32. No More Pain

4.6K 370 47
                                    

Kim Taehyung berkali-kali melihat pantulan dirinya pada cermin yang berada di ruangan itu. Jas hitamnya tampak baik-baik saja. Juga rosase yang tersempil di saku jasnya. Dia berkali-kali mondar mandir di dalam ruangan itu dan bergumam tidak jelas.

Pintu ruangan itu terbuka, memuntahkan dua orang pria yang masuk berbarengan. Jimin tampak tersenyum sambil menggeleng melihat Kim Taehyung gugup.

"Ternyata pria brengsek sepertimu bisa gugup seperti ini juga," goda Jimin yang membuat Taehyung terlihat semakin frustasi.

"Tutup mulutmu, Park sialan Jimin!"

"Hei, ada anak kecil di sini," kata Jungkook kesal sambil menutup telinga Junyeong yang kini sudah berumur dua tahun.

Taehyung lalu menuju Junyeong dan menyubit pipi chubby dan merona anak itu.

"Maafkan Paman ya, Junyeong tidak boleh bicara seperti itu," kata Taehyung dengan nada seperti anak kecil. Baik Jimin atau Jungkook sama-sama menahan dirinya untuk tidak mengeluarkan suara muntahan. Sementara Junyeong hanya mengangguk kecil dan kembali sibuk dengan mainan mobilnya.

"Santai saja, hyung. Menikah kan hal yang baik. Kau tidak usah gugup seperti itu."

Taehyung tampak kesal. "Bicara dengan tanganku sini. Kau juga begini kan saat menikah? Bahkan lebih buruk karena kau hampir mimisan di altar."

Jungkook setengah melotot, kemudian Taehyung meneruskan, "Hyunjin yang menceritakannya kepadaku."

"Ah, aku harus menghukumnya malam ini karena telah membeberkan aibku," kata Jungkook yang mendadak cemberut.

Pintu ruang tunggu itu terbuka lagi. Kali ini Ayah Taehyung yang datang.

"Sudah waktunya, Taehyung," kata Sang Ayah sambil menepuk-nepuk bahu Taehyung yang lebar. Pria itu ikut melangkah bersama Ayahnya, diikuti Jungkook dan Jimin.

Prosesi pengikatan dan pengucapan janji itu berjalan lancar. Sekarang yang terdengar hanyalah sorak-sorakan para tamu undangan yang menyuruh Taehyung untuk mencium mempelai wanita.

"Kau siap, Nyonya Kim yang baru?" goda Taehyung pada Minji yang sudah bersemu.

"Jangan macam-macam kau, Kim Taehyung!"

Namun terlambat. Kim Taehyung telah mengecup Minji perlahan dan berangsur menjadi lumatan-lumatan kecil yang membuat mereka disoraki oleh lebih banyak orang lagi.

~

Jungkook mengecup dahi Junyeong yang terlelap sebelum dia beranjak untuk duduk di kasurnya. Hyunjin saat itu sedang membaca novel di kasur, dia sempat melirik Jungkook yang tampak lebih diam dari biasanya.

"Ada apa, sayangku?" Hyunjin menutup novelnya dan memeluk tubuh Jungkook dari samping. Pria itu terdiam dan menggeleng sambil memainkan ponselnya.

"Ayolah Tuan Jeon, bicara padaku. Ada apa denganmu hm?"

Jungkook menoleh dengan wajah cemberutnya. "Kau menceritakan hal itu kepada Taehyung hyung."

Hyunjin mengernyit tak mengerti. "Apa?"

"Tentang aku yang hampir mimisan saat prosesi pernikahan kita."

Setelahnya Hyunjin terkikik geli, yang lantas membuat Jungkook semakin cemberut.

"Aku harus bilang begitu karena Taehyung oppa terlihat seperi zombie. Rasa gugupnua benar benar parah sehingga Minji eonni menyuruhku menceritakan hal itu."

Jungkook menoleh tidak percaya. "Jadi Minji noona juga tahu? Astaga Hyunjin, kau benar-benar harus ku hukum!"

Mendengar kata hukum, senyum Hyunjin mulai lenyap. Gantian, malahan Jungkook yang menyeringai sambil menarik Hyunjin agar jauh lebih dekat dengannya.

"Ini akibat kau menceritakan aibku sembarangan, Nyonya Jeon." Jungkook menyeringai sambil menarik wajah Hyunjin.

"Tidak apa-apa, Junyeong tidak akan bangun," kata Jungkook sedikit berbisik. Dia lalu menatap Hyunjin dengan geram.

"Kau mau buka bajumu atau aku yang membukakan?" tanya Jungkook tak sabar.

Hyunjin memukul Jungkook tepat di dadanya. "Dasar mesum!"

~

Taehyung mengeringkan rambutnya lalu duduk di tepian ranjang. Dia menatap Minji yang duduk di meja rias, masih melepas aksesoris lalu disusul dengan menghapus makeup-nya.

"Astaga, sampai kapan ini selesai?" Minji berkata dengan kesal sambil menatap dirinya sendiri di pantulan cermin.

"Mau aku bantu?" kata Taehyung yang masih mengenakan bathrobe.

"Apanya? Memang kau bisa menghapus makeup-ku?"

Taehyung menggeleng. "Tidak sih. Aku hanya mahir melepaskan hal lain," ujarnya dengan seringai nakal. 

"Dasar otak mesum," gerutu Minji yang kemudian meneruskan kegiatannya.

~

Jimin menghela napas dengan keras setelah dia menghabiskan waktu membaca berkas di meja kerjanya. Dia mengumpat kesal karena kerjaannya bertambah berkat seorang Kim Taehyung yang sedang berbulan madu.

"Jimin, sudah waktunya makan siang. Temani Imo untuk makan, oke?" sapa Nyonya Kim yang sudah masuk ke ruangan Jimin.

Jimin mendesah kesal. "Imo tidak lihat kerjaanku menumpuk seperti ini?"

"Kau bisa melanjutkannya setelah makan siang. Imo tidak mau kau sakit lagi seperti dua minggu yang lalu. Apa-apaan itu, aku bahkan sudah mengirimkan gadis muda untuk memasak di apartmenmu," kata Nyonya Kim sedikit kesal.

"Aku menyuruhnya pulang begitu dia datang. Imo kan bisa mengirimku ahjumma-ahjumma, kenapa harus yang muda seperti itu sih?" Jimin terlihat sebal.

Nyonya Kim menggeleng tak percaya. "Kau ini! Gadis itu lulusan terbaik jurusan Tata Boga se Korea Selatan. Aku membayarnya untukmu, kau malah menyuruhnya pulang. Aneh sekali!"

Ya, bagaimana tidak? Gadis bernama Choi Yuna itu terlalu cantik untuk jadi tukang masaknya. Setiap dia datang dan berdiri di depan pintu apartmen Jimin, rasanya pria itu merona dengan sendirinya. Dan bagi Jimin itu terlihat tidak keren.

"Sudah-sudah. Lebih baik kita makan siang saja."

"Nah begitu dong," ajak Nyonya Kim lalu menggandeng Jimin yang telah dianggap seperti anaknya sendiri. Dia sempat memaksa Jimin untuk memanggilnya eomma juga, tapi akhirnya Nyonya Kim setuju dipanggil Imo oleh Jimin. Yah, walaupun mereka tak ada hubungan darah. 

"Kira-kira kau mau makan apa, Jim?"

"Terserah Imo saja, asalkan bukan kimbap dan onigiri."

~

The End

KISS THE PAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang