersenyum walaupun rasanya kikuk sekali. "Ya, aku sudah pindah dari Busan sejak lama. Kau... sudah menikah ya?"

Pertanyaan yang memutar di benak Jimin itu lolos begitu saja, menghantar rasa sesal setelah berhasil mengucapkannya. Hyunjin terkikik geli, cukup lucu dengan pertanyaan Jimin yang bisa dijawab sendiri.

"Ya, aku menikah dengan Jeon Jungkook. Ceritanya panjang sekali." Hyunjin memberikan piring brownies, menyuruh Jimin untuk mulai merasakan kue buatannya. Jimin mengikuti keinginan Hyunjin mencicipi brownies, kemudian berkata lagi, "Panjang sekali ya? Memangnya, bagaimana awal kau bertemu dengan Jungkook?"

KISS THE PAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang