23. Cruel life

2K 325 11
                                    

Taehyung berdiam diri, masih sibuk memikirkan perkataan Minji yang memintanya untuk menjadi pacarnya. Ingin rasanya dia jatuh ke dalam jurang daripada dia harus bersandiwara agar menjadi kekasih Minji.

Oke, Minji bukanlah gadis yang aneh. Banyak pria yang terang-terangan menyatakan perasaan, tapi dia tidak membalasnya. Dia hanya terlalu berharap dan salah menempatkan rasa cintanya kepada Taehyung sehingga Minji tidak bisa melihat pria lain. Minji terlanjur nyaman dengan sikap Taehyung selama ini, tapi dia tidak bisa mundur ketika sudah maju sehingga hampir menjadi yang terdepan. Bisa dibilang, Minji sama pentingnya dengan kehidupan Taehyung. Karena gadis itulah yang menjadi satu-satunya orang yang mengerti Taehyung untuk saat ini.

Taehyung ingin sekali menarik kata-katanya. Menawarkan kesepakatan lain seperti penjagaan ketat di sekitar rumah Minji. Perkara menyewa bodyguard handal adalah hal kecil yang bisa dilakukan oleh Taehyung, semudah menjentikkan jari. Namun, dia tidak bisa. Jika dia melakukan itu, dia akan jadi pria yang paling plin-plan terhadap ucapannya. Dan Taehyung membenci hal itu.

Ponselnya berbunyi ketika Taehyung mulai memejamkan mata. Betapa tercengangnya dia begitu melihat layar ponsel yang memamerkan sebuah foto yang membuat Taehyung menggertakkan rahangnya.

From : 010-1293-xxxx

MMS received

Kena kau, Kim Taehyung! Sekarang kau masih ingin balas dendam kepada Hyunjin? Sudah kubilang, jangan dekati dia!

"Persetan kau Park Jimin!" umpat Taehyung hingga tenggorokannya sakit. Minji bilang ingin pergi tadi, dan dia tidak sadar bahwa sudah sekitar dua jam gadis itu meninggalkannya. Dan sekarang dia melihat foto dalam pesan itu, dengan luka lebam di pipi kanan Minji dan sekitar mulut. Betapa Taehyung ingin menghajar Jimin hingga tulang di sekitar wajahnya patah.

Taehyung tak tinggal diam, dia langsung memanggil bodyguard pribadinya. Menyuruhnya untuk menyiapkan mobil dan melacak melalui jaringan telepon. Dia menuju kantornya, dan memilih untuk menunggu di sana. Sungguh, dia tidak akan memaafkan dirinya sendiri jika terjadi sesuatu kepada gadis itu.

~

Nyonya Kim berjalan angkuh di sepanjang lorong menuju ruangan anaknya. Semua karyawan yang melihatnya menyapa dengan sopan dan hangat. Dan seperti biasa, Nyonya Kim hanya memberikan senyum kecil sambil bertanya tentang keberadaan anaknya.

"Sajangnim sedang tidak bisa diganggu. Sajangnim sedang–"

"Aku tetap akan menemuinya, tidak usah bilang kepadanya, oke?"

Belum lagi sekertarisnya menjawab, Nyonya Kim sudah masuk ke ruangan Taehyung. Perlahan, dan terlihat Taehyung sedang berdiri membelakanginya menelpon seseorang.

"Aku tidak mau tahu, kau harus menemukan dia! Kalau bisa, kau habisi dia lalu bawa ke sini. Aku suka kalau dia berlumuran darah dan babak belur."

"......"

"Tidak tidak, jangan sakiti gadis itu. Hanya sang pria, kau harus melaporkannya kepadaku dalam waktu 24 jam."

Taehyung memutuskan hubungan telepon dengan emosi. Dua jam lagi ada rapat penting untuk kelangsungan perusahaan keluarganya. Kali ini, dia tidak bisa lolos begitu saja. Dia harus mengikutinya dan waktu yang tidak tepat ini membuatnya geram setengah mati.

"A-apa yang kau lakukan?" Suara Nyonya Kim membuat Taehyung tersentak. Dia melihat ibu kandungnya sudah membola, dengan ekspresi yang beda dari biasanya.

"Maksudmu apa, Nyonya Kim?"

Yang dipanggil Nyonya Kim hampir saja jatuh dari tempat berpijaknya kalau saja Taehyung tak menangkap tubuh itu.

Ini pertama kalinya Taehyung menyentuh ibunya lagi setelah sekian lama, dalam jarak pandang sedekat ini. Dia baru sadar bahwa sesungguhnya Nyonya Kim telah bertambah usia, sehingga kerutan di dekat mata mulai terlihat.

"A-apa yang kau lakukan selama ini, Taetae?"

Ada bulir airmata yang siap jatuh dari kelopak Nyonya Kim. Dia mendengar dengan sangat jelas pembicaraan Taehyung yang jelas ingin menghabisi seseorang. Apakah benar pria di depannya ini adalah anaknya? Pertanyaan itu berputar jelas di benaknya, sehingga rasanya dia semakin ingin menangis.

Sementara, Taehyung terhenyak. Panggilan kecil itu menggelitik hati terdalamnya, mengulik jiwa manja Taehyung saat masih berumur tiga tahun—saat semuanya masih baik-baik saja. Dia buru-buru menuntun Nyonya Kim untuk duduk di sofa lalu memberinya minum.

"Maaf, aku tidak bisa menceritakannya. Lagipula, itu bukan urusanmu, Nyonya Kim," balas Taehyung dingin.

"Kau gila? Apa yang kau lakukan selama ini hah?! Aku tidak mendidikmu untuk menjadi pria kejam seperti ini! Kau pria sempurna, Kim Taehyung. Kau bukanlah monster!" Nyonya Kim sudah sepenuhnya menangis, merengek seperti anak kecil yang kehilangan permen satu-satunya. Dia menarik kerah kemeja Taehyung, berharap anaknya itu menatapnya. Namun sia-sia, Taehyung tetap membuang pandangnya ke arah lain.

"Katakan sesuatu, apa yang kau –"

"Ini semua karenamu, kalau kau mau tahu!" Taehyung sudah tidak tahan lagi. 

"Kau pikir aku tidak butuh kasih sayang?  Kau menganggapku apa selama ini? Robot?" Taehyung menyeringai dengan tatapan sedih, dia tidak terima jika Nyonya Kim memakinya seperti itu.

"Dan kau bilang aku monster? Sebelum kau bilang begitu kepadaku, kau sebaiknya mengaca, Nyonya Kim! Aku rasa kau tahu semua alasan mengapa aku menjadi seperti ini." Taehyung tak bisa menjelaskan lebih jauh lagi. Dadanya sesak sekarang, dan dia benci terlihat lemah di hadapan siapapun, termasuk Nyonya Kim yang berstatus ibu kandungnya.

Nyonya Kim sendiri sudah terhenyak di sofa. Air matanya mengacaukan rupanya yang sempurna. Tapi, dia tidak peduli lagi. Dia telah menjadi ibu yang gagal. Setiap malam dia berdoa agar anaknya bisa menerimanya dan menjadi sosok yang hangat. Sampai kapan pun dia tidak akan mendapatkannya, karena semua itu berawal dari kebodohan yang telah menelantarkan anak satu-satunya.

Taehyung menghela napas kesal, menelpon sekertarisnya untuk memanggil asisten Nyonya Kim. Lima menit kemudian perempuan berkacamata tebal dengan rambut sebahu masuk dan menyapa.

"Bawa Nyonya Kim pergi dari ruanganku, sekarang!"

"Tidak, Ibu masih ingin bicara denganmu. Taetae mau kan mendengarkan Ibu?"

Taehyung menutup matanya, rahangnya bergemertak hebat.

"AKU BILANG KELUAR!"

Nyonya Kim tersentak, terkejut dengan suara keras Taehyung. Walaupun ini bukan yang pertama kalinya, tetap saja rasa sakit itu semakin menjalar sehingga air matanya berhenti dengan sendirinya.

Nyonya Kim meraih tasnya dan pergi begitu saja. Masih terdengar isakan lemah sebelum dia sepenuhnya keluar dari ruangan Taehyung.

Taehyung mengacak lembaran kertas di meja kerja begitu saja. Dia kesal dengan semua kejadian yang terjadi begitu cepat dalam waktu berdekatan. Masalah Jimin dan Minji, kemudian ibunya yang tiba-tiba datang dan mengetahui perangai Kim Taehyung yang sebenarnya.

Ponsel Taehyung bergetar, sebuah pesan masuk dari orang suruhannya.

From : 010-3654-xxxx

Tuan, aku telah menemukannya!

~

TBC

KISS THE PAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang