7. Danger

3K 423 51
                                    

Jimin mengusap ujung bibirnya. Beberapa detik yang lalu, satu pukulan baru saja melayang dan mengenai bibirnya.

Dan pukulan itu berasal dari Kim Taehyung.

Jimin menyeringai sambil mencoba berdiri dengan tegak. Tatapan Kim Taehyung mengintimidasi, tapi dia tidak mau kalah. Biar bagaimana pun, dia memegang semua rahasia pria keparat itu.

"Kali ini kau luar biasa." Taehyung memulai, masih menatap Jimin setajam yang dia bisa.

"Kau menjadi 'pura-pura bodoh' atau memang sebenarnya kau bodoh?"

Jimin tergelak meskipun kata-kata itu membuatnya ingin meninju wajah sempurna Kim Taehyung.

"Kau benar, aku bodoh karena tunduk dengan pria sialan seperti dirimu!"

Satu pukulan mendarat lagi di tempat yang sama. Membuat darah segar semakin laju untuk mengalir membasahi dagu Jimin yang lumayan panjang.

"Kau tidak perlu berkata seperti itu, kau lupa berhutang apa denganku?"

"Nyawa," jawab Jimin pelan.

"Lalu, kau mau apa? kau bisa membunuhku sekarang kalau kau ingin. Aku tak pernah merengek kepadamu untuk diselamatkan, ingat itu!" lanjut Jimin berapi-api. Ekspresi Kim Taehyung melunak, menggemakan sebuah tawa yang membuat Jimin semakin mual.

"Aku? membunuhmu?" Kim Taehyung tergelak lagi. "Itu tidak menyenangkan, aku menyelamatkanmu bukan untuk itu."

Park Jimin sudah tidak tahu ingin berkata apa, dia berjalan dan mencengkram erat kerah kemeja mahal milik Taehyung. Memindahkan noda darah yang mengotori tangannya. Dia tak peduli bahwa dia sedang berada di dalam gedung perkantoran Kim Taehyung, dia hanya peduli pada amarahnya yang menumpuk.

"Kenapa kau ingin membunuh Jeon Jungkook?"

Kim Taehyung menyeringai. "Bukan urusanmu!"

Jimin semakin mencengkram erat kerah Taehyung. "Jawab saja, brengsek! Untuk apa?! Kau bisa balas dendam, tapi tidak membunuh seperti ini!"

Taehyung melepas tangan Jimin, memandang wajahnya penuh rasa kekesalan. Gantian, dia yang menarik baju Jimin untuk memberikan satu pukulan lagi hingga dia kehilangan keseimbangan dan hampir jatuh jika tangannya tak buru-buru meraih pinggiran meja.  

"Jangan berperilaku sialan seperti ini, Park Jimin! Cepat lakukan atau wanita hamil itu tidak akan baik-baik saja!"

BUGH!

Sebuah hantaman yang keras mengenai wajah Kim Taehyung. Pria itu meringis, body guard-nya maju untuk membalas tapi ditahan oleh Taehyung. Pukulan Jimin tak seberapa, malah menyegarkan bagi Taehyung. Karena pukulan itu, Taehyung akhirnya tahu bahwa ada sesuatu yang terjadi diantara Hyunjin dan Jimin. Sesuatu hal yang tak biasa. Tidak terlihat tapi sangat kuat, sampai-sampai Jimin sebegitu marahnya.

"Jadi, kau peduli padanya?" goda Taehyung sarkastik, membuat rahang Jimin mengeras karena semakin geram dengan sikap sialannya.

"Jangan macam-macam dengan wanita itu!  Aku akan membunuhmu jika terjadi sesuatu kepadanya!"

Kim Taehyung terkekeh pelan, dia tak habis pikir terhadap sikap Jimin yang kali ini jelas memakai perasaan. Dia mengangkat satu alisnya kemudian mengangguk sambil melipat kedua tangannya di depan dada. 

"Tentu. Sudah kubilang, aku tidak akan berbuat semacam itu. Lakukanlah tugasmu dengan benar, pastikan Jeon Jungkook mati!" Taehyung tak sadar suaranya meninggi, sementara Jimin menatapnya tak acuh. Keluar dari ruangan dengan masker yang menutupi tiga per empat wajahnya yang sudah sedikit babak belur. 

Kim Taehyung menghela napas panjang, rasa bencinya menjalar lagi. Membuatnya kesal dan ingin membanting sesuatu, tapi dia tak bisa. Sejurus kemudian dia teringat oleh wanita hamil yang ditemuinya pagi tadi. Seringai muncul di wajah tampan dan sempurna milik Taehyung, ide bagus baru saja melintas di benaknya.

~

Ketika Jeon Jungkook berhasil menyelesaikan pekerjaannya sebelum batas akhir, saat itulah dia bisa bersenang-senang dengan mengganggu Hoseok yang sibuk mewarnai di komputer.

"Bisakah kau berhenti bicara denganku, Jeon? Aku banyak kerjaan. Kau terlalu berisik!" Pada akhirnya Hoseok mencapai puncak kekesalannya setelah beberapa kali Jungkook melemparnya dengan gumpalan kertas. 

Jungkook tergelak.  "Sayangnya tidak hari ini. Oh ya, aku ingin bertanya. Kemarin aku tidak keluar kantor sama sekali, kan?"

Hoseok mengernyit aneh. "Bukannya kau seharian mengerjakan tugas dari Lee sonsaengnim?"

Jungkook mengangguk. "Persis. Aku juga mengira begitu." 

Hoseok menggeleng tak mengerti, namun tak berusaha bertanya lebih jauh. Sementara Jungkook terpekur di kubikelnya. Masih ingat betul ucapan istrinya Hyunjin pagi tadi. 

"Bunga pemberianmu sampai saat hampir sore hari. Dan kau tahu tidak? Ternyata kurirnya adalah Jimin, kau tahu kan? Teman kecilku di Busan yang selalu aku ceritakan kepadamu. Bisa kebetulan begitu, ya?"

Jeon Jungkook sempat bertemu Jimin pagi tadi, sebenarnya ingin sekali berbincang kalau saja atasannya Namjoon tidak menelponnya untuk buru-buru sampai ke kantor. Ada beberapa bagian gambar Lee sonsaengnim yang harus diperbaiki, untuk itu dia harus bergegas. Dia sempat melihat sosok Jimin tapi merasa tak asing dengan kehadirannya. Seperti pernah bertemu di suatu tempat meski Jungkook tak begitu yakin. Jungkook akhirnya menyerah dengan pikirannya ketika Yoongi menghampiri kubikelnya. 

"Jeon Jungkook, bisa menolongku sebentar?"

Jungkook tersenyum. "Tentu saja sunbaenim, memangnya ada apa?"

"Begini, aku sedang kedatangan tamu. Dia ingin membeli komik karya Okta-D, penulis kita yang sudah meninggal."

Jungkook menautkan kedua alisnya, membentuk sebuah garis bergelombang di dahinya.

"Kau yakin? Kenapa bilang tidak ada saja?" Setahu Jungkook, buku-buku karya Okta-D ada di sebuah apartmen peninggalan penulis itu, dan membutuhkan waktu sekitar dua jam untuk mengambilnya."

Yoongi menghela napas sebal. "Aku juga berusaha bilang seperti itu, tapi sepertinya dia teman Kim Namjoon. Dan dia sudah janji akan memberikan karya Okta-D secara cuma-cuma."

Jungkook membulatkan mulutnya. "Jadi, kau menyuruhku untuk mengambil buku itu?"

Yoongi menggeleng cepat. "Tidak, tidak. Kau saja yang menemani. Aku akan mampir sebentar di beberapa toko buku Myeongdong. Ada janji dengan kepala toko, mereka ingin stok tambahan."

Jungkook mengerti, dia menjahili Hoseok sekali lagi sebelum melangkah ke ruangan Yoongi. Dia sempat melihat Namjoon sedang menelpon dan buru-buru keluar dari ruangan Yoongi. Aneh, kenapa dia terburu-buru seperti itu? pikir Jungkook.

"Selamat si—" suara Jungkook tiba-tiba menghilang begitu melihat sosok yang sedang berdiri, seperti menanti-nanti kedatangannya di ruangan itu.

"Jungkook-ah... "

~

To be Continued

KISS THE PAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang